Beranda / Fantasi / Sang Pewaris Tahta / 001 | Opening Sequence

Share

Sang Pewaris Tahta
Sang Pewaris Tahta
Penulis: Reidhika

001 | Opening Sequence

Penulis: Reidhika
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-19 14:05:30

Seingatnya ia tengah berada di sebuah ruangan besar. Kala itu, ia seolah menjadi pusat perhatian. Belasan atau mungkin juga puluhan orang memberikan atensi penuh pada dirinya. Ruangan itu, seumur hidup adalah yang paling dibencinya—sepanjang ingatan yang masih bisa digali dari otaknya, tidak pernah benar-benar ada kejadian menyenangkan yang terjadi di sana.

Bahkan hingga saat ini.

Ia berdiri, di tengah ruangan, di atas karpet beludru berwarna merah terang yang membentang dari pintu kayu berwarna coklat tua hingga tepat di depan singgasana. Puluhan pasang mata tertuju padanya, seolah menunggu untuk menyaksikan drama macam apa lagi yang akan ditampilkan di sini.

Dulu sekali, mungkin ketika usianya masih belia, satu-satunya hal yang terekam jelas dalam pikirannya adalah ketika sang ibu dihukum penggal. Ia masih terlalu muda kala itu, salah mengartikan senyum sendu milik wanita itu dan menganggapnya hanya senyum yang memang biasa ditunjukkannya. Masih mengira bahwa ia akan selalu melihatnya kembali. Hari ini, dan juga besoknya, hingga mungkin entah sampai berapa lama.

Keesokan harinya, ia tidak pernah lagi mendapati wanita itu menghampirinya.

Sudah berapa tahun sebenarnya sejak hari itu?

Hari ini rasanya seperti deja vu . Hanya yang berbeda adalah bahwa dia ada di posisi yang sama seperti ibunya, menjadi objek utama perhatian. Salah satu dari pemeran utama akan sandiwara yang menggelikan.

Sang raja duduk di singgasananya, menatap datar pada putra keduanya yang enggan menundukkan pandangan ataupun berlutut. Iris hijau serupa milik keduanya saling beradu pandang. Semua orang berada yang berada dalam satu ruangan serempak menahan nafas. Tempat ini terasa menyesakkan. Sang raja bukan sosok yang pengasih, ia seorang tiran yang tidak peduli pada apapun selain kekuasaannya di kerajaan ini. Keluarga hanyalah status, selebihnya hanya dianggapnya sebagai orang yang kebetulan satu darah dengannya.

Pangeran kedua menarik nafas perlahan, sudah mengira bahwa cepat atau lambat ia memang akan ada di posisi ini.. Berdiri jadi tontonan para bangsawan seolah ia orang bodoh. Tidak mengherankan sebenarnya, banyak orang tidak menyukainya, mungkin karena ia yang terlalu berbeda dari semua saudaranya atau hanya karena ia yang terlalu lurus. Siapa yang tahu?

Menjadi orang yang jahat memang terdengar mengerikan, tapi menjadi orang yang baik terutama di istana ini hanya akan membawa petaka.

Sang perdana menteri melangkah dan berdiri tepat di hadapannya, laki-laki paruh baya dengan rambut yang sebagian mulai memutih itu menatap pemuda berumur dua puluh satu tahun yang masih bersikeras untuk tetap berdiri. Helaan nafas tipis terdengar, dan sang pangeran hanya membalas dengan senyumnya. Orang tua ini adalah salah satu yang cukup dekat dengannya sepeninggal sang ibu. Dia bukan laki-laki yang lembut tapi sebenarnya jauh lebih pengertian dari apa yang selalu ditunjukkannya.

“Paman menteri, anda bisa memulainya. Setidaknya ini akan lebih cepat berakhir.”

Hukum penggal atau apapun, ia tidak peduli. Frasa kematian jadi terdengar indah dalam benaknya kini, setidaknya ia bisa bebas dari tempat yang mengekangnya ini walau karena sesuatu yang bahkan bukan kesalahannya.

