Sisa sore hari itu dihabiskan dengan Daffa membeli beberapa hal lainnya yang dia rasa diperlukan oleh Erin.Dia menghubungi Ella, manajer dari Dragon Lord’s Imperial Residence dan menyuruhnya untuk mencarikannya apartemen yang cocok. Tidak lama, ponsel Daffa berbunyi, menandakan ada pesan baru. Daffa membacanya sekilas sebelum beranjak ke apartemen itu.Apartemen tersebut berjarak sekitar dua jam dari tempat tinggal Daffa. Itu adalah tempat yang mewah dan bergaya. Walaupun tidak semewah apartemen Daffa, tempat itu memiliki semua hal yang dibutuhkan oleh Erin.Mulut Erin menganga ketika agen yang bertanggung jawab pada tempat itu memberi tahunya harga dari apartemen itu. Harganya adalah tiga triliun rupiah! Itu benar-benar tidak masuk akal.Dia baru saja hendak membujuk Daffa untuk mencari apartemen lain yang lebih murah untuknya ketika ponsel agen itu berbunyi dengan keras.Agen tersebut menunjukkan pesan itu pada mereka berdua, mengkonfirmasi bahwa pembayarannya telah berhasil.
Karena urusan asisten pribadinya telah teratasi, Daffa akhirnya bisa beristirahat dengan tenang. Sekarang, dia tidak perlu mengkhawatirkan pekerjaannya yang menumpuk. Satu-satunya yang perlu dia lakukan adalah menandatangani dokumen penting yang membutuhkan tanda tangannya dan sisanya akan diurus oleh Erin. Tidurnya malam itu sangat lelap.Keesokan paginya, Daffa bangun lebih awal dari biasanya. Jatah liburnya selama seminggu yang diberikan oleh universitas karena telah menjadi penyumbang tertinggi di pesta amal telah berakhir dan dia akan lanjut menghadiri kuliah hari ini.Seraya bersiap-siap untuk berangkat ke kampus, Daffa bertanya-tanya akan seperti sikap teman-teman kuliahnya terhadapnya ketika mereka melihatnya sekarang. Dia telah memeriksa ruang obrolan utama kelasnya di aplikasi perpesanan beberapa kali supaya dia tidak ketinggalan berita kampus. Ketika dia memeriksanya, dia melihat bahwa mereka menyebut namanya berkali-kali.Kejadian di pesta amal telah menyebar ke setiap m
Perjalanannya menuju lokasi teman-temannya cukup pendek. Setelah berjalan selama lima menit, dia tiba di lokasi mereka. Ketika dia hanya berjarak sedikit lagi, dia melihat Miko dan Gilang sedang berdiskusi. Sebuah senyuman muncul di wajahnya melihat kedua temannya itu. Bahagia, dia meningkatkan kecepatan langkahnya dan menghampiri mereka.“Daffa!” seru Gilang ketika dia melihat Daffa. Dia tidak ada ketika Miko sedang menelepon Daffa, karena itu dia tidak tahu bahwa Daffa memutuskan untuk bertemu dengan mereka. Itu adalah kejutan yang menyenangkan baginya untuk melihat Daffa.“Apa kabar, Gilang?” jawab Daffa, tersenyum dengan lebar seraya berpelukan dengan Gilang.“Aku baik-baik saja, bung. Kami merindukanmu. Kamu ke mana saja?” tanya Gilang sambil memeluk Daffa.“Aku sibuk sekali beberapa hari belakangan, tapi jangan khawatir. Aku sudah luang sekarang. Kita bisa berkumpul selama beberapa saat,” jawab Daffa dengan gembira.Saat Gilang hendak menjawab Daffa, Raka muncul di pandangan
Raut wajah Daffa langsung mengerut ketika dia mendengarnya berteriak di ujung telepon. Dia langsung tersadar bahwa Helen sedang dalam bahaya. Terakhir kali mereka bertemu adalah di pesta amal dan selain perbincangan singkat mereka sebelum pelelangan dimulai, dia belum pernah berbincang lagi dengannya.“Di mana kamu sekarang?” tanya Daffa dengan tenang. Dia tahu bahwa mendapatkan lokasinya adalah hal yang paling penting. Hal lainnya akan mengikuti lokasinya.“Aku sedang di area naratama, kamar 38 di Hotel HKN Diamond,” jawab Helen dengan suara yang gemetaran. “Tolong cepat datang ke sini, aku…”Sebelum Helen bisa menyelesaikan kalimatnya, teleponnya terputus. Daffa mencengkeram ponselnya dengan kuat sebelum melepaskannya. Dia menghembuskan nafas sebelum melaju dengan cepat keluar dari parkiran itu.Sambil melaju dalam kecepatan penuh, dia menyambungkan ponselnya ke sistem Bluetooth di mobilnya dan menelepon seseorang. Telepon tersebut berdering sekali sebelum orang itu mengangkat.
