Pagi-pagi sekali terlihat Henry dan Lily sedang berkemas. Mereka mengakhiri trip lebih cepat dari seharusnya untuk menyiapkan tugas-tugas dalam Mega Proyek dari Emerald Group."Sayang, maaf jika pekerjaanku membuat liburan kita berakhir lebih cepat," lirih Lily pada Henry.Henry menggeleng pelan. Senyuman tipis terukir di wajahnya, dengan tangan yang merangkul mesra pinggang Lily, Henry berkata jika dia tidak mempermasalahkan hal tersebut."Kita bisa melanjutkan liburan di lain waktu. Setelah proyekmu selesai, kita bisa pergi ke tempat yang lebih menarik dari Paradise Island. Sebut saja nama tempat yang ingin kau kunjungi, aku akan membawamu ke sana."Senyuman di bibir Lily merekah, beberapa waktu terakhir, suaminya selalu memberi kejutan yang tak terduga. Ia sempat penasaran, sebenarnya, ada berapa jumlah stok kejutan yang telah dipersiapkan oleh Henry untuknya.“Baiklah, bagaimana jika aku ingin ke Bulan?” tanya Lily dengan ekspresi menggoda.Melihat istrinya bersikap manja dan sedi
Kedatangan wanita tersebut membuat Henry dan Lily mengabaikan Johan seolah pria tersebut tak ada di sana. Henry menyambut kedatangan wanita itu dengan senyuman hangat sementara Lily terlihat tampak antusias hingga merangkul pundaknya."Adik manisku, aku mencarimu dari tadi." Lily merangkul gadis itu, memperhatikan dari ujung rambut hingga ujung kepala. "Kau tampak berbeda dari terakhir kali kita bertemu."Gadis itu tersenyum manis. Binar matanya menggambarkan jika dia sangat senang bisa bertemu dengan Lily. "Nona, bagaimana kabar anda? Apakah liburan anda menyenangkan?""Sangat menyenangkan! Suamiku selalu bisa membuatku tersenyum setiap waktu. Hanya saja ..." raut wajah Lily mendadak berubah. Dari yang awalnya sangat senang berubah menjadi dan terlihat kesal."Hanya saja apa, Nona?" tanya gadis itu penasaran."Hanya saja ada beberapa lalat dan tungau menyebalkan yang membuatku terganggu. Apa kau tahu, hal itu sangatlah menyebalkan."Gadis itu menggenggam kedua tangan Lily seraya berk
Akhirnya, gadis di samping Lily sepakat untuk diam dan membiarkan Henry yang menyelesaikan tugasnya.Johan yang masih marah pun melampiaskan semuanya kepada Henry dengan tujuan menjatuhkan harga diri Henry sekeras mungkin. "Tunggu sampai si manager datang! Aku bersumpah akan membuat orang bodoh sepertimu menyesal seumur hidup karena telah menyinggungku!"Henry tersenyum tipis. "Karena kebodohanmu sudah cukup meresahkan, kupikir kau yang akan menyesal seumur hidup.”Johan Morris hendak membalas hinaan Henry, namun, seorang pria berpakaian rapi tampak sedang berjalan cepat menuju ke arah keributan berasal."Tuan Harris, ini adalah Tuan Morris yang ingin menyampaikan complain,” tutur Karen kepada sang manager yang bernama Harris.Harris mengangguk paham dan kembali mengabaikan Karen sebelum mendekati Johan Morris dan Henry yang terlihat masih bersitegang."Tuan-tuan, ada yang bisa saya bantu?"Johan mengangguk cepat dan menunjuk Henry di depan wajah pria itu. "Tuan Harris, aku tidak ing
Ketika para pelanggan lain masih saling berbisik menggunjing Johan Morris, Henry memanfaatkan situasi tersebut untuk menunjukkan dominasinya sekaligus untuk membuat Johan semakin meratapi nasib sialnya.Henry memanggil Harris, dan meminta Harris untuk melakukan sesuatu. Harris yang kini juga turut menghormati Henry segera mengangguk patuh. Kini, Harris memandang Henry sebagai tamu kehormatan yang wajib diperlakukan dengan sangat spesial."Apa yang bisa saya lakukan untuk anda, Tuan?" Harris bertanya sembari membungkuk dengan cukup dalam kepada Henry."Makan siang kali ini biarkan aku yang mentraktir mereka."Harris menjadi gugup saat mendengar ucapan Henry. "Maaf Tuan Henry, akan tetapi tagihan makanan mereka bisa jadi akan luar biasa besar. Demi kebaikan anda, saya kira anda tak perlu melakukannya."“Ah, soal tagihan, kau tak perlu khawatir, Aku akan mentraktir semua penumpang di sini seluruhnya kecuali Johan Morris!”Beberapa penumpang di kapal pesiar itu bersorak riang ketika mende
