"Tidak perlu khawatir tuan putri, yang mulia akan kembali dengan selamat. Beliau adalah yang terkuat di seluruh kerajaan, bahkan mungkin seluruh dunia" ucap Zayn mencoba menenangkan.'Padahal aku tidak mengkhawatirkannya' batin Isandra datar. "Kalau begitu saya akan kembali ke kamar saya saja dokter" ucap Isandra tersenyum manis. 'Ya, jika aku ingin membantu aku tidak boleh menjadi beban dengan mengganggu di tengah-tengah. Sebaiknya aku menunggu Yang Mulia kembali saja' batin Isandra."Ah mari saya antar" ucap Zayn ramah.Isandra pun tidak memiliki alasan untuk menolak, "Terima kasih dokter"Mereka berjalan kembali menuju kamar Isandra tanpa berbicara apapun, hingga tidak tetasa mereka pun telah sampai di depan pintu kamar Isandra."Apakah ada yang tuan putri perlukan?" tanya Zayn.Isandra tersenyum kecil seraya menggeleng, "Tidak ada dokter, terima kasih sudah mengantar saya" ucap Isandra menunduk berterima kasih.Zayn pun membungkuk hormat, "Kalau begitu, saya izin undur diri. Sel
"Hm jadi begitu" Isandra bergumam para dirinya sendiri. Hari sudah menjelang siang, dan Isandra tidak memiliki kegiatan apapun. Ia hanya membaca buku di kamarnya. "Sejarah Kerajaan Erebos"Ratusan tahun lalu, sebuah suku berambut gelap yang hidup secara nomaden menemukan pulau yang berukuran tidak terlalu besar maupun kecil. Pulau itu hangus, seperti bekas ledakkan kekuatan besar atau semacamnya.Sang kepala suku, yang merupakan ahli sihir hebat pun menghidupkan kembali tanah hangus itu menjadi subur dengan sumber daya alam melimpah.Mereka pun mendirikan kerajaan, dan memberi nama untuk tanah yang awalnya tandus bagai dunia bawah itu, Erebos.Untuk menopang pemerintahannya, sang raja tentu tidak bisa memimpin sendirian dan memerlukan bantuan pada pejabat, atau dalam hal ini, bangsawan.Sang raja pun mengangkat para sahabatnya yang begitu setia untuk menjadi pilar penopang kerajaan dengan gelar 'Lord'. Dan nama para s
"Apa?!" seru Layla tanpa sadar saking terkejutnya.Azazel menaikkan sebelah alisnya dengan Isandra yang sudah tersenyum penuh kemenangan, "Ada apa? Kau tidak berpikir bahwa kita akan bertunangan atas nama cinta bukan?" tanya Azazel ketus seakan tidak suka.Seketika Layla membeku di tempat, "S-saya, tentu tidak, Yang Mulia" ucap Layla akhirnya dengan nada pasrah."Hmph, baguslah" ucap Azazel mendengus angkuh."Fufufu lagipula Yang Mulia tidak akan mau dengan gadis biasa seperti anda, Lady Nameer. Dari segi apapun juga saya menang dibandingkan anda" ucap Isandra meremehkan.Nampak genggaman tangan Layla pada alat makan itu mengeras hingga tangannya gemetar. Tentu hal ini disadari oleh keduanya.Mereka pun bernafas lega di dalam hati karena ini artinya rencana mereka untuk malam ini telah berhasil.'Astagaaa aku tau semua ini hanyalah sandiwara tapi tetap saja rasanya malu sekalii' batin Isandra seraya menyembunyikan wajah
"Aku! tidak! baik! baik! saja!"Letty hanya mampu menatap heran sekaligus khawatir putri yang ia layani itu. Pasalnya sejak kembali dari ruang makan, Isandra terus menggeram kesal dan berteriak tidak jelas.Dan jika ditanya apakah ia baik-baik saja, pasti dijawab dengan "Aku! tidak! baik! baik! saja" disebutkan kata demi kata."Tuan putri, apakah anda ingin mandi? Saya sudah menyiapkan-""Ya! mandikan saja raja sialanmu itu! Mandikan dengan air mendidih!" serunya kemudian kembali menenggelamkan wajah ke bantal.Letty menelan ludahnya kasar melihat reaksi Isandra, sebenarnya apa yang telah terjadi hingga membuat putri cantik ini begitu kesal?"Air mendidih tidak cukup untuk membunuhku"Suara baritone dari arah pintu itu membuat Isandra dan Letty seketika membeku di tempat. Isandra berbalik patah-patah dengan wajah horornya, "Y-yang mulia hehe? Ada perlu apa anda kemari?" tanya Isandra seolah masih merajuk.
