Share

Bab 432

Author: Benjamin
Pria Ganendra itu tidak bersuara maupun si anggota dewan berpakaian gelap yang masih terbaring di lantai. Daffa telah lama berhenti menginjaknya, tapi dia tetap berbaring tidak bergerak di sana.

Daffa tidak paham alasannya melakukan itu, tapi dia tidak mengindahkannya. Dia hanya duduk dan dengan malas berkata, “Yah, untunglah tidak ada dari kalian yang keberatan untuk mentransfer kepemilikan saham. Tampaknya kita akan bekerja bersama mulai sekarang.”

Para anggota dewan lainnya menatap meja di hadapan mereka, tidak ingin melirik Daffa sama sekali. Bagi mereka, itu adalah aib yang memalukan. Di saat yang sama, tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa untuk menjawab perkataan Daffa.

Pada saat ini, anggota berpakaian gelap adalah satu-satunya yang melakukan pergerakan. Dia dengan cepat bangkit duduk dan berteriak, “Aku keberatan! Aku tidak menyetujui Ansel Bakti mentransfer kepemilikan sahamnya padamu dan memperbolehkanmu bergabung dengan dewan direksi!”

Dia menatap Daffa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 433

    “Aku tidak akan mengizinkanmu melakukan apa pun selain menyetujuiku.”Tiba-tiba, pria berpakaian gelap itu menunjuk Daffa. Namun, pandangannya tertuju pada anggota dewan lainnya. Dia berteriak, “Apakah kalian melihat ini? Aku benar! Dia menyangkal semua hal kecuali tentang keluarganya, jadi dia pasti berbohong tentang hal-hal lainnya!”Dia menoleh untuk memelototi Daffa. “Aku sudah cukup berbaik hati dan bersabar denganmu, jadi sebaiknya kamu berpikirlah dengan pintar dan jangan melewati batas.”Daffa menaikkan sebelah alisnya. Kali ini, dia tidak mengatakan apa-apa. Dia yakin ada lagi yang pria berpakaian gelap itu ingin sampaikan. Seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dia benar, pria itu melanjutkan, “Sekarang, pilihanmu hanya tