“Tidak ada satu pun orang di Kota Almiron yang memiliki keberanian untuk mengatakan itu mengenaiku!”Anggota dewan berpakaian gelap itu mengira dia sudah cukup cepat, begitu pula semua orang lainnya. Namun, bagi Daffa, dia bergerak dengan kecepatan siput.Dia bahkan tidak perlu mengerahkan energinya. Kekuatan jiwanya sudah menyelimutinya—tampaknya secara naluriah. Ini adalah pertama kalinya dia menyaksikan itu terjadi dan itu membuatnya bingung.Begitu kekaguman Daffa atas fungsi baru kekuatan jiwanya mereda, dia bahkan sempat mengalihkan pandangannya ke anggota dewan lainnya—selambat itulah anggota dewan berpakaian gelap itu bergerak di matanya.Ansel berteriak, tapi Daffa tetap terduduk, terlihat tenang. Anggota dewan berpakaian gelap itu akhirnya berdiri di hadapannya dan Daffa mau tidak mau merasa seolah-olah dia telah menunggu selama bertahun-tahun. Bagi orang lain, semuanya terjadi dalam satu kedipan mata.Tiba-tiba, mata anggota dewan berpakaian gelap itu membelalak dan dia
“Namun, pastikan kamu mengingat nama belakangku—Ganendra!”Daffa menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataannya. Kemudian, dia membungkukkan kepalanya dan menundukkan matanya ke lantai. Akan tetapi, itu tidak menutupi tawanya. Anggota dewan paruh baya itu memelototinya dengan tajam—dia adalah pemegang saham Grup Ganendra dan itu adalah sumber pendapatan utamanya.Namun, sekarang, Daffa telah menghancurkan segalanya. Tidak ada siapa pun yang akan membiarkan orang seperti itu terus muncul di hadapan mereka.Anggota dewan paruh baya itu menatap Daffa dengan kebencian yang tidak terkendali, tapi Daffa hanya mengangkat bahunya dan tersenyum. Alih-alih membuat dirinya tampak lebih mudah didekati, itu hanya membuatnya terlihat lebih dingin dan kejam yang tidak bisa dijelaskan. Tidak ada yang berani menatapnya selain anggota dewan berpakaian gelap yang masih berada di lantai dan anggota dewan paruh baya itu.Anggota dewan berpakaian hitam itu masih berada di bawah kaki Daffa, jadi dia ti
Pria Ganendra itu tidak bersuara maupun si anggota dewan berpakaian gelap yang masih terbaring di lantai. Daffa telah lama berhenti menginjaknya, tapi dia tetap berbaring tidak bergerak di sana.Daffa tidak paham alasannya melakukan itu, tapi dia tidak mengindahkannya. Dia hanya duduk dan dengan malas berkata, “Yah, untunglah tidak ada dari kalian yang keberatan untuk mentransfer kepemilikan saham. Tampaknya kita akan bekerja bersama mulai sekarang.”Para anggota dewan lainnya menatap meja di hadapan mereka, tidak ingin melirik Daffa sama sekali. Bagi mereka, itu adalah aib yang memalukan. Di saat yang sama, tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa untuk menjawab perkataan Daffa.Pada saat ini, anggota berpakaian gelap adalah satu-satunya yang melakukan pergerakan. Dia dengan cepat bangkit duduk dan berteriak, “Aku keberatan! Aku tidak menyetujui Ansel Bakti mentransfer kepemilikan sahamnya padamu dan memperbolehkanmu bergabung dengan dewan direksi!”Dia menatap Daffa