“Ailfrid Regan Hargreaves.”

Suara orang tua tersebut memecah keheningan. Ia enggan untuk melanjutkan, namun apa yang bisa diperbuatnya jika si pemilik kekuasaan tertinggi yang memberi perintah kepadanya. Ada janji yang seharusnya ia tepati, tapi ada sumpah lain yang mencekik lehernya seperti dewa kematian.

Tapi ia ingin tetap hidup, setidaknya sampai pada waktu dimana ia bisa benar-benar melepaskan segalanya.

“Dikarenakan pelanggaran peraturan kerajaan yang sudah dilakukan oleh pangeran kedua, maka kerajaan dengan ini memutuskan—“

Ada beberapa hal yang bisa ia lakukan sejujurnya tapi karena yang dihadapi adalah sang raja, maka ia harus jauh lebih memutar otaknya.

“—mencabut gelar dan nama keluarga kerajaan, dan menyatakan bahwa pangeran kedua bukan lagi bagian dari kerajaan Aldrand. Pangeran kedua dilarang memasuki wilayah ibukota kerajaan sampai batas waktu yang tidak ditentukan.”

Setidaknya, hanya itu yang ia bisa untuk mengintervensi hukuman dari sang raja.

Pengasingan, dan juga pengusiran.

Pemuda berambut coklat kemerahan itu mengerjapkan kedua matanya, sudut bibirnya terangkat, kalau tidak ingat tempat mungkin tawanya akan terlepas begitu saja. Ini bukan hukuman yang buruk, sisi baiknya adalah ia bebas. Pergi kemana saja selama itu bukan ibukota Aldrand. Tahu begini kenapa tidak ia lakukan dari dulu saja?

Iris hijaunya menatap laki-laki tua yang menatapnya sendu, ada rasa bersalah yang terbaca dari raut wajahnya, tapi ia cukup tahu bahwa hukuman yang diterimanya kini adalah berkat campur tangan dari sang perdana menteri. Ia menundukkan kepalanya, menunjukkan penghormatan terakhirnya pada laki-laki yang selalu menjaganya dalam diam.

Bibirnya bergerak perlahan, mengucapkan sebentuk kalimat yang sebenarnya mungkin tidak cukup seberapa kalipun ia ucapkan.

“Terima kasih."

~0~

(Tiga tahun kemudian)

Iris hijau membuka perlahan, mengerjap beberapa kali hanya untuk mendapati sepasang mata sewarna rubi menatapnya dari atas. Cahaya yang masuk melalui jendela di depannya terhalang oleh seseorang yang berdiri tepat di sebelah ranjang. Ia menghela nafas, inginnya sih memejamkan mata kembali tapi sosok yang berdiri di dekatnya ini benar-benar membuatnya risih.

“Seth.”

“Ya?”

“Menyingkir dari situ.”

“Aku tidak melakukan apapun?”

“Makanya lakukan sesuatu sana, sialan.” Pemuda berambut coklat itu melayangkan kepalan tangannya untuk memukul teman seperjalanannya itu namun sasarannya telah lebih dulu melompat ke belakang membuatnya hanya bisa memukul angin.

Namanya Seth. Pemuda berambut pirang yang kelihatannya seumuran dengannya, walau ia yakin sekali orang itu jauh lebih tua darinya.

Tentu saja, ia bukan manusia.

Umur aslinya mungkin saja bisa sepuluh, dua puluh, lima puluh atau bahkan mungkin seratus tahun lebih tua dari penampilannya kini. Ia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu sebenarnya, dan yang bersangkutan pun seperti enggan untuk menjelaskannya.

Ailfrid mengubah posisinya menjadi duduk di tepian ranjang. Ia menatap ke luar jendela dan mendapati langit sudah terlalu terang untuk disebut pagi. Berapa lama ia tertidur? Kalau tidak salah ingat ia sampai di kota ini semalam setelah melalui perjalanan panjang dengan kereta api. Mereka berdua bergegas mencari penginapan yang masih buka di saat waktu nyaris menunjukkan tengah malam dan yang terlihat di jalanan kota adalah para gelandangan.

