"Aku! tidak! baik! baik! saja!"
Letty hanya mampu menatap heran sekaligus khawatir putri yang ia layani itu. Pasalnya sejak kembali dari ruang makan, Isandra terus menggeram kesal dan berteriak tidak jelas.Dan jika ditanya apakah ia baik-baik saja, pasti dijawab dengan "Aku! tidak! baik! baik! saja" disebutkan kata demi kata."Tuan putri, apakah anda ingin mandi? Saya sudah menyiapkan-""Ya! mandikan saja raja sialanmu itu! Mandikan dengan air mendidih!" serunya kemudian kembali menenggelamkan wajah ke bantal.Letty menelan ludahnya kasar melihat reaksi Isandra, sebenarnya apa yang telah terjadi hingga membuat putri cantik ini begitu kesal?"Air mendidih tidak cukup untuk membunuhku"Suara baritone dari arah pintu itu membuat Isandra dan Letty seketika membeku di tempat.Isandra berbalik patah-patah dengan wajah horornya, "Y-yang mulia hehe? Ada perlu apa anda kemari?" tanya Isandra seolah masih merajuk.<FwooooshAngin malam bertiup menusuk kulit, mengayunkan surai hitam yang kini menutupi iris mawar pemiliknya. Azel, menatap wajah pulas Isandra lamat-lamat dengan ekspresi rumit. Sebuah rasa kembali hadir di dadanya, namun berbeda dengan biasanya.Kali ini bukan berdebar hebat membuat wajahnya memerah, namun sakit. Begitu sakit seperti diremas kuat dan dihancurkan berkeping-keping.Ia berjalan pelan memasukki kamar Isandra dan menutup pintu balkon itu dengan sihirnya. Membaringkan Isandra perlahan di kasur dan menarik selimut tebal itu hingga menutupi dadanya.Azel masih berdiri di samping ranjang, tatapan dan ekspresinya tak berubah sedikitpun. Tangannya terulur menggeser anak rambut yang menghalangi wajah Isandra namun tak mampu menutupi kecantikannya."Maafkan aku" ucap Azel dengan suara lirihnya. "Seandainya aku tidak menukar jiwamu, kau tidak akan menderita seperti ini"Raja muda itu menunduk mendekatkan
Pagi menjelang siang, matahari bersinar memberikan cahaya untuk makanan bagi para tumbuhan di hutan lebat itu. Namun kecanggungan nampak mengelimuti kedua insan yang tengah duduk berhadapan di bawah pohon."Langsung saja pada intinya, kau- apa itu benar mana naga?" Isandra terkesiap saat Aleeyah tiba-tiba bertanya mengenai mana di dalam tubuhnya.Melihat reaksi Isandra, Aleeyah pun menatapnya malas. "Dengar, aku penyihir terkuat di Erebos, meski tidak sekuat Azel. Tapi aku bisa merasakan mana besar di dalam tubuhmu bahkan tanpa harus menyentuhmu. Jadi, sebaiknya kau berkata jujur" ucapnya.Isandra pun tidak memiliki pilihan lain, ia menceritakan mengenai saat mana naga itu disegel di dalam tubuhnya ketika ia baru saja lahir. Namun tentu saja ia tidak mengatakan bahwa orang tuanya adalah pemimpin kekaisaran Eleino.Aleeyah membelalak, "Apa?! Orang tuamu sendiri yang menyegel mana itu? Tunggu, kau bilang mereka menggunakan segel
Nampak Azel dengan setelan santainya-seperti biasa, celana panjang, sepatu boots, kemeja yang memerlihatkan belahan dadanya dan untungnya kali ini ia menggunakan jubah- berjalan ke arah mereka, membuat keduanya sontak berdiri."Azel? Sedang apa kau kemari?" tanya Aleeyah tidak ramah.Sedang Azel menaikkan sebelah alisnya seraya bersedekap dada, "Apa-apaan pertanyaanmu itu? Ini kerajaanku dan aku rajanya, terserah aku ingin melakukan apa" ucapnya.Aleeyah nampak mencebikkan bibirnya karena tidak mampu menjawab ucapan Azel, sedang Isandra hanya bisa tersenyum melihat interaksi antar keduanya."Isandra"Sang empunya nama menoleh saat dipanggil, "Ya Yang Mulia?" sahutnya."Ikut aku sebentar" ucap Azel seraya berjalan ke arah hutan.Isandra nampak bingung, namun ia pun hanya menurut. "Aku pergi sebentar ya Aleeyah" ucapnya.Aleeyah pun mengangguk, "Jangan apa-apakan dia Azel!!!" seru Aleeyah sebelum keduanya berjalan
