Semua orang di tempat itu mengerutkan kening. Beberapa bahkan langsung bertanya kepada Miley tanpa ragu."Miley, apa maksudmu? Orang yang menangani klien yang membeli rumah di Alexandria adalah Derry, mengapa kau bertanya kepada Anthony?"Salesman lain menimpali, "Asal kamu tahu, hari ini Anthony bahkan mendapatkan klien yang sangat buruk.""Miley, kau benar-benar salah orang, segeralah minta maaf pada Derry."Dan Brown menenangkan suasana, sembari tertawa tangan Dan Brown melambai ke arah Miley, "Mungkin kamu perlu segelas kopi untuk menjernihkan pikiranmu, Miley! Ah, kau memang terlihat kelelahan, wajar jika konsentrasimu menurun."Saat satu per satu rekan kerjanya mulai memojokkannya dengan mengatakan bahwa dia salah, Miley mengerutkan kening. Dia telah membaca file di databasenya berulang kali, tidak mungkin dia bisa salah.Dengan wajah bingung, Miley bertanya kepada semua orang. "Saya yang mengelola database ini. Bagaimana mungkin kalian mengatakan bahwa saya yang salah? Sangat j
Tanpa berpikir panjang, Dan Brown segera mengangguk ketika Henry tampak memberinya pilihan. Menyinggung seseorang yang mampu membeli rumah di kawasan Alexandria memiliki ancaman besar, Dan Brown tak mau mengambil banyak risiko sehingga ketika Henry memberi penawaran, satu-satunya yang terlintas di kepalanya adalah ‘setuju’. Itu adalah sebuah kesempatan langka yang mungkin tidak datang dua kali. Maka dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. "Tuan Henry, jika permintaan Anda adalah sesuatu yang berada dalam kendali saya, maka saya akan melakukannya," ucap Dan Brown yang kini berbicara dengan Henry menggunakan bahasa yang lebih sopan. Henry tersenyum, dia mengangguk atas respon baik dari Dan Brown. Sesaat setelahnya, Henry mengetuk meja dengan jari telunjuknya beberapa kali, seolah sedang memikirkan hal pertama yang akan dia minta dari Dan Brown. Seketika, semua orang yang berada di dalam ruangan itu, terutama mereka yang pernah mencemooh Henry kini merasakan dada mereka seperti d
Kalimat Dan Brown menampar wajah Roggie berkali-kali. Ia hanya bisa menelan ludah sambil meratapi nasib sial yang akan segera datang menjemputnya, mentraktir puluhan orang di Blue Ocean Restaurant adalah sesuatu yang tak pernah ada di dalam rencana hidupnya. “Baiklah, jika anda tidak ada yang keberatan tentang tagihan yang nanti akan membengkak, saya akan memproses pesanan ini.” Pelayan tersebut mengangguk dengan senyuman sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan. Dalam waktu lima belas menit, beberapa pelayan masuk dengan beberapa hidangan lezat di tangan mereka. Sebelum makan, orang-orang berterima kasih lagi kepada Henry dan Dan Brown, serta Anthony. Jika saja klien Anthony tidak membeli rumah mahal itu, mereka tidak akan bisa duduk di ruang VIP Blue Ocean. Satu demi satu orang-orang di ruangan tersebut tampak menyampaikan rasa terima kasih mereka untuk Henry dan juga Dan Brown. Tak ada satu pun dari mereka yang berkenan menyampaikan terima kasih kepada Derry dan Roggie, meski
Henry baru saja keluar dari Restoran Blue Ocean ketika seorang pria menyambutnya di lobi dengan mobil mewah berwarna hitam. "Tuan Henry, silakan masuk." Ketika Henry naik dan duduk, pintu mobil ditutup. Pria yang tak lain adalah Jack langsung duduk di bagian kemudi. Mobil meninggalkan lobi Restoran Blue Ocean dengan kecepatan sedang. "Jack, bolehkah saya tahu nama belakangmu atau apakah kamu memiliki nama lain?" tanya Henry tiba-tiba. Jack memandang Henry melalui kaca spion tengah. "Iya, Tuan Muda. Nama saya adalah Jack Robinson." "Baiklah, aku merasa kurang nyaman memanggilmu Jack dengan alasan tertentu. Apakah kau keberatan jika mulai saat ini aku memanggilmu Robin?" tanya Henry. Ada kenangan yang kurang menyenangkan yang pernah dialami Henry dengan seseorang bernama Jack, jadi, setiap kali dia memanggil orang suruhan Oliver Wood tersebut, Henry merasa seperti mengingat Jack - seseorang yang pernah melakukan hal buruk padanya di masa silam. Jack Robinson mengerutkan kening ses
Ridgewood AvenueAda sebuah gang buntu di Ridgewood Avenue yang tak akan pernah dilupakan oleh Lily Wilson selama sisa hidupnya. Dan, kali itu Henry membawanya ke sana, ke Ridgewood Avenue, tempat di mana bertahun-tahun yang lalu, Lily menyaksikan sebuah kejadian yang membuatnya meneteskan air mata.Beberapa tahun yang lalu, ketika Henry baru berusia dua puluh lima tahun, dia menyelamatkan seorang gadis yang merupakan putri seorang konglomerat dari sebuah kecelakaan. Karena pertemuan itu, gadis tersebut jatuh cinta pada Henry yang dianggapnya sebagai seorang pria dewasa dengan kepribadian yang menawan. Sejak hari itu, gadis itu terus mengejar Henry dan memintanya untuk menikahinya.Bahkan, meskipun di kemudian hari gadis itu mengetahui bahwa Henry sudah menikah, dia tetap mempertahankan cintanya padanya. Ketika gadis itu mendengar kabar bahwa Henry telah diusir dari rumah keluarga Wilson dan tinggal dalam kemiskinan di apartemen yang buruk, dia pergi mencari Henry.Keduanya kemudian b
Beberapa waktu kemudian, Lily dan Henry masuk ke sebuah rumah makan sederhana. Seorang wanita berusia lima puluh tahunan dengan wajah Asia menyambut mereka."Halo, anak-anakku... sudah lama sekali sejak terakhir kali kalian datang ke sini.""Hai, Bibi Miho," Lily menyapa dengan senyum manis. "Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus diurus akhir-akhir ini," jawab Lily dengan ramah.Bibi Miho mengerutkan kening lalu melirik ke arah Henry. "Wow... apakah itu berarti Henry sudah mendapat pekerjaan? Ah, aku senang mendengarnya, sayang."Lily dan Henry menggelengkan kepala bersama-sama. "Henry belum mendapatkan pekerjaan, tapi dia bekerja sangat keras demi membantuku mendapatkan pekerjaan yang layak, akhirnya, keberuntungan pun menghampiri kami," jawab Lily dengan jujur.Sejenak, Bibi Miho mengambil nafas dalam-dalam mendengar bahwa Henry masih belum mendapatkan pekerjaan. Namun, mengingat bahwa Lily menyebutkan bahwa mereka beruntung, Bibi Miho tersenyum lagi. "Apa pun itu, aku senang me
Usai makan siang di kedai bibi Miho, Henry mengajak Lily berjalan kaki ke taman Ridgewood. Dulu, ketika perut mereka lapar di sore hari, mereka sering berjalan-jalan di taman Ridgewood sembari memandangi para penjual makanan keliling. Dua tahun lalu, ketika simpanan uang Lily sedang menipis, makan malam menjadi kegiatan yang mereka hilangkan. Melewatkan makan malam terbukti lebih mudah ketimbang melewatkan sarapan pagi. Itulah sebabnya, saat lapar mendera, Henry dan Lily akan duduk-duduk di taman Ridgwood, memandangi lalu-lalang orang hingga keduanya disergap rasa kantuk yang tak tertahan. Setelah sensasi lapar ditenggelamkan oleh rasa kantuk yang berat, Henry dan Lily akan pulang dan tertidur tanpa perlu repot-repot mengurangi uang mereka yang sedikit.“Sayang, aku sengaja mengajakmu ke sini, agar aku selalu ingat, aku pernah menjadi suami yang tak berguna.” Henry bergumam sesaat setelah dia dan Lily tiba di taman Ridgewood.Satu tangan Lily meraih siku Henry, mendekapnya erat semba
“Kau yakin dia adalah Nyonya Hudson, Sayang?” Lily terkejut setelah mendengar bisikan dari Henry. Nyatanya, seseorang yang bernama Nyonya Hudson adalah orang yang paling banyak berkontribusi atas penderitaan Lily dan Henry ketika keduanya baru tiba di flat kumuh kawasan Ridgewood dua tahun lalu.Henry menganggukkan kepala. “Ya, dia adalah Nyonya Hudson. Meski wajahnya jauh lebih buruk dari terakhir kali kita bertemu, aku tetap mengenalinya, Lily. Jika kau ragu, cobalah untuk memanggil namanya.”“Benarkah itu?” Jantung Lily berdegup kencang saat ia membuat ancang-ancang untuk memanggil pengemis tua itu. “Nyonya Hudson…? Kaukah itu?”Si pengemis tua menolehkan kepala ke belakang, tangannya yang telah menjulur separuh ke dalam tong sampah kini ia tarik lagi sebab telinganya mendengar suara yang tak asing di telinganya.“Li… Lily Wilson…” Pengemis tua tergeragap, tak menduga jika ia akan berjumpa lagi dengan Lily Wilson di kesempatan seperti itu.Perempuan tua itu benar-benar Nyonya Huds