Nampak Azel dengan setelan santainya-seperti biasa, celana panjang, sepatu boots, kemeja yang memerlihatkan belahan dadanya dan untungnya kali ini ia menggunakan jubah- berjalan ke arah mereka, membuat keduanya sontak berdiri.
"Azel? Sedang apa kau kemari?" tanya Aleeyah tidak ramah.Sedang Azel menaikkan sebelah alisnya seraya bersedekap dada, "Apa-apaan pertanyaanmu itu? Ini kerajaanku dan aku rajanya, terserah aku ingin melakukan apa" ucapnya.Aleeyah nampak mencebikkan bibirnya karena tidak mampu menjawab ucapan Azel, sedang Isandra hanya bisa tersenyum melihat interaksi antar keduanya."Isandra"Sang empunya nama menoleh saat dipanggil, "Ya Yang Mulia?" sahutnya."Ikut aku sebentar" ucap Azel seraya berjalan ke arah hutan.Isandra nampak bingung, namun ia pun hanya menurut. "Aku pergi sebentar ya Aleeyah" ucapnya.Aleeyah pun mengangguk, "Jangan apa-apakan dia Azel!!!" seru Aleeyah sebelum keduanya berjalanIsandra membelalak saat Azel tiba-tiba memeluknya erat, "Jangan, jangan buat aku jatuh lebih dalam lagi padamu. Kau sangat berbahaya Isandra, setiap hari, setiap detik sejak aku bertemu denganmu, yang kupikirkan hanyalah kau"Isandra membisu mendengar ucapan Azel dengan suara paraunya, entah kenapa tengorokkannya terasa tercekat."Bahkan saat aku mengakui dosaku, yang kau ucapkan adalah terima kasih. Tempat malaikat bukanlah di bumi Isandra!" ucap Azel seolah kesal dengan sikap Isandra yang tidak marah padanya."Kenapa, kenapa kau begitu menghanyutkanku? Aku yang kejam ini, aku yang kotor ini, mana berani bermimpi untuk memilikimu tapi tetap saja! Kau membuatku jatuh setiap harinya Isandra. Jangan siksa aku begini" Isandra masih terdiam, tanpa sadar air mata mengalir di pipinya. Ia tidak mengerti dengan ucapan Azel karena pikiran dan perasaannya saat ini sedang berkelahi. Azel yang selama ini dingin dan nampak tidak peduli padanya, saat ini sedan
Dua tahun kemudian,Siang yang cerah, desir angin meniup dedaunan menggoyangkan dahan selembut arus sungai di musim panas. Benang berkilau bagai emas itu pun ikut tertiup oleh semilir angin namun tidak sedikitpun mengganggu pemiliknya yang tengah fokus bermeditasi.Isandra, duduk di tengah pepohonan lebat ditemani kesendirian. Damai, hanya itu yang ia rasakan juga mana alam yang mengalir di sekitarnya, membuat Isandra semakin menikmati meditasinya.FwooshSebuah anak panah melesat ke arah Isandra.Tanpa mengubah posisi duduknya, Isandra mengangkat tangannya ke samping ke arah anak panah yang mengarah padanya itu. Namun anak panah itu sudah lebih dulu berubah menjadi bulu-bulu burung yang berterbangan sebelum mengenai tangan Isandra.Kelopak mata itu terbuka perlahan, menampilkan iris sebiru lautan yang kini telah bercampur jingga senja, efek dari mana sihir api yang kini telah ia kuasai sepenuhnya."S
Isandra hanya tersenyum pada sahabatnya, kemudian beralih fokus pada burung yang baru saja ia panggil."Iya, maaf jika aku mengganggu waktu istirahatmu. Tapi aku membutuhkan bantuanmu, Pipi" ucap Isandra."Tentu saja, katakanlah. Kau adalah tuanku, menjalani perintahmu adalah tanggung jawabku" jawab pheonix yang Isandra panggil Pipi itu.Pipi bukanlah guardian yang dikirim untuk Isandra seperti kedua kakak dan ayahnya, melainkan rekan kontrak yang ia buat satu tahun lalu.Berbeda dengan keturunan Aquillio yang bagaimanapun juga akan tetap mendapat guardian saat mereka menginjak usia dewasa, Isandra harus berusaha mati-matian untuk membuat kontrak dengan Pipi."Pipi, apa kau bisa berubah menjadi manusia?" tanya Isandra."Tentu saja" SriinggggCahaya terang kembali memenuhi kamar Isandra, hingga sekian detik kemudian seorang gadis cantik bagai peri dengan surai jingga panjang dan iris kemerahan."Begini?