“Jam berapa sekarang?”

“Dua belas,” buru-buru Seth menambahkan, “jangan salah, aku sudah berusaha untuk membangunkanmu tapi kau tidur bahkan seperti mati.”

Lawan bicaranya tidak menyahut, ia hanya menyibakkan selimutnya lalu berjalan ke kamar mandi. Tubuhnya terasa lelah, lima jam perjalanan dengan kereta api seharusnya bukan apa-apa untuknya. Toh ia memang sering melakukannya, bukan hanya kereta bahkan juga termasuk kapal hanya untuk menyeberangi satu pulau ke pulau lainnya.

Ada sesuatu yang lain. Ini sudah tiga tahun berlalu, dan seharusnya ia sudah terbiasa dengan keadaannya saat ini. Tapi sesekali, apa yang dialaminya dan didengarnya di ruang singgasana itu selalu muncul dalam mimpi. Semuanya terulang dengan jelas dalam mimpinya seolah ia kembali mengalami kejadian ketika ia diusir dari istana. Tatapan orang-orang, tatapan sang raja, bahkan tatapan keempat saudaranya. Hanya sang perdana menteri, satu-satunya orang yang paling terbebani dengan hukuman yang ditujukan untuknya.

Dan ketika mimpi itu terulang sesekali, tubuhnya akan jadi terlalu lelah. Seolah semua tenaganya tersedot habis seperti baru saja melakukan perjalanan panjang dengan berjalan kaki.

Ailfrid berdiri di depan cermin, menatap tampilan dirinya yang sudah berubah terlalu banyak dibandingkan tiga tahun yang lalu.

“Tiga tahun sudah berlalu, bukankah seharusnya orang itu menjemput karmanya sendiri?”

Karena apa yang terjadi padanya kini, adalah buah dari keserakahan orang-orang kerajaan.

Bab terkait

  • Sang Pewaris Tahta   002 | Rockfell City

    Kota Rockfell adalah kota kecil di Kerajaan Aldrand.Tapi, namanya saja yang kota, kalau dilihat lebih jauh tempat itu lebih terlihat seperti sebuah desa yang sedikit lebih maju peradabannya. Tempat itu terlalu kecil, penduduk aslinya mungkin tidak lebih dari seratus orang, tapi ramai akan pendatang. Entah itu untuk singgah sejenak atau tinggal beberapa hari. Kota ini memang ada di jalur perjalanan, dan memiliki lebih sedikit hambatan jika ingin melanjutkan perjalanan ke Nuada dibandingkan dengan jalur lain, makanya orang-orang luar kerajaan yang ingin menuju ibukota lebih memilih melewati Rockfell.Ailfrid berjalan melintasi jalanan yang mulai dipenuhi oleh para pedagang—kebanyakan dari mereka hanya menjual bahan makanan dan pakaian, beberapa lainnya menjual obat-obatan, mengingat para pendatang yang singgah lebih sering mencari barang-barang semacam itu. Kota ini sangat jauh dari ibu kota kerajaan, Nuada. Butuh waktu empat hari dari tempat ini untuk mencapai Nuada—dengan catatan, pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Sang Pewaris Tahta   003 | Cerita tentang Naga yang Tersegel