“Aku tidak akan mengizinkanmu melakukan apa pun selain menyetujuiku.”Tiba-tiba, pria berpakaian gelap itu menunjuk Daffa. Namun, pandangannya tertuju pada anggota dewan lainnya. Dia berteriak, “Apakah kalian melihat ini? Aku benar! Dia menyangkal semua hal kecuali tentang keluarganya, jadi dia pasti berbohong tentang hal-hal lainnya!”Dia menoleh untuk memelototi Daffa. “Aku sudah cukup berbaik hati dan bersabar denganmu, jadi sebaiknya kamu berpikirlah dengan pintar dan jangan melewati batas.”Daffa menaikkan sebelah alisnya. Kali ini, dia tidak mengatakan apa-apa. Dia yakin ada lagi yang pria berpakaian gelap itu ingin sampaikan. Seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dia benar, pria itu melanjutkan, “Sekarang, pilihanmu hanya tersisa satu, yaitu melakukan apa yang kukatakan! Ambil sahamku dan enyahlah dari sini!”Dia duduk dan dengan malas melanjutkan, “Aku yakin jika ada keluarga mana pun yang lebih kaya dariku, aku akan memiliki ingatan mengenai mereka—meskipun seseorang harus m
Dia meletakkannya di meja, lalu mengetuknya pelan.Amarah sedingin es menyelimuti pria berpakaian gelap itu dan dia tampaknya kehilangan kendali atas raut wajahnya. Dia melotot tajam ke arah Daffa dan dadanya naik-turun. Dia berjalan mendekati Daffa sambil menggeram, “Kamu punya nyali dan kamu termasuk dari sedikit orang yang berani meragukanku. Sekarang, aku akan dengan senang hati menunjukkan harga yang harus kamu bayar untuk sikapmu itu!”Meskipun dia belum melihat penyerangnya, dia yakin Daffa adalah satu-satunya orang yang dapat melakukannya. Hanya Daffa yang memiliki kemampuan seperti itu dan penghinaannya terlihat jelas. Dia melihat Daffa mengetuk sesuatu di meja, tapi dia tidak melihat apa itu.Amarahnya memuncak dan membakar rasionalitas yang tersisa di dalam dirinya. Di detik selanjutnya, dia merasakan embusan angin familier datang ke arahnya. Kali ini, angin itu lebih kuat dari sebelumnya dan menghempaskannya ke udara, membuatnya membentur dinding.Daffa berdiri, tidak l
Pria berpakaian gelap itu menatap Daffa, ingin melakukan sesuatu untuk merubah pikirannya. Namun, ketika dia mendengar Daffa mengetuk meja dengan berirama, dia tahu dia tidak bisa mundur. Dia pun memucat.Dia telah mengambil tindakan pencegahan agar Daffa tidak mengingkari perkataannya dan anak buahnya sudah menunggu di luar ruangan.Matanya membelalak ketakutan. Irama yang Daffa ketukkan di meja adalah sinyal rahasia yang telah disepakati pria berpakaian gelap itu dengan para anak buahnya. Dia tidak menduga siapa pun tahu tentang itu.Sekarang, dia terbukti salah. Bukan hanya Daffa mengetahuinya, tapi dia juga terlihat sangat familier dengan itu.Daffa merasakan tatapan ketakutan pria itu tertuju padanya dan dia memandang ke atas dengan senyuman tipis. Itu membuat pria berpakaian hitam itu tersentak karena dia tahu itu bukanlah senyuman bahagia. Sebaliknya, senyuman itu dingin dan mengancam.Tampaknya, tidak ada satu hal pun yang luput dari perhatian Daffa. Pria berpakaian gelap
Daffa menaikkan sebelah alisnya, tidak menduga akan bertemu dengan seseorang yang memiliki pola pikir seperti ini. Setelah ragu-ragu selama beberapa detik, dia mengulang kalimat terakhir pria itu.Lelaki muda itu seketika tersenyum ketika dia mendengarnya dan menatap pria berpakaian gelap itu. Kemudian, otaknya memproses apa yang telah terjadi dan ekspresi wajahnya berubah menjadi terkejut, ragu, marah, dan tidak percaya. Dia menoleh ke arah Daffa.Di saat yang sama, dia terhuyung ke belakang, menekan satu tangannya ke dadanya, dan menggunakan tangannya yang lain untuk menunjuk Daffa. “Kamu …. Kenapa aku merasa seperti kamu mencoba menjebakku? Tidak ada permusuhan di antara kita, ‘kan? Kenapa kamu melakukan ini padaku?”Daffa terkekeh. Dia baru hendak mengatakan sesuatu untuk menjawabnya ketika lelaki muda itu berseru, “Tidak, jangan jawab aku! Gesek saja kartumu dan bayar kembali tuanku apa pun yang kamu utangkan padanya.”Kemudian, dia berlari menghampiri pria berpakaian gelap it
