Share

Bab 635

Penulis: Benjamin
Liam tidak mengatakan apa-apa lagi dan mengikuti Daffa ke halaman belakang, baru berhenti ketika mereka berada di pojokan yang terpencil. Mata Liam membelalak saat dia dengan jari yang gemetar menunjuk ke pojokan itu, berkata, “Tempat ini terlihat benar-benar berbeda. Dulunya, ini tertutupi dengan bunga, tapi sekarang kosong melompong.”

Daffa mengangkat sebelah alisnya, kemudian mengangguk dan tersenyum. “Iya, kamu benar. Saat kamu pergi, banyak orang melihat banyak tanah dipindahkan dari vila Keluarga Sanjaya, yang berarti mereka telah membangun ruang rahasia di suatu tempat.”

Napas Liam menjadi cepat. Dia tidak percaya ayah dan putrinya dikurung di sini selama ini. Bagaimana kondisi mereka di dalam sana? Apakah mereka bisa makan atau minum sejak dia kembali ke vila?

Daffa menepuk pundak Liam ketika dia merasakan kecemasan dan rasa bersalah Liam. “Kamu tidak perlu segugup itu. Aku bisa merasakan situasinya belum seburuk itu bagi mereka di sana.” Seraya dia berbicara, dia melangkah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 636

    “Dia sangat mengkhawatirkan kalian berdua.” Daffa berjalan ke luar ruang rahasia itu dan menuju ke dalam lorong. Ketika dia tiba di lubang tempat dia memasuki lorong itu, dia melihat Liam perlahan merayap turun ke tanah—satu kakinya sudah mencapai tanah, sementara kakinya yang lain masih di udara.Daffa mengangkat sebelah alisnya melihatnya dan berkata, “Selamat sudah sampai di bawah, tapi maaf sekali kamu mungkin harus segera naik ke atas lagi.” Setelah itu, Daffa menyalurkan kekuatan jiwanya ke kakinya dan melayang ke atas.Liam melongo ke arahnya, tidak pernah melihat seseorang melayang tanpa dibantu sebelumnya. Beberapa saat kemudian, suara yang gembira dan terkejut terdengar di belakangnya, berseru, “Ayah!”Tidak ada lagi yang penting bagi Liam pada saat itu. Dia berbalik badan untuk melihat putri dan ayahnya berjalan ke arahnya.Ketika Daffa mendarat di tanah, dia menjulurkan kepalanya ke lubang itu untuk melihat apa yang sedang terjadi di sana. Dia berdeham untuk menarik per

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 637

    Daffa tersenyum melihat raut wajah cemas mereka dan mengetukkan buku jarinya ke meja. “Baiklah, aku hanya bercanda. Akulah yang masih perlu melakukan sesuatu. Aku belum sempat memiliki waktu untuk mengurus perusahaan akhir-akhir ini. Lihatlah semua dokumen yang menumpuk di sini.”Para bawahannya bersorak mendengar kata-kata Daffa dan Daffa menggelengkan kepalanya keheranan. Dia memperhatikan Erin berjalan sambil melompat ke luar ruangan, lalu melihat Puspa berdiri di pintu. Daffa bertanya, “Apakah ada yang telah terjadi?”Mata Puspa merah dan berkaca-kaca sebelum dia berbicara, membuat Daffa mengerutkan kening. Meskipun enggan mengesampingkan pekerjaannya, Daffa berdiri. Namun, Puspa menggelengkan kepalanya untuk menghentikannya dan dengan serak berkata, “Bukan apa-apa. K … kita hanya telah dikeluarkan dari kampus ….” Puspa tidak dapat melanjutkan kata-katanya.Alis Daffa berkerut. “Apa yang terjadi yang membuat kita pantas dikeluarkan?” Daffa mengepalkan tangannya erat-erat. Sekara

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 638

    Puspa berdiri tepat di depan meja Daffa, tapi Daffa memperlakukan Puspa seakan-akan dia kasatmata. Puspa mengernyit dan mengepalkan tangannya, membuka mulutnya sebelum mengerutkannya lagi. Puspa tidak pernah merasa secanggung ini dan Daffa tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berbicara dengannya.Saat Puspa perlahan berjalan mundur untuk menyelinap ke luar ruangan, Daffa melihat ke arahnya. “Maaf, aku terlalu tenggelam dalam kontrak ini dan melupakan keberadaanmu. Kamu bisa duduk di sana. Erin akan segera kembali dengan sesuatu.”Daffa menatap Puspa dengan penuh perhatian, membuat Puspa merona dan benaknya berhenti bekerja. Mata Puspa tanpa dia sadari mengikuti tangan Daffa dan dia melayang ke arah yang Daffa tunjuk, duduk di sana dengan linglung. Daffa mengabaikan ini, hanya kembali memperhatikan komputernya.Pada saat ini, ponsel Daffa berbunyi. Tangannya masih berada di atas papan ketik saat dia melirik ke ponselnya. Matanya berbinar satu detik kemudian seraya dia tersenyum dan me