    Jalanan terjal yang dipenuhi bebatuan licin adalah yang menyambut Ailfrid dan Seth ketika mereka tiba di hutan Chinia. Rerumputan tumbuh hingga nyaris separuh tinggi badan mereka. Tempat ini jelas sekali tidak pernah dilalui oleh manusia. Sejak dulu orang-orang lebih memilih untuk ke arah perbatasan barat dan memutar jalan melewati perbukitan jika ingin ke Nuada, walau sebenarnya waktu perjalanan akan terasa lebih singkat jika melewati Chinia.Tapi, memangnya siapa yang akan melewati tempat dimana ada naga di dalamnya?Segel itu dibentuk puluhan tahun yang lalu, tidak ada jaminan kekuatan segelnya akan tetap sama kuatnya seperti waktu itu. Daripada mengambil resiko yang tidak pasti, lebih baik melewati jalan yang lebih jauh tapi keselamatan lebih terjamin.Pepohonan di kanan dan kiri jalan tumbuh cukup lebat, membuat bias sinar matahari tidak banyak masuk. Tempat ini cukup gelap, bahkan di waktu tengah hari seperti sekarang ini.“Hei, ini jalan yang benar kan?”Ailfrid yang berjalan d

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Sang Pewaris Tahta   004 | Earthquake and A Princess From The North Kingdom

    Ailfrid sudah sejak tadi mengakhiri ceritanya. Keduanya masih terdiam di posisi, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.Seth sudah hidup sangat lama, mungkin sejak dua atau tiga generasi kekaisaran Vriyodora. Ia dan kaumnya memang memilih menjauh dari manusia, tinggal di reruntuhan kota yang sudah mati. Mengisolasi diri dari dunia luar, tapi itu tidak berarti ia tidak memperhatikan apa yang terjadi di luar sana.Tapi sampai tidak mengetahui apa yang terjadi di Aldrand padahal itu bukan kejadian kecil jelas adalah sesuatu yang aneh. Setidaknya, seharusnya kerajaan utara juga mengetahuinya karena posisi mereka saling berdekatan.Lain Seth, maka lain pula apa yang dipikirkan oleh Ailfrid. Sang raja pada dasarnya punya kemampuan sihir yang cukup kuat, kalau tidak, mana mungkin ia bisa mengendalikan naga untuk menyerang Nuada—walau itu adalah pemaksaan. Makhluk sihir biasa mungkin bisa dikendalikan dengan mudah, tapi naga termasuk makhluk agung. Butuh sihir yang cukup besar untuk mengen

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Sang Pewaris Tahta   005 | Naga Putih

    Ailfrid membuka kedua matanya perlahan. Hal yang pertama dilihatnya adalah langit gelap tanpa bintang yang membentang. Tangannya meraba sekitar dan baru disadarinya ia sedang terbaring di atas rerumputan dengan coat miliknya yang dijadikan bantalan. Ia mengerjap beberapa kali, lalu mengubah posisinya menjadi duduk.“Apa yang terjadi?”“Ah, kau sudah sadar?” Seth yang baru kembali dari berkeliling sekitar segera menghampiri Ailfrid.“Aku pingsan?” Ailfrid mengerutkan alisnya, “berapa lama?”Seth memberikan botol minum yang dibawanya dalam tas yang selalu tersampir di pundaknya pada pemuda berambut coklat itu, yang tentu saja diterima dengan senang hati.“Dua jam. Beruntungnya, selama dua jam kau tidak sadarkan diri tidak ada apapun yang terjadi. Gempa tadi hanya terjadi sekali, lalu…” Seth duduk tepat di depan Ailfrid yang masih belum ingin mengubah posisi atau sekedar beranjak, sebenarnya ia memang lelah jadi sekalian saja ia gunakan kesempatan ini untuk istirahat, “arus sihirnya meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Sang Pewaris Tahta   006 | Sihir Pelindung