Isandra membelalak saat Azel tiba-tiba memeluknya erat, "Jangan, jangan buat aku jatuh lebih dalam lagi padamu. Kau sangat berbahaya Isandra, setiap hari, setiap detik sejak aku bertemu denganmu, yang kupikirkan hanyalah kau"Isandra membisu mendengar ucapan Azel dengan suara paraunya, entah kenapa tengorokkannya terasa tercekat."Bahkan saat aku mengakui dosaku, yang kau ucapkan adalah terima kasih. Tempat malaikat bukanlah di bumi Isandra!" ucap Azel seolah kesal dengan sikap Isandra yang tidak marah padanya."Kenapa, kenapa kau begitu menghanyutkanku? Aku yang kejam ini, aku yang kotor ini, mana berani bermimpi untuk memilikimu tapi tetap saja! Kau membuatku jatuh setiap harinya Isandra. Jangan siksa aku begini" Isandra masih terdiam, tanpa sadar air mata mengalir di pipinya. Ia tidak mengerti dengan ucapan Azel karena pikiran dan perasaannya saat ini sedang berkelahi. Azel yang selama ini dingin dan nampak tidak peduli padanya, saat ini sedan
Dua tahun kemudian,Siang yang cerah, desir angin meniup dedaunan menggoyangkan dahan selembut arus sungai di musim panas. Benang berkilau bagai emas itu pun ikut tertiup oleh semilir angin namun tidak sedikitpun mengganggu pemiliknya yang tengah fokus bermeditasi.Isandra, duduk di tengah pepohonan lebat ditemani kesendirian. Damai, hanya itu yang ia rasakan juga mana alam yang mengalir di sekitarnya, membuat Isandra semakin menikmati meditasinya.FwooshSebuah anak panah melesat ke arah Isandra.Tanpa mengubah posisi duduknya, Isandra mengangkat tangannya ke samping ke arah anak panah yang mengarah padanya itu. Namun anak panah itu sudah lebih dulu berubah menjadi bulu-bulu burung yang berterbangan sebelum mengenai tangan Isandra.Kelopak mata itu terbuka perlahan, menampilkan iris sebiru lautan yang kini telah bercampur jingga senja, efek dari mana sihir api yang kini telah ia kuasai sepenuhnya."S
Isandra hanya tersenyum pada sahabatnya, kemudian beralih fokus pada burung yang baru saja ia panggil."Iya, maaf jika aku mengganggu waktu istirahatmu. Tapi aku membutuhkan bantuanmu, Pipi" ucap Isandra."Tentu saja, katakanlah. Kau adalah tuanku, menjalani perintahmu adalah tanggung jawabku" jawab pheonix yang Isandra panggil Pipi itu.Pipi bukanlah guardian yang dikirim untuk Isandra seperti kedua kakak dan ayahnya, melainkan rekan kontrak yang ia buat satu tahun lalu.Berbeda dengan keturunan Aquillio yang bagaimanapun juga akan tetap mendapat guardian saat mereka menginjak usia dewasa, Isandra harus berusaha mati-matian untuk membuat kontrak dengan Pipi."Pipi, apa kau bisa berubah menjadi manusia?" tanya Isandra."Tentu saja" SriinggggCahaya terang kembali memenuhi kamar Isandra, hingga sekian detik kemudian seorang gadis cantik bagai peri dengan surai jingga panjang dan iris kemerahan."Begini?
Langkah mereka terhenti, Isandra yang berdiri di belakang Azel pun mengintip dari samping untuk melihat siapa yang menghadang mereka. Ya, siapa lagi kalau bukan Layla?"Layla-" ucap Azel dengan wajah datarnya."Sudah kuduga"Mereka semua hanya diam saat Layla berjalan mendekat."SEHARUSNYA KAU KUBUNUH!" serunya seraya menodongkan pisau pada Isandra dan Pipi di gendongannya, namun tentu saja semua itu digagalkan saat mata jingga Pipi menyala dan pisau buah itu pun seketika meleleh."Akh! Panas!" seru Layla karena lelehan besi itu mengenai tangannya.Azel yang sebelumnya panik pun bernafas lega dan segera membawa Isandra ke dekapannya, "Zargan, bawa Lady Nameer kembali ke kamarnya. Aku tidak akan menghukumnya kali ini, tapi tidak tau kalau nanti dia nekad lagi" ucap Azel sebelum berlalu meninggalkan Layla bersama Isandra dan Pipi di dalam rangkulannya."A-apa? Tidak, tunggu! Yang Mulia anda benar-benar melakukan
Masih dalam keadaaan sesegukkan, Layla menjawab seraya mengusap air matanya. "Hm? Ah dia sering bertanya tentang kegiatan ayah, jadi aku jawab yang aku tau saja. Aku kira dia hanya ingin mengetahui lebih banyak tentang calon mertuanya" DegSeketika Isaac membeku di tempat, Layla tahu semua kegiatannya di luar mansion dan di dalam mansion. Putrinya ini memang akan jatuh bodoh jika sudah soal cinta, jangan bilang Layla memberi tahu Azel bahwa ia sering mengadakan pertemuan-"Aku juga bilang kalau ayah sering mengadakan jamuan kecil bersama teman-teman ayah, walaupun aku tidak mengenal mereka tapi aku ingat wajah-wajah mereka" lanjut Layla.DEGAh hancur sudah semuanya, "Dasar anak tidak berguna! Apa kau tau apa yang telah kau lakukan?!" hardik Isaac yang sudah naik pitam dengan wajah memerah dan urat yang timbul di lehernya.Layla seketika melangkah mundur dengan wajah ketakutan seolah tengah berhadapan dengan maut. Baru kali ini