FwooooshAngin malam bertiup menusuk kulit, mengayunkan surai hitam yang kini menutupi iris mawar pemiliknya. Azel, menatap wajah pulas Isandra lamat-lamat dengan ekspresi rumit. Sebuah rasa kembali hadir di dadanya, namun berbeda dengan biasanya.Kali ini bukan berdebar hebat membuat wajahnya memerah, namun sakit. Begitu sakit seperti diremas kuat dan dihancurkan berkeping-keping.Ia berjalan pelan memasukki kamar Isandra dan menutup pintu balkon itu dengan sihirnya. Membaringkan Isandra perlahan di kasur dan menarik selimut tebal itu hingga menutupi dadanya.Azel masih berdiri di samping ranjang, tatapan dan ekspresinya tak berubah sedikitpun. Tangannya terulur menggeser anak rambut yang menghalangi wajah Isandra namun tak mampu menutupi kecantikannya."Maafkan aku" ucap Azel dengan suara lirihnya. "Seandainya aku tidak menukar jiwamu, kau tidak akan menderita seperti ini"Raja muda itu menunduk mendekatkan
Pagi menjelang siang, matahari bersinar memberikan cahaya untuk makanan bagi para tumbuhan di hutan lebat itu. Namun kecanggungan nampak mengelimuti kedua insan yang tengah duduk berhadapan di bawah pohon."Langsung saja pada intinya, kau- apa itu benar mana naga?" Isandra terkesiap saat Aleeyah tiba-tiba bertanya mengenai mana di dalam tubuhnya.Melihat reaksi Isandra, Aleeyah pun menatapnya malas. "Dengar, aku penyihir terkuat di Erebos, meski tidak sekuat Azel. Tapi aku bisa merasakan mana besar di dalam tubuhmu bahkan tanpa harus menyentuhmu. Jadi, sebaiknya kau berkata jujur" ucapnya.Isandra pun tidak memiliki pilihan lain, ia menceritakan mengenai saat mana naga itu disegel di dalam tubuhnya ketika ia baru saja lahir. Namun tentu saja ia tidak mengatakan bahwa orang tuanya adalah pemimpin kekaisaran Eleino.Aleeyah membelalak, "Apa?! Orang tuamu sendiri yang menyegel mana itu? Tunggu, kau bilang mereka menggunakan segel
Nampak Azel dengan setelan santainya-seperti biasa, celana panjang, sepatu boots, kemeja yang memerlihatkan belahan dadanya dan untungnya kali ini ia menggunakan jubah- berjalan ke arah mereka, membuat keduanya sontak berdiri."Azel? Sedang apa kau kemari?" tanya Aleeyah tidak ramah.Sedang Azel menaikkan sebelah alisnya seraya bersedekap dada, "Apa-apaan pertanyaanmu itu? Ini kerajaanku dan aku rajanya, terserah aku ingin melakukan apa" ucapnya.Aleeyah nampak mencebikkan bibirnya karena tidak mampu menjawab ucapan Azel, sedang Isandra hanya bisa tersenyum melihat interaksi antar keduanya."Isandra"Sang empunya nama menoleh saat dipanggil, "Ya Yang Mulia?" sahutnya."Ikut aku sebentar" ucap Azel seraya berjalan ke arah hutan.Isandra nampak bingung, namun ia pun hanya menurut. "Aku pergi sebentar ya Aleeyah" ucapnya.Aleeyah pun mengangguk, "Jangan apa-apakan dia Azel!!!" seru Aleeyah sebelum keduanya berjalan
Isandra membelalak saat Azel tiba-tiba memeluknya erat, "Jangan, jangan buat aku jatuh lebih dalam lagi padamu. Kau sangat berbahaya Isandra, setiap hari, setiap detik sejak aku bertemu denganmu, yang kupikirkan hanyalah kau"Isandra membisu mendengar ucapan Azel dengan suara paraunya, entah kenapa tengorokkannya terasa tercekat."Bahkan saat aku mengakui dosaku, yang kau ucapkan adalah terima kasih. Tempat malaikat bukanlah di bumi Isandra!" ucap Azel seolah kesal dengan sikap Isandra yang tidak marah padanya."Kenapa, kenapa kau begitu menghanyutkanku? Aku yang kejam ini, aku yang kotor ini, mana berani bermimpi untuk memilikimu tapi tetap saja! Kau membuatku jatuh setiap harinya Isandra. Jangan siksa aku begini" Isandra masih terdiam, tanpa sadar air mata mengalir di pipinya. Ia tidak mengerti dengan ucapan Azel karena pikiran dan perasaannya saat ini sedang berkelahi. Azel yang selama ini dingin dan nampak tidak peduli padanya, saat ini sedan