    Ailfrid masih terus menatap bebatuan kristal di bawah sana. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Nekat mendekat hanya akan mengantar nyawanya secara sukarela, tapi kalau hanya diam dan tidak melakukan apapun, ini hanya akan jadi hal yang sia-sia. Ia tidak tahu sihir macam apa yang digunakan untuk mengurung makhluk itu. Bisa saja sihir hitam, atau malah sihir suci. Yang manapun sama berbahayanya kalau ia tidak tahu apapun.Belum lagi jika di sekelilingnya dipasangi sihir pelindung agar tidak ada seorang pun yang bisa mendekat—untuk yang ini mungkin ia masih bisa sedikit melakukan sesuatu, walau tidak yakin dengan hasilnya. Tapi setidaknya ia jauh lebih berpengalaman soal sihir pelindung dibandingkan dengan jenis sihir yang lain.'Setidaknya, kalau ingin memberikan informasi jangan setengah-setengah, sialan. Diam seperti orang bodoh seperti ini, aku yakin kalau dia akan melihat ini seperti sesuatu yang menggelikan,' batin pemuda berambut coklat itu.Ailfrid berusaha mengi

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-05
  • Sang Pewaris Tahta   007 | Kabut Hitam

    Ailfrid menyeka peluh yang mengalir di dahinya, di luar dugaan ini berhasil tapi di lain sisi ternyata cukup melelahkan padahal yang di pilihnya adalah pola yang paling sederhana. Apa yang diharapkan dari orang itu memintanya untuk melakukan semua ini? Hanya karena ia satu-satunya di antara mereka yang bebas pergi kemanapun? Yang benar saja.WushhDalam beberapa detik kabut hitam itu kembali menghilang, sihir yang digunakan Ailfrid hanya bisa bertahan lima detik saja dan semuanya kembali seperti semula. Harusnya itu cukup, kalau Seth memperhatikan dengan cukup baik."Bagaimana?""Kabutnya terlalu pekat, makhluk hidup yang bernafas mungkin saja akan mati di langkah pertamanya memasuki kabut karena menghirup udaranya, mungkin itu juga yang membuat para elf memutuskan untuk pergi dari sini. Hidup di tempat ini jadi seperti berdampingan dengan bom waktu yang sesekali bisa meledak kapanpun. Tapi..." Seth menoleh pada Ailfrid yang balas menatapnya."Hutan ini tidak terganggu sama sekali kan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-05
  • Sang Pewaris Tahta   008 | Iblis Penjaga

    Seth terus berlari mendekati bongkahan kristal transparan itu. Semakin lama, langkah kakinya terasa semakin berat. Sesuatu menahannya untuk terus mendekat. Ia yakin kalau saja ia seorang manusia, kemungkinan mati kehabisan nafas atau terlempar karena tekanan bisa jadi salah satu opsi untuk menghadap dewa kematian lebih cepat.Dewa kematian kali ini mungkin saja akan sungguhan berbahagia kalau salah satu dari mereka berhasil menjemput ajal.Iris merahnya menyapu sekeliling, kabut pekat itu kembali menguar, menghalangi pandangannya. Kelihatannya pada jarak tertentu seseorang berusaha mendekati kristal itu maka kabut pun akan muncul dengan sendirinya, tanpa harus menggunakan sihir pembuka tabir.Ia menyeringai, "Siapapun yang menyegel dan menciptakan jebakan semacam ini benar-benar niat sekali."Karena jika hanya bertujuan untuk mengurung, dinding pelindung seperti yang dibuat oleh para elf sudah lebih dari cukup. Kecuali jika si penyegel memang sungguhan menggunakan kekuatan naga putih

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-05
  • Sang Pewaris Tahta   009 | Jangan Menangkap Bayangan

    Seth masih tetap dalam posisinya, walau tangan kanannya tetap bersiaga. Jaga-jaga kalau makhluk di depannya ini akan menyerangnya lagi. Ia dan Ailfrid sebenarnya tidak terlalu diburu oleh waktu, kalau saja tidak ada gangguan semacam ini. Dengan munculnya makhluk ini, maka tidak akan menunggu waktu lama sampai mungkin raja Aldrand akan mengetahui tujuan mereka.Sosok di hadapannya terkekeh, ia membuka jubah yang menyelubungi tubuhnya. Iris merah keemasan adalah yang pertama dilihatnya. Berbeda dengan mata merah milik vampir yang lebih terlihat seperti warna batu rubi, warna mata milik orang ini merah terang—ciri dari seorang iblis.“Kita berdua sama-sama menjatuhkan harga diri dan tunduk pada manusia, jadi apa bedanya, Seth?”Seth menelan salivanya. Makhluk berambut hitam dengan tanduk yang dipenuhi oleh mata berwarna merah terang itu berbahaya. Dari segi umur dan pengalaman saja mereka sudah berbeda jauh. Bisa-bisanya tempat ini dijaga oleh makhluk seperti ini. Pantas saja para elf le