Henry terbangun pagi-pagi dan menyadari tangannya terasa sakit karena digunakan sebagai bantal oleh Lily sepanjang malam. Meskipun begitu, ia tidak tega untuk menggeser kepala Lily dan hanya memandangi wajah polos istrinya. Kemudian, Henry mengecup pipi Lily dengan lembut."Uh... Sayang...." Lily bergumam dengan mata tertutup."Waktunya bangun. Kau punya pekerjaan pagi ini, ingat?" Henry terus mencium aroma lembut istrinya. "Ada rapat di Emerald Group."Lily perlahan membuka mata. "Ah... Sudah pagi? Mengapa waktu berlalu begitu cepat?" keluhnya, menggerutu dan berharap masih bisa melingkari tubuh Henry.Sambil masih berada dalam pelukan Henry, Lily mendapat ciuman singkat di bibirnya dari suaminya."Cepatlah bangun, sayang.""Iya... Aku akan bangun…"Henry lantas mengangkat selimut yang menutupi tubuh mereka berdua. Dengan susah payah melawan malas, keduanya bangun untuk mandi dan bersiap. Hari ini akan menjadi hari pertama Lily bertemu dengan para eksekutif dari Emerald Group, tentu
Roggie tersenyum miring dan membalas ocehan Henry. "Justru karena orang dengan kapasitas sepertiku saja membutuhkan effort luar biasa untuk membeli rumah di sini, bisa dipastikan orang sepertimu tidak akan mampu membeli apa pun dari Seven Star Real Estate. Bahkan jika kau sudah berhemat seumur hidup sekalipun."Pada akhirnya, keributan yang terjadi antara Henry dan Roggie terdengar sampai ke dalam gedung Seven Star real estate dan menarik perhatian beberapa orang.Seorang pria muda dengan stelan rapi keluar karena terganggu dengan keributan itu, dia menemui keduanya. Saat melihat salah satu orang yang membuat keributan, dia terkejut. Dia lantas menyapa salah satu orang tersebut."Hei Roggie, kudengar kau sudah dipromosikan menjadi manager di perusahaanmu, huh? Ah, tak kusangka hari ini aku kedatangan calon pelanggan potensial!"Dia adalah Derry, salah satu sales muda di Seven Star real estate, dia memiliki hubungan yang cukup baik dengan Roggie Jackson.Mendengar ucapan Derry, Roggie
Kata-kata Henry membuat Roggie tertawa terbahak-bahak. "Membeli rumah termahal dari Seven Star Real Estate? Ha ha, sepertinya pria itu sudah gila!"Roggie tak mengerti mengapa seorang pria miskin seperti Henry lantas berpikir bahwa Henry mampu melakukan hal-hal di luar batasnya. ‘Apakah itu karena dia telah banyak dianiaya oleh keluarga Wilson sehingga Henry sekarang mengalami gejala kegilaan?’ batin Roggie membuat praduga.‘Atau, apakah Henry mengalami kecelakaan sebelum datang ke tempat ini?’Karena merasa tergeliti, Roggie pun bertanya pada sepupu iparnya, "Henry, sebelum kau datang ke tempat ini, apakah kepalamu sempat menghantam tiang listrik? Ha ha ha, bagaimana kau bisa sembrono mengatakan bahwa kau mampu membeli properti paling mahal, bahkan untuk harga properti termurah di sini, kau tak akan bisa membelinya bahkan jika dirimu telah menabung seumur hidup!"Sebelum Henry bisa menjawab penghinaan Roggie, Derry menyahut. "Hei, Anthony, apakah kau tahu mengapa karirmu lambat dan k
“Tuan Henry?” Anthony melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Henry sebab ia baru menyadari jika lawan bicaranya sama sekali tak memerhatikannya sejak tadi. “Tuan Henry, anda tidak mendengar penjelasan saya?”Henry yang sedikit tergeragap lantas menggaruk hidungnya yang tak gatal. Meski tak mendengarkan sepenuhnya ucapan Anthony, ia cukup mengerti jika yang ditawarkan Anthony barusan adalah rumah dengan spesifikasi yang tidak terlalu bagus. Sementara Henry ingin memberikan hadiah terbaik untuk ulang tahun Lily, maka rumah yang ia pilih haruslah yang terbaik.“Tuan Henry?” Anthony memanggil Henry lagi.Henry tersenyum canggung lalu menggeleng-gelengkan kepala. “Oh, maaf, aku mendengarkan penjelasanmu, sedikit. Tetapi yang jelas, aku tak berminat dengan rumah seharga $215,000 itu.”Orang-orang yang menyaksikan percakapan antara Henry dan Anthony lantas menggeleng perlahan. Rumah yang baru saja ditawarkan Anthony adalah salah satu rumah termurah di Seven Star Real Estate.‘Meski itu