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 639

    Puspa tidak dapat memahami ini. Matanya memerah memikirkan keberadaan Universitas Praharsa dihapus bersih. Daffa sudah kembali tenang. Dia terlihat berpikir seraya dia mengetukkan jarinya di meja. Benaknya terlihat jelas sedang merencanakan sesuatu, jadi tidak ada yang mengatakan apa-apa untuk mengganggu jalan pikirnya.Mereka mengamati Daffa dalam diam, menunggu dia mencapai sebuah kesimpulan. Mengejutkan bagi mereka, Daffa memandang mereka sambil tersenyum alih-alih mengungkapkan sesuatu dan berkata, “Kalian tidak perlu berdiri di sana dan memandangku. Pergi dan uruslah urusan kalian.” Erin bergegas pergi mendengarnya.Daffa menoleh ke arah Puspa. “Terutama kamu. Jangan tergesa-gesa melakukan sesuatu. Kamu tidak akan bisa mengubah apa-apa.” Setelah itu, Daffa terdiam dan kembali fokus pada pekerjaannya lagi.Bibir Puspa berkedut. Pada akhirnya, dia berbalik dan perlahan berjalan ke luar kamar Daffa. Dalam perjalanannya ke luar, Puspa terus menoleh ke belakang, berharap akan menden

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 640

    “Dia benar, Tuan. Anda sungguh ahli bela diri terbangkit paling luar biasa yang pernah saya temui. Saya tidak percaya Anda terpikirkan untuk menggunakan kekuatan jiwa Anda untuk membantu Anda bekerja! Saya yakin dunia akan bersukacita jika Anda menulis buku tentang cara-cara memanfaatkan kekuatan jiwa,” ujar Briana dengan antusias.Daffa tersenyum, tapi senyuman itu memudar. Dia tidak begitu senang ditatap oleh kedua wanita itu dengan penuh rasa kagum. Itu berarti mereka akan mulai berpikir yang tidak-tidak. Daffa mengangkat sebelah alisnya dan berkata, “Cukup. Kenapa kalian datang kemari?”Mereka berdua menegakkan tubuhnya dalam diam mendengar perkataan Daffa, membuat Daffa tersenyum. Ruangan itu terlalu gelap bagi Erin untuk melihat raut wajah Daffa, tapi itu bukan sebuah masalah bagi Briana. Alih-alih mengatakan sesuatu, Briana hanya memandang Daffa sambil tersenyum.Erin berkata, “Kami berpikir kita bisa meninggalkan Kota Almiron malam ini, tapi kami lupa untuk mempertimbangkan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 641

    Daffa tahu panggilan telepon ini mungkin tidak akan memberikannya berita yang dia ingin dengar, tapi dia tetap menjawabnya. Di ujung telepon lainnya berisik. Beberapa detik kemudian, suara seorang pria yang mabuk terdengar.“Daffa, aku benar-benar tidak memahamimu. Kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini? Aku pernah menjadi seniormu, bukan? Bukankah kita bekerja bersama dengan baik? Bagaimana bisa kamu menghancurkan segalanya seperti itu? Aku tidak mau menerima ini!”Pria itu jelas-jelas kesulitan mengatakan kata-kata itu, tapi Daffa tetap tahu siapa dia. Daffa dengan dingin berkata, “Ansel, kamu minum-minum terlalu banyak.” Dia perlahan menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya untuk menyembunyikan kekecewaannya.Daffa sempat memiliki harapan yang tinggi untuk Ansel dan mengira Ansel adalah orang yang bisa berdiri di sisinya sebagai orang yang setara dalam waktu yang dekat, tapi Ansel telah mengkhianatinya. Malah, tampaknya Ansel belum menanggung konsekuensi yang besar atas

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 642

    Ansel memejamkan matanya dengan putus asa. “Aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar, tapi aku tidak mampu berpikir ketika aku membaca pesan yang mereka kirimkan padaku. Mereka memberi tahuku mereka ingin menjelajahi kemungkinan aku menikahi Puspa!”Dia berjongkok dan melingkarkan lengannya di sekitar kepalanya, dengan gemetar berkata, “Aku tahu aku seharusnya tidak pergi ke sana, tapi aku tidak dapat mengendalikan diriku sendiri.” Dia mendongak ke arah Daffa sambil menangis. “Itulah sebabnya aku mengkhianatimu—Keluarga Sanjaya setuju untuk menikahkan Puspa dengan aku.”Daffa duduk di belakang mejanya, terlihat dingin. “Kamu mengkhianatiku? Apa yang kamu katakan pada mereka? Apakah itu tentangku atau West Atlantics Int’l?”Ansel terlihat kebingungan selama sepersekian detik sebelum menggelengkan kepalanya dengan heboh. “Tidak, tidak! Aku tidak mengatakan apa-apa!” Suaranya menjadi kian kecil di penghujung kalimatnya dan dia tidak berani bertatapan dengan mata Daffa. Daffa menget

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 643

    “Kamu jelas-jelas tidak termasuk dalam kategori mana pun, jadi kurasa kamu harus memanggilku sebagai ‘Tuan Halim’ dan bukan yang lain.” Mata Daffa dingin.Benak Ansel menjadi kosong selama sesaat. Dia tidak tahu apa yang Daffa siratkan … atau mungkin dia tahu tapi menolak untuk berpikir lebih lanjut. Ansel tersenyum dengan getir, tahu kalau kata-kata Daffa masuk akal.Kalaupun Keluarga Bakti kacau balau, Ansel tetaplah ahli waris mereka satu-satunya—keberadaannya penting untuk keberlanjutan keluarganya, yang berarti dia tidak bisa mengikuti Daffa ke mana pun dia pergi, tidak seperti Alicia ataupun Erin. “Aku mengerti, Tuan Halim. Apakah ada lagi yang harus kulakukan atau konsekuensi yang harus kutanggung untuk terus bekerja bersamamu?”Daffa menyandarkan punggungnya dan meletakkan tangannya di sandaran tangan kursi. “Kita berasal dari almamater yang sama, jadi aku tidak meragukan kemampuanmu. Aku yakin kamu bisa membangun stasiun televisi terbesar di negara ini!”Kepala Ansel mendo

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status