Lintang langsung terintimidasi oleh sikap penyusup yang sangat dingin itu. Walaupun begitu, dia masih tetap tenang. Dia tidak bisa membiarkan dirinya ketakutan oleh penyusup itu.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Kris dengan marah, balik memelototi penyusup itu. Siapa yang memberikannya kunci untuk masuk ke kamar itu? Dia telah menghancurkan keseruan mereka dengan kehadirannya ketika Lintang baru saja akan memasuki bagian yang menyenangkan.Tentu saja penyusup itu adalah Daffa. Dia melaju seperti orang gila dalam perjalanannya, benar-benar mengabaikan peraturan lalu lintas yang ditetapkan di negara itu. Jika dia tidak sedang memakai plat nomor yang dikustomisasi, dia pasti sudah dibuntuti oleh banyak mobil polisi dan bahkan mungkin bermalam di sel polisi.Saat dia tiba, dia langsung memasuki ruang kerja manajer mereka. Erin telah melakukan pekerjaannya dengan baik dan meyakinkan manajer itu untuk menyerahkan kuncinya kepada Daffa jika dia tiba. Manajer itu awalnya menolaknya, tapi keti
Daffa berjalan dengan cepat ke arah mobilnya yang terparkir. Seraya dia berjalan, gejolak amarahnya masih membara di hatinya. Dia masih tidak puas dengan pukulan yang dia lancarkan pada Lintang. Dia merasa bahwa Lintang pantas mendapatkan hukuman yang lebih daripada pukulan yang dia terima. Namun, walaupun dia merasa tidak puas mengenai hal itu, dia tidak melakukan apa pun. Membawa Helen ke tempat yang aman adalah prioritasnya sekarang.Dia membuka mobilnya dan meletakkannya dengan pelan di kursi penumpang dan menduduki kursi pengemudi sebelum melaju dengan kecepatan penuh.Sambil mengendarai mobilnya, Daffa tidak bisa tidak melirik pada Helen yang sedang meringkuk di tempat duduknya. Amarah bergejolak kembali di hatinya ketika dia memikirkan tentang apa yang Lintang dan Kris berniat lakukan padanya. Jika dia tidak tiba tepat waktu, dampaknya pasti akan parah.Dia mengalihkan pandangannya dan kembali konsentrasi pada jalanan di depannya. Walaupun begitu, ada kilatan dingin di matany
Dua hari kemudian berjalan seperti biasanya bagi Daffa. Dia menghadiri kuliah seperti biasa, berlatih bela diri dan meluangkan waktu untuk bersantai. Sekarang karena sebagian besar pekerjaannya telah dilimpahkan kepada Erin, dia memiliki waktu untuk dirinya sendiri.Akan tetapi, situasi yang dialami oleh Helen sedikit rumit. Walaupun dia masih terkejut mengenai ciuman dari Helen, tidak ada yang bisa dia lakukan karena Helen membuatnya terikat.Dia telah pergi ke rumah sakit hari ini karena teman sekamarnya sudah dibolehkan untuk pulang. Dia sendiri mengantar temannya ke asramanya dengan harapan akan memancingnya keluar, tapi hasilnya sama seperti hari-hari sebelumnya.Sejak Helen menciumnya di malam ketika dia menyelamatkannya, Helen menghindarinya seperti sebuah wabah. Dia mencoba meneleponnya beberapa kali untuk memberitahunya mengenai kabar temannya di rumah sakit, tapi dia menolak untuk mengangkat satu pun teleponnya. Dia hanya menerima laporan dari Erin bahwa dia secara berkala
Jantung Daffa berdegup makin kencang ketika dia mendengar pernyataan pria itu. Pada saat itu, dia tahu bahwa pria itu hanya memiliki niat jahat terhadapnya.Dia menginginkan nyawanya?Itu membuat Daffa dilema. Dari aura yang dipancarkannya, Daffa tahu bahwa dia bukan tandingannya. Namun, ada sesuatu yang membuatnya bingung.“Kenapa kamu ingin membunuhku?” tanya Daffa.Dia tidak pernah melakukan kejahatan apa pun sampai seseorang akan ingin merebut nyawanya dan muncul di hadapannya tiba-tiba. Dia tidak pernah menonjolkan dirinya sejak dia menjadi kaya, jadi dia benar-benar kebingungan karena kemunculan pria itu.“Bukan kenapa-kenapa. Aku hanya mendapatkan pekerjaan untuk membunuhmu. Sesederhana itu,” jawab pria itu.“Siapa yang mengirimmu?” tanya Daffa lagi. Dia sangat penasaran mengenai hal itu.“Aku tidak bisa menjawab itu karena itu akan melanggar peraturanku untuk tidak membocorkan siapa yang mempekerjakanku,” ujar pria itu. “Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Lagi pul
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme
Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di
Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt
“Kami peringatkan, pergilah sekarang juga! Kalau tidak, kami akan memanggil polisi untuk menanganimu!” seru penjaga keamanan itu.“Aku menantikan saat itu terjadi.” Daffa hanya tersenyum kepada mereka dan mendorong salah satu penjaga keamanan itu kesamping dengan menggenggam kerahnya.Saat itulah pintu lift terbuka. Banyak orang di dalam lift itu ingin keluar, tapi mereka bisa merasakan ketegangan yang menyesakkan di luar ketika pintunya terbuka, jadi mereka tidak berani bergerak.Pandangan Daffa menyapu mereka dan ketika semua orang di dalam masih gemetar kabur dari dalam lift, perhatiannya kembali tertuju pada penjaga keamanan.“Seseorang dari tempat ini menyuruhku untuk datang kemari. Oleh karena itu, kuminta kamu biarkan aku menemuinya sekarang atau aku tidak bisa menjamin apakah kamu akan berakhir disingkirkan seperti gerbang keamanan tadi. FT TV telah melakukan kejahatan yang mengerikan. Mereka melaporkan beberapa berita palsu dan memutarbalikkan kebenarannya. Karena itu, kes
Karena keadaan yang rumit itu, Kota Almiron hanya memiliki satu jaringan televisi—FT TV.Daffa awalnya mengira kedatangannya yang tiba-tiba tidak akan menarik perhatian siapa pun, tapi dia telah meremehkan pria yang berbicara di telepon sebelumnya.Pria itu tahu Daffa akan muncul, jadi dia sudah memerintah seseorang untuk menunggu kedatangannya di pintu utama jaringan televisi itu. Sayangnya, perkiraannya sedikit melenceng dan Daffa tiba di sana 20 menit lebih lambat daripada yang diprediksi.Jengkel, pria itu mengamuk di dalam hatinya, “Tidak ada yang berani memperlakukan aku seperti ini kecuali mereka tidak tahu siapa aku dan kekuasaanku!”Dengan begitu, dia bangkit dari sofa dan berdiri. Pergerakannya yang tiba-tiba membuat lututnya membentur dan menjegal Dahlia yang selama ini berlutut di sampingnya.Rasa sakit dan kekejutan menyebabkan Dahlia berteriak tajam saat dia terjatuh, kedua telapak tangannya menekan lantai untuk menjaga agar dia tetap duduk tegak. Dia menatap pria it
Daffa menghela napas dengan getir, menambahkan, “Itu adalah sesuatu yang akan kuubah setelah aku kembali ke kantor. Namun, sebelum kita melakukan itu, kamu harus beristirahat karena kamu harus sehat sepenuhnya untuk membantuku menyelesaikan hal-hal ketika kita kembali ke West Atlantics Int’l. Lagi pula, kamu belum pernah ke sana sebelumnya, jadi bekerja di sana akan membebanimu. Satu-satunya perbedaan mengenai West Atlantics Int’l adalah tidak ada yang akan berani melukaimu di bawah pengawasanku. Kamu aman di sana dan itu lebih baik daripada tempat ini.”“Iya. Tidak akan ada yang berani melukai saya di West Atlantics Int’l karena Anda adalah pemilik perusahaannya. Itu adalah markas Anda,” jawab Briana yang tersenyum dan mengangguk dengan penuh keyakinan.Kepercayaan penuh itu membuat jantung Daffa berdebar kencang saat itu juga. Setelah dia menyadari detak jantungnya yang menggila, ujung matanya berkerut menatap Briana dengan rasa ingin tahu.Kemudian, dia memalingkan pandangannya d
Pria botak itu lalu merebut ponsel dari tangan Dahlia dan berteriak dengan suara yang memicu rasa takut orang lain.“Sebaiknya tunjukkan dirimu di hadapanku sekarang. Kalau tidak, aku bisa menjamin kamu akan berakhir mengenaskan. Ketahuilah ini—aku lebih bernilai daripada Dahlia. Kuharap kamu cukup pintar untuk tidak meremehkan kekuatan pendapat publik.”Dia mematikan telepon setelah mengatakannya.Sementara itu, alis Daffa berkerut setelah mendengar klik dari ujung telepon lainnya. Segala hal berjalan di luar rencana awal Daffa. Dia mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu sebelum mengembalikan tangannya ke pinggangnya.Di saat yang sama, dia duduk di kursi pengemudi, mengetuk dasbor dengan tangannya yang lain, dan menghela napas.Briana sudah memasuki mobil, wajahnya berkerut dengan kekhawatiran ketika dia melihat raut wajah Daffa.“Tuan, saya adalah ahli bela diri terbangkit. Walaupun saya tidak lebih terampil dari Anda—oh, yah, itu tidak penting ….” Sebelum dia bi