Langkah mereka terhenti, Isandra yang berdiri di belakang Azel pun mengintip dari samping untuk melihat siapa yang menghadang mereka. Ya, siapa lagi kalau bukan Layla?"Layla-" ucap Azel dengan wajah datarnya."Sudah kuduga"Mereka semua hanya diam saat Layla berjalan mendekat."SEHARUSNYA KAU KUBUNUH!" serunya seraya menodongkan pisau pada Isandra dan Pipi di gendongannya, namun tentu saja semua itu digagalkan saat mata jingga Pipi menyala dan pisau buah itu pun seketika meleleh."Akh! Panas!" seru Layla karena lelehan besi itu mengenai tangannya.Azel yang sebelumnya panik pun bernafas lega dan segera membawa Isandra ke dekapannya, "Zargan, bawa Lady Nameer kembali ke kamarnya. Aku tidak akan menghukumnya kali ini, tapi tidak tau kalau nanti dia nekad lagi" ucap Azel sebelum berlalu meninggalkan Layla bersama Isandra dan Pipi di dalam rangkulannya."A-apa? Tidak, tunggu! Yang Mulia anda benar-benar melakukan
Masih dalam keadaaan sesegukkan, Layla menjawab seraya mengusap air matanya. "Hm? Ah dia sering bertanya tentang kegiatan ayah, jadi aku jawab yang aku tau saja. Aku kira dia hanya ingin mengetahui lebih banyak tentang calon mertuanya" DegSeketika Isaac membeku di tempat, Layla tahu semua kegiatannya di luar mansion dan di dalam mansion. Putrinya ini memang akan jatuh bodoh jika sudah soal cinta, jangan bilang Layla memberi tahu Azel bahwa ia sering mengadakan pertemuan-"Aku juga bilang kalau ayah sering mengadakan jamuan kecil bersama teman-teman ayah, walaupun aku tidak mengenal mereka tapi aku ingat wajah-wajah mereka" lanjut Layla.DEGAh hancur sudah semuanya, "Dasar anak tidak berguna! Apa kau tau apa yang telah kau lakukan?!" hardik Isaac yang sudah naik pitam dengan wajah memerah dan urat yang timbul di lehernya.Layla seketika melangkah mundur dengan wajah ketakutan seolah tengah berhadapan dengan maut. Baru kali ini
Hening, hanya suara nafas lembut Isandra yang terdengar karena ia telah terlelap. Namun sekian detik kemudian selimut itu bergerak, Azel bangkit duduk dari baringnya.Meski awalnya ia hanya diam seraya memandang wajah damai Isandra, sekian detik kemudian ia menunduk seraya memeluk lututnya sendiri. 'Sial' batinnya dengan wajah yang sudah memerah padam hingga ke telinga.Ia kemudian keluar dari selimut dan turun dari kasur, mengangkat Isandra ala tuan putri dan membaringkannya pelan ke kasur sebelum menyelimutinya."Sebaiknya kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu barusan Isandra" ucap Azel sebelum ia mengecup singkat kening Isandra dan berjalan keluar dari kamar itu. Ada baiknya jika ia tidak tidur disana malam ini, demi kebaikkan bersama.Namun malam itu, Azel malah berakhir tidak bisa tidur dan mengubur dirinya sendiri dengan dokumen negara sampai pagi.~~//~~"Yang Mulia?" "Hm""Anda tidak tidur?" tanya Zargan