Yang lelaki itu ketahui hanyalah bahwa dia tiba-tiba kehilangan keseimbangannya saat menyaksikan situasi itu dan dia terdorong ke arah Daffa. Saat itu, dia berpikir, “Aku akan mati.” Dia melihat jarak antara dirinya dan Daffa makin dekat, tapi dia tidak merasa itu sesuatu yang patut disenangi.Kemudian, sesuatu melesat di depannya dan sekarang tidak ada apa pun di antara dia dan lantai. Dia pun membiarkan dirinya jatuh ke lantai dengan suara gedebuk yang keras.Mata anggota dewan berpakaian gelap itu berkedut mendengar suara gedebuk keras itu dan dia menengadah ke arah Daffa. “Tuan Halim, Tama mungkin tidak terlalu pintar, tapi dia kuat. Dia selalu berada di sisiku sejak dia masih kecil. Dia mungkin hanya melatih bela dirinya denganku, tapi dia telah mengerahkan banyak tenaga untuk berlatih. Dia bukan yang terbaik, tapi mungkin dia sedikit lebih berguna daripada karyawan biasa.”Pandangannya sekarang menjadi tenang. “Segala hal yang terjadi hari ini hanya menunjukkan betapa pecundan
Daffa meninggikan sebelah alisnya, mengangkat bahu, dan tersenyum. “Aku masih tidak memercayaimu. Jika Konsorsium Halim mengakuisisi Grup Aruna, apa bedanya itu jika dijual oleh Camilla? Bagaimanapun, itu akan menjadi milik orang lain dan Keluarga Aruna tidak akan lagi menjadi independen.”Mata William makin memerah saat dia berkata dengan cemas, “Tolong berhenti mengatakan itu. Aku hanya mengatakan kebenarannya! Lagi pula, kedua situasi itu sangat berbeda! Keluarga Aruna sudah ada selama bertahun-tahun, tapi keluarga ini menjadi seperti saat ini melalui kerja kerasku. Tentu saja, Camilla tidak memedulikan hal itu sama sekali—itulah sebabnya dia memanfaatkan ketiadaanku untuk menjual hati dan jiwaku. Jika perusahaan ini dijual pada siapa pun selain kamu, nama Aruna akan dilupakan selamanya. Aku tidak bisa menerima itu.” Dia menatap Daffa tanpa ragu-ragu.Meskipun William tampaknya bergerak dalam gerak lambat di mata Daffa, nalurinya sebagai ahli bela diri terbangkit memberitahunya ba
Daffa menaikkan sebelah alisnya, terlihat kaget. “Aku terkejut kamu sangat berpikiran terbuka.” Dia tersenyum puas. “Aku tidak menduga hal ini. Jarang sekali aku senang, jadi aku akan memberimu imbalan untuk ini.”William terlihat senang mendengar perkataan Daffa, membuatnya tersenyum lagi. “Sikapmu selalu membuatku terkejut.”William tidak mengatakan apa-apa, tapi senyuman di wajahnya merekah. Daffa menyandarkan punggungnya dan menarik napas dalam-dalam. “Kalau begitu, aku berjanji padamu aku tidak akan menyimpan dendam terhadap keluargamu atas segala hal yang telah terjadi sebelum hari ini. Aku akan memaafkan semuanya.”Mata William membelalak. Daffa menaikkan sebelah alisnya, berpikir tentang seberapa berbeda William dari adiknya, Camilla. Dari apa yang telah dia lihat sejauh ini, setiap anggota Keluarga Aruna sangat mementingkan hubungan dan ikatan emosional—mau itu kekeluargaan ataupun tidak, tapi Camilla tampaknya adalah sebuah pengecualian.Satu-satunya orang yang Camilla pe