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-05

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Tahta   018 | Bocah laki-laki di kota yang terbengkalai

    Menjadi pengamat itu terkadang rasanya menyebalkan. Ia memperhatikan banyak hal, melihat banyak hal, dan menyadari banyak hal. Tapi kesemuanya itu tidak selalu sesuai dengan dugaannya. Ingin bertanya untuk memastikan, tapi ia sendiri harus memastikan banyak hal hanya untuk bertanya satu. Terutama sekali kondisi yang terlihat tidak memungkinkan sekalipun ia sudah memastikan banyak hal.Ailfrid bisa bertanya pada Arian soal dirinya, tapi itu sama saja dengan keharusan untuknya membuka identitas aslinya. Freya bukan orang bodoh, gadis itu tentu saja masih mengingat secara detail apa yang terjadi kemarin. Salah bertanya hanya akan membawanya kembali pada topik mengenai pangeran kedua yang disinggung oleh si pencuri.Mengajaknya keluar dari kompartemen?Hanya akan menimbulkan kecurigaan lebih jelas. Seth tidak masalah sebenarnya, tapi melihat bagaimana reaksinya terhadap Arian, salah bicara mungkin akan membawanya pada masalah lain yang tidak diketahuinya.Terlalu banyak berpikir hanya aka

  • Sang Pewaris Tahta   017 | Arian Bashkim, atau haruskah kita panggil dia... si pencuri?

    Stasiun kereta kota pelabuhan terlihat lengang. Bangunan tua dengan warna coklat tua yang mendominasi itu tidak terlalu besar, orang-orang pelabuhan jarang menggunakan kereta untuk bepergian karena jadwal yang sedikit jarang.Ketiga orang itu masih berdiri di depan pintu masuk, dengan Ailfrid yang berdiri di antara Seth dan Freya.'Ini buruk? Aku tidak pernah melihat mereka saling berbicara selain waktu pertama kali bertemu di penginapan, tapi kenapa mereka seperti sedang perang dingin begini?'Freya memang tidak menunjukkan raut wajah terganggu, tapi dengan minimnya interaksi mereka dan juga gadis itu yang tidak berusaha untuk berbicara dengan Seth, ia sudah cukup mengerti. Lain dengan Seth. Vampir itu jelas menunjukkan rasa tidak sukanya.Ailfrid menghela nafas untuk yang kesekian kalinya hari ini. Jangankan mengkhawatirkan apa yang ada di Lugh, sejak awal ia tidak yakin ini akan berjalan lancar.Pemuda berusia dua puluh empat tahun itu

  • Sang Pewaris Tahta   016 | Dua Sisi

    Scott berdiri di depan pintu berukuran besar berwarna putih gading. Ia masih belum ingin beranjak dari tempatnya. Dua pengawal yang berdiri di samping kiri dan kanan pintu hanya menatapnya sekilas, tapi tidak berani untuk bertanya—tidak, jangankan bertanya, mereka tidak sanggup bahkan hanya untuk mengeluarkan suara sedikitpun. Keduanya lebih memilih untuk menatap lantai marmer di bawahnya.Aura yang dikeluarkan oleh putra mahkota memang tidak pernah bersahabat, tapi yang kali ini jauh lebih buruk dari itu. Mereka sudah terbiasa, setiap kali menginjakkan kaki di istana utama, mood sang putra mahkota selalu berubah menjadi lebih buruk dari biasanya, apalagi jika bertemu dengan sang raja. Satu-satunya yang bisa membuatnya sedikit melunak hanya keberadaan perdana menteri.Ia menarik nafas. Tangan kanannya terjulur, membuka perlahan pintu besar itu. Ruangan di baliknya adalah ruang kerja sang raja. Perlahan ia melangkah masuk, setelah sebelumnya mengatur ekspresinya men