Di pinggiran kerajaan Erebos, cukup jauh dari istana. Hutan belantara yang dipenuhi monster buas di dalamnya. Gelap malam seolah menambah suasana mencekam di hutan itu. Nampak seberkas cahaya terang di ujung sana, bagai matahari hendak terbit dari sisi lain."Isandra, apa kau masih sanggup?! Kita bisa istirahat sebentar, tidak perlu buru-buru" seru Aleeyah.Isandra, yang tengah mencoba memperbaiki segel artefak sihir hitam kuno yang maha dahsyat itu sendirian pun bersikeras untuk menyelesaikan tugasnya malam ini juga."Tidak! Aku harus menyelesaikannya malam ini juga!" balas Isandra. 'Aku harus kembali sebelum matahari terbit, perasaanku tidak enak' batinnya.Namun sayangnya, butuh waktu lama bagi Isandra sendirian untuk memperbaiki segel sebesar itu. Hingga akhirnya matahari pun terbit, dan Isandra baru selesai dengan pekerjaannya.BrukIsandra jatuh terduduk di tempat sebelumnya ia berdiri. Wajahnya yang sudah memucat dan berke
CeklekPintu itu terbuka, kaki jenjang melangkah masuk seraya pemiliknya sedang mengancing kemeja hitamnya. "Zargan, semuanya sudah siap?" tanya Azel pada tangan kanannya.Zargan yang tengah menyiapkan beberapa batu sihir perekam itu menoleh, "Ah anda datang tepat waktu Yang Mulia, semuanya sudah siap"Azel mengangguk, ia menyelesaikan kancingan bajunya dan mengambil posisi duduk di meja kerjanya. Tinggal menunggu waktu sampai Isandra kemari.'Isandra pasti tau harus melakukan apa' batinnya.Ya, tentu ia tahu mana Isandra yang asli dan palsu. Karena sebenarnya,Beberapa jam yang lalu,"Isandra, sebut namaku""Iya, Azel"Azel tersenyum miring, tentu yang sedang berada di depannya saat ini bukanlah yang asli. Isandra yang asli pasti akan memanggilnya Luke.Dan siapalagi yang akan melakukan hal sebodoh dan senekad ini kalau bukan Layla? Seberani apapun orang yang berniat jahat
Chirp chirpSepasang iris zamrud itu menatap sepasang burung yang berterbangan melewati jendela kamarnya. Kenapa ada burung pipit di tempat dengan cuaca seperti ini? "Nona? Anda sudah bangun?"Dalia terkesiap dan berbalik saat suara familiar itu memasukki gendang telinganya, "Ah Bianca, iya aku sudah bangun sekitar dua jam yang lalu" ucap Dalia tersenyum ramah.Bianca pun membelalak, bukan karena fakta bahwa Dalia bangun begitu awal namun karena kondisi kamar yang sudah rapih dan bersih. "Nona anda membereskan ini semua sendiri?" tanya Bianca. Kemarin ia membersihkan kamar ini asal-asalan, asal bersih di kasur dan tempat yang sekiranya akan didudukki saja. Barang-barang lainnya sama sekali tidak Bianca sentuh."Ah itu, aku bosan jadi aku bersihkan saja. Hitung-hitung meringankan sedikit pekerjaanmu" ucap Dalia.Bianca menutup mulutnya tidak percaya, "N-nona, kenapa anda melakukannya?" tanya Bianca seolah ingin menangis.Dalia menatap gadis itu bingung, "Y-ya? Eum, karena aku mau" jaw
Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Dalia untuk sampai ke kediaman Aquillio di Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah tersebut terkenal akan musim dingin yang ekstrim, Dalia sudah siap dengan mantel bulu paling tebal yang ia miliki. Namun Dalia tidak merasakan dingin sama sekali, apa karena kereta kuda ini? Sreeekk Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion bernuansa suram berselimut salju, seorang pria yang mungkin hampir berusia 70an berdiri di depan pintu besarnya. Dalia menduga pria itu adalah butler kediaman ini. Ceklek Pintu kereta kuda itu terbuka, udara dingin seketika berhembus menusuk tubuhnya. Ternyata benar, kereta ini memiliki semacam teknologi penghangat, atau mungkin sihir? Ia baru ingat kalau keluarga kaisar memiliki sihir elemen api. "Salam lady, selamat datang di kediaman Aquillio. Mari, perjalanan anda pasti melelahkan" ucap Hugo menyambut Dalia. "Salam, terima kasih atas jemputan