“Kupikir jika kalian bisa berhubungan dengan baik, aku tidak akan ikut campur. Sekarang, tampaknya itu tidak semudah yang kukira.” Mata Daffa dingin saat dia menatap mata Yarlin.Beberapa detik kemudian, dia tiba-tiba mengembuskan napas dan mulai terengah-engah. Wajah Daffa melembut. “Selamat datang kembali, Shelvin.”Shelvin batuk-batuk dengan keras, meletakkan tangannya di dinding untuk menopang tubuhnya seraya dia mengangguk. “Terima kasih, Tuan Halim. Aku tidak akan kembali hidup-hidup jika bukan karenamu.” Matanya merah karena batuk-batuk.“B*jingan itu menggunakan kekuatan jiwa hitamnya untuk mencekikku. Aku hanyalah sebuah bola kesadaran, tapi aku hampir mati kehabisan napas! Apakah kamu tahu betapa memalukannya itu? Tampaknya aku terlalu baik pada putranya.” Saat dia berbicara, dia berbalik untuk berjalan kembali ke ruangan.Daffa tidak bergerak. Dia mengerutkan dahinya dan mengamati Shelvin berjalan pergi dengan kesal. Shelvin terluka—setidaknya, pasokan kekuatan jiwanya t
Namun, Bakrie jelas-jelas tidak menyukai Keluarga Halim. Maka, Bakrie tidak pernah menyebutkan apa pun tentang mereka. Ini berarti kalaupun Daffa ingin tahu tentang anggota keluarga lain dari Keluarga Halim, dia tidak memiliki cara untuk mengetahui lebih banyak tentang mereka … sampai sekarang. Sekarang, sebuah alternatif terpampang di hadapannya. Dia tersenyum dan berkata, “Tidak akan ada yang mengubah kenyataan bahwa kamu akan mati hari ini, tapi aku akan memberimu kesempatan untuk memilih bagaimana itu akan terjadi.”Brian menundukkan kepalanya dan memandang lantai, merasa kecewa dan marah. Dia tidak pernah membayangkan dirinya mengalami kekalahan sekeji itu. Dia menolak menyerahkan dirinya pada takdir seperti itu! Seketika, dia dipenuhi oleh kekuatan. Dia mendongak ke arah Daffa dengan menantang. “Siapa kamu? Kenapa kamu bisa ….”Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Daffa melangkah mundur dan menyipitkan matanya. Di sisi lain, Shelvin melangkah maju dengan tangan di dalam s
“Mereka semua kehilangan pekerjaan mereka dan hal lainnya yang tidak terhitung karenamu!” Suara Brian menjadi serak karena berteriak-teriak.Daffa menyipitkan matanya. “Tindakanmu sembrono, tapi kamu terdengar berhati-hati. Kenapa?” Dia menatap Brian dari atas sampai bawah.Brian mengernyit, terlihat jijik. “Daffa, hidupmu akan berakhir di sini!” Begitu dia mengucapkan kata-kata itu, dia merasakan embusan angin mengempaskannya ke lantai. Dia terbaring di sana, matanya membelalak karena terkejut. Apa yang baru saja terjadi?Kenapa dia tiba-tiba telentang? Kekejutannya langsung menghilang ketika dia mendengar Daffa berjalan ke arahnya. Meskipun dia masih belum tahu apa yang telah terjadi, dia tahu Daffa-lah yang membuat dia berakhir seperti ini.Sebelum dia bahkan menyadari apa yang sedang dia lakukan, dia menggeram, “Daffa Halim, kamu hanyalah seonggok samp*h yang bergantung pada Keluarga Halim untuk mendapatkan keuntungan dari mereka! Apa hakmu memperlakukan aku seperti ini? Kamu m
Ada banyak artikel lain yang ditulis dengan serupa, tapi Daffa tahu artikel-artikel itu dibuat oleh orang yang sama. Dia menyeringai dan berpikir, “Ini mulai menarik.”Pada saat ini, langkah kaki terdengar dari koridor, membuat Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak bangkit dari kursinya. Dia tahu siapa pun yang ada di luar akan menerobos masuk, mau pintunya dikunci ataupun tidak.Seseorang menendang pintunya dengan suara yang keras dan berlari memasuki ruangan. Daffa menoleh untuk menatapnya sambil tersenyum. Tidak ada sedikit pun rasa takut terlihat di matanya.“Mengejutkan sekali melihatmu di sini sekarang,” katanya dengan tenang. Pada saat yang sama, dia menyandarkan punggungnya dan meletakkan lengannya di sandaran tangan kursinya, terlihat santai.Brian menyipitkan matanya melihat penampilan Daffa yang tenang, tiba-tiba bingung bagaimana dia harus bereaksi. Dia tidak menduga Daffa akan seperti ini.Sesaat, dia terlihat bingung, tapi dia segera mengembalikan ketenangannya