  • Sang Pewaris Tahta   015 | Scott Rodrick Hargreaves

    Pemuda berambut merah itu menghela nafas, kedua tangannya melipat selembar kertas berukuran kecil yang sedari tadi dilihat olehnya, sebelum kemudian merobeknya menjadi ukuran kecil. Serpihan-serpihan kecil itu dibiarkannya berjatuhan di atas meja. Seberkas cahaya berwarna kemerahan muncul dari tangan kanannya dan robekan kertas tadi perlahan terbakar hingga menjadi abu, lalu menghilang begitu saja.Burung elang berbulu coklat yang masih bertengger di jendela itu menatapnya dalam diam, lalu terbang menjauh. Tugasnya sudah selesai, setidaknya untuk sementara ini.Tok tokSuara ketukan pada pintu mengalihkan perhatiannya, lalu suara seorang lelaki paruh baya terdengar. “Putra Mahkota, Yang Mulia Raja ingin bertemu dengan anda di ruangan kerjanya.”Ia mengusap wajahnya dengan kasar, hembusan nafas berat terdengar setelahnya. Ia benci dengan situasi ini. Dari sekian banyak hal yang tidak disukainya, berada dalam satu ruangan dengan sang ayah adalah sal

  • Sang Pewaris Tahta   014 | Kota yang dibuang dan cerita tentang Empat Harta

    Freya menatap kedua orang di depannya dengan ragu. Ia sejujurnya tidak terlalu mengetahui soal Lugh. Hanya sekilas dijelaskan dalam sejarah yang pernah dipelajarinya beberapa tahun yang lalu, yang dulunya pernah menjadi kota pertanian yang cukup makmur di Riodora sebelum akhirnya dihapus dari peta. Selebihnya, tidak ada seorang pun di istana yang bersedia menjelaskan lebih lanjut soal Lugh, seolah ada yang sedang berusaha mereka tutupi.“Jadi…” Ailfrid bersandar pada jendela, sedangkan Freya duduk di salah satu kursi yang ada di sana, “kotanya hilang? Hancur? Atau sudah tidak berpenghuni?”Apa yang sudah pernah dibacanya terlalu jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Freya. Ada pesan lanjutan dari apa yang diterimanya ketika masih di Rockfell, tentang tujuan yang mengharuskan mereka menuju Lugh.Sebuah kota kecil di kaki gunung, nyaris dikelilingi perbukitan dan dibelah oleh sebuah sungai panjang. Satu-satunya cara menuju ke sana adalah dengan mengg

  • Sang Pewaris Tahta   013 | Kota Lugh

    “Pangeran… kedua? Apa maksudnya?” Freya adalah yang pertama mengeluarkan suara, keheningan itu sedikit mengganggunya, tapi apa yang dikatakan oleh pencuri tadi jauh lebih mengganggunya.Mathias menoleh pada sang putri, lalu mengalihkan tatapannya pada pemuda berambut coklat kemerahan di sampingnya. Laki-laki bertubuh jangkung itu menghela nafas pelan. Ia sudah menduga banyak hal—bahkan hanya dalam waktu beberapa saat ia berada di sini. Tapi bukan haknya untuk mengatakan apapun, toh itu bukan urusannya. Selama tidak mengganggu ketentraman di Riodora, ia tidak peduli.“Tuan Putri, ini sudah saatnya anda kembali. Kakak anda mungkin saja sudah mengacau di istana.”Ia tidak membual untuk yang satu ini. Sang raja adalah orang yang bijaksana, walau agak kaku. Tapi ia orang yang pengertian. Hanya saja di luar dari urusan kerajaan, sayangnya orang itu juga seorang kakak—yang protektif, kalau perlu ditambahkan. Bukan sesuatu yang aneh, mengingat mereka berdua hanya