Wilayah Utara Eleino, dimana hanya salju yang menghiasi tanahnya setiap hari. Dan wilayah inilah yang menjadi wilayah bagian Dukedom Aquillio, juga tempat bagi Percy menghabiskan waktunya. Dari dulu wilayah ini memang sudah menjadi jatah milik Aquillio, hanya saja jarang sekali para Grand Duke terdahulu untuk berkunjung ke Utara. Kecuali jika situasi sedang genting. Percy, yang menyukai ketenangan dan jauh dari kata 'bangsawan' pun merasa sangat cocok menghabiskan waktunya disini. Tahun demi tahun berlalu, surai seputih salju itu kini memanjang hingga ke pinggangnya. Hanya itu yang berubah dari Percy. Ia masih menikmati hidupnya dalam kesendirian, tidak memedulikan sang kakak yang tak kunjung berhenti mengirimkan tawaran pernikahan kepadanya. Entah apakah tidak memiliki pekerjaan lain sebagai kaisar, atau merasa tugas negara masih belum cukup merepotkan hingga ia masih sempat mengurusi hidup Percy? Namun Percy juga tidak me
HapSemua peserta yang ikut acara menangkap buket pun langsung melihat siapa yang menangkap buket hasil lemparan dari Pipi sebelumnya.Marrie.Isandra tersenyum jahil, syukurlah buket itu mendarat di Marrie. Itu artinya rencana mereka berhasil."Wahhh selamat ya Marrie, kau mendapatkan buketku. Itu artinya, setelah aku adalah kau~" ucap Isandra berjalan mendekati Marrie dengan Azel yang mengikutinya.Marrie pun tersenyum canggung, "Ah saya tidak tau Yang Mulia, saya sendiri tidak memiliki-"Isandra memegang kedua pundak Marrie dan memutar tubuhnya 180 derajat."-Calon suami..." suara Marrie memudar seraya sang empu menatap tidak percaya siapa yang tengah berlutut di hadapannya. "Marrie, aku, Estevan Arthur Warrick de Eleino, menyatakan cintaku padamu. Maukah kau menjalin kasih bersamaku di dalam sumpah pernikahan?" Marrie panik, bagaimana ia bisa menerima lamaran seorang putra mahkota, sedang dirinya
Keduanya pun melangkah pergi, menyisakan Isandra dan Arsen dalam keheningan. "Silahkan duduk, Duke" ucap Isandra."Ah, iya terima kasih" ucap Arsen mengambil posisi duduk di depan Isandra. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya canggung yang tercium di setiap sudut. "Jadi, anda akan menikah Yang Mulia?" tanya Arsen langsung pada intinya.Isandra tersenyum kecil seraya mengangguk, "Benar, Duke" jawabnya singkat."Saya ingin meminta maaf karena waktu itu tidak membela anda di pesta debutante" ucapnya.Isandra kembali mengangguk, "Tidak apa, Duke. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang terpenting sekarang semuanya sudah baik-baik saja" Arsen mendongak menatap Isandra, ia tersenyum manis namun nampak seperti ingin menangis. "Namun ada satu hal disini yang tidak baik-baik saja Yang Mulia" ucap Arsen sendu seraya menunjuk ke dada kirinya.Isandra tertegun, ia tahu betul apa yang Arsen maksud.