Daffa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Tidak perlu meminta maaf untuk hal-hal seperti itu.” Dia bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela, meletakkan tangannya di balik punggungnya. “Erin akan segera kemari. Semua pertanyaan kita akan terjawab pada saat itu.”Ketika dia mengucapkan kata-kata itu, dia melihat sebuah telur melayang ke arahnya. Bibirnya berkedut seraya dia melangkah mundur dan berkata dengan tenang, “Lihat. Amarah mereka adalah bukti dari keadaan mereka yang mendesak. Tidak penting sepintar apa seseorang, dia akan membuat kesalahan saat dia merasa cemas.”Shelvin tidak mengatakan apa-apa. Daffa tersenyum lagi. “Kalaupun dia tidak melakukan kesalahan sekarang, dia akan melakukannya nanti.” Dia berpaling dari jendela yang berlumuran telur dan duduk di kursinya lagi. Dia bertingkah seakan-akan tidak ada yang telah terjadi dan mengerjakan dokumen-dokumennya.Pada saat ini, Erin mengetuk pintu. Daffa melihat ke atas dan berkata, “Masuklah, Erin.”Erin mendoron
Brian tersenyum dan berbalik untuk menatap Shelvin. Namun, dia tidak terlihat setenang sebelumnya—Daffa masih tidak memperhatikannya.Dia menarik matanya dari Shelvin untuk melihat Daffa dan berhenti tersenyum, ekspresinya berubah menjadi serius. “Pokoknya, itu menguntungkan bagimu.”Daffa mengangkat sebelah alisnya dan mendongak. “Aku tidak merasa begitu.” Dia kembali memperhatikan dokumennya lagi.Napas Brian menjadi lebih cepat. Dia menggertakkan giginya. “Apakah kamu menyadari betapa buruknya sikapmu sekarang? Bagaimana bisa kamu mengatakan hal-hal seperti ini?”Daffa menghela napas. “Aku kira kamu adalah orang yang menepati janjimu karena posisimu, tapi tampaknya aku keliru—kamu banyak bicara omong kosong. Sayangnya, aku tidak memiliki waktu untuk mendengarkanmu, jadi jika kamu terus mengatakan omong kosong, kamu tidak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup.”Brian memucat, tapi tidak ada rasa takut di matanya. Dia menoleh ke arah Shelvin lagi dan merasa khawatir melihat ke
Kemudian, Shelvin merasa seperti dia telah membeku. Dia tidak dapat bersuara. Dia ingin melihat ke arah Daffa untuk meminta bantuan, tapi dia tidak lama mengetahui bahwa mustahil baginya untuk melakukannya—dia bahkan tidak bisa mengedip! Itu membuatnya ingin menangis.Pada saat ini, suara Brian yang tenang terdengar. “Jangan segugup itu. Ayahku, Yarlin Weis, adalah pria yang baik. Jika bukan karena itu, kamu tidak akan hidup sekarang maupun bisa mengambil alih tubuhnya.Mata Shelvin membelalak. Dia kira Yarlin sudah tidak ada lagi ketika dia memilih untuk menyelamatkannya.Daffa menatap Brian. “Jadi, apa yang sedang terjadi sekarang?”Brian mengangkat bahunya. “Dia ingin mengatakan sesuatu yang jahat padaku. Tidak mungkin ayahku akan membiarkannya.” Ada ekspresi senang di wajahnya, tapi itu dengan cepat menghilang.“Ini menyedihkan. Aku tahu kalau ayahku masih hidup, tapi aku juga tahu bahwa tidak ada kemungkinan bagiku untuk melihatnya lagi.” Dia berjongkok dan membenamkan wajahn