  • Sang Pewaris Tahta   012 | Pengejaran

    Irene terus berlari mengejar laki-laki itu, tanpa menyadari bahwa ia sudah terlalu jauh dari tempatnya semula. Langkah kedua kakinya membawa dirinya ke pelabuhan besar Kerajaan Riodora. Ia baru menyadari ketika suara dari cerobong asap di salah satu kapal yang akan pergi tertangkap indera pendengarannya, membuatnya seketika menghentikan laju larinya.Ia menoleh ke salah satu sisinya, lautan sudah nyaris di depan mata. Ada banyak kapal yang berlabuh di sana, entah itu kapal kecil atau kapal besar. Kapal pengangkut barang, ataupun kapal penumpang. Pelabuhan adalah tempat tersibuk di Riodora, dibandingkan tempat lainnya di kerajaan ini. Keramaiannya nyaris tanpa henti bahkan walau waktu sudah menunjukkan tengah malam atau dini hari, dan waktu siang menuju senja adalah waktu paling ramai, karena di waktu-waktu itu kapal penumpang banyak berlabuh.Gadis itu membelalakkan kedua matanya, menyadari bahwa ia sudah berlari terlalu jauh. Ia menatap sekelilingnya, laki-laki ta

  • Sang Pewaris Tahta   011 | Sebuah kebetulan dan... kencan?

    Pelabuhan Kerajaan Riodora dipenuhi oleh ratusan orang berlalu-lalang. Sebagian ada yang memang bertujuan ke luar wilayah, sebagian lagi para pendatang, dan sebagiannya lagi adalah orang-orang yang memang bekerja di sana. Cuaca terik membuat sebagian orang menjadi emosi, sesekali terdengar umpatan dan makian di beberapa sudut.Dua hari terlewati di laut lepas tanpa ada kendala berarti. Beruntung saja badai yang kadang timbul tidak muncul sama sekali. Ailfrid di tengah laut bukan orang yang bisa diandalkan, malah lebih terasa seperti beban. Beberapa kali perjalanan laut mereka, dan beberapa kali itu pula Seth selalu punya keinginan untuk mendorongnya ke tengah laut. Orang itu merepotkan. Kalau hanya diam di dalam kabin saja sampai mereka tiba di tujuan, ia tidak masalah. Tapi Ailfrid lebih senang menempel padanya seperti benalu.Mereka berdua turun dari kapal, dengan Ailfrid yang berjalan sambil memegangi pundak Seth. Kepalanya masih terasa pusing, dan perutnya masi

  • Sang Pewaris Tahta   010 | Cerita dari Pangeran Kedua

    “Jadi?” Seth sudah duduk di salah satu kursi di kamar penginapan yang disewa oleh Ailfrid. Iris rubinya mengarah tepat pada pemuda berambut coklat kemerahan yang berusaha mengalihkan pandangannya agar tidak beradu dengan sang vampir.Hari sudah memasuki tengah malam ketika mereka kembali ke penginapan. Keduanya berteleportasi langsung ke dalam kamar, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikit pun. Kalau mereka muncul di lobi, mereka hanya akan menimbulkan keributan, apalagi ditambah jalanan kota di waktu seperti ini yang masih terlihat ramai. Sihir memang hal yang biasa di dunia ini, tapi lain ceritanya kalau mereka tiba-tiba muncul di jalanan dengan seekor naga dalam pelukan.Naga itu hewan sihir suci, membawanya begitu saja bukan hal yang tepat terutama karena Aldrand pernah berurusan dengan salah satunya. Bayangkan saja seberapa hebohnya orang-orang di luar sana.“Kau tidak ingin membiarkanku istirahat? Setidaknya, biarkan aku berbaring satu jam saja,” Ailfrid baru saja meletak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status