Masih di pagi yang sama, setelah Azel menerima perintah untuk membantu pembangunan Eleino dari Galen, ia langsung menjalankan tugasnya dan turun ke lapangan bersama para pangeran.Berbeda dengan Galen yang kini tengah berjalan menelusuri koridor istana, koridor yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan sang isteri. Bahkan sejak mereka masih kecil.Dulu, Galen kecil yang sering disiksa oleh ibu tirinya kerap kali menyelinap kabur menuju hutan yang membatasi antara mansion Aquillio dan istana. Di hutan itulah pertama kali ia bertemu dengan Lucy, hutan Antex.Di saat itu, Lucy yang tidak mengetahui identitas Galen pun mengajaknya menemui sang ibu yang sedang piknik kecil bersama adiknya di dekat sana.Permaisuri terdahulu, yang tentu saja mengenali surai putih dan iris emas milik Galen pun langsung mengerti setelah melihat kondisi Galen yang tidak baik-baik saja.Pakaian kotor dan lusuh, lebam dan luka di tubuhnya, bahkan badannya begitu
CeklekPintu besar itu terbuka, ruang gelap itu nampak diterangi seberkas cahaya saat kaki jenjang itu melangkah masuk.Galen, dengan sebuah lentera kecil di tangannya, masuk ke satu-satunya ruangan dimana lukisan Lucy berada."Hai Lucy, lama tidak berjumpa" ucap Galen menyapa, walau tentu saja tidak ada jawaban dari lukisan itu."Aku merindukanmu, kami semua merindukanmu. Tidak seharipun hati ini tidak menyebut namamu, berharap kau sudah tenang disana" lanjut Galen seraya mendaratkan bokongnya di lantai, duduk memeluk lututnya seraya menghadap lukisan besar mendiang sang istri."Hari ini... Isandra pulang ke Eleino, namun ia tidak sendirian. Ia datang bersama raja Erebos, dalam keadaan mengandung anaknya" ucap Galen menunduk dengan ekspresi rumit."Awalnya aku merasa gagal sebagai ayah karena tidak mampu menjaga putriku, dia hilang dan malah pulang dalam keadaan berbadan dua. Namun aku seolah tertampar saat dia mengatakan bahwa
Isandra pun menautkan kedua alisnya, "Kenapa? Ibu ikut saja denganku, kita bertemu ayah dan kakak. Ibu juga harus berkenalan dengan Luke" ucap Isandra.Lucy tersenyum sendu, "Sayang..." tangan lentik itu terangkat mengelus wajah yang merupakan duplikatnya itu. "Tempat ibu sudah bukan di dunia. Tapi disini..." ia menunjuk dada kiri Isandra, "...di hatimu, di hati ayah dan kakak-kakakmu, di hati kalian semua yang masih mengingat ibu" ucapnya.Isandra menunduk sendu, "Suatu saat kita akan bertemu lagi kan bu?" Lucy tersenyum manis, "Tentu saja sayang, kita semua akan bertemu dan bersama lagi. Ibu janji" ucapnya.Isandra pun ikut tersenyum, dan dengan cepat memeluk Lucy erat. Lucy membalas pelukan Isandra seraya berkas cahaya mulai menerangi tubuhnya. Membuatnya hilang bagai debu ditelan cahaya itu."Terima kasih, putriku" TesAir mata itu mengalir seraya sang empu membuka matanya. 'Ibu?' batinnya. "Isandra kenap
"AAARRRGGGHHHHH" Jerit Atlan mengerahkan seluruh kekuatannya, awan hitam di langit membentuk pusaran seraya Atlan mengangkat kedua tangannya.Sebuah lubang besar berwarna hitam muncul di atas langit, "Dengan ini, semua sihir di dunia akan menjadi milikku!" seru Atlan.Dengan cepat Isandra membentuk perisai untuk melindungi Azel dan keluarganya, jika tidak maka sihir di dalam tubuh mereka akan terhisap.FWOOOSSSHHIsandra melihatnya, mana sihir yang ada di sekitar kini tersedot habis ke dalam lubang itu, dan itu artinya Atlan akan semakin kuat karenanya.Hingga akhirnya lubang itu mengecil dan menghilang. Menyisakan Atlan, yang kini berwujud bagai bayangan hitam yang memenuhi tubuhnya. Kegelapan telah mencemari jiwanya."Dengan kekuatan sedahsyat itu, dia bahkan masih menginginkan mana nagamu" ucap Galen.Isandra hanya diam menatap tajam ke arah Atlan, perlahan ia membuka perisai pelindung itu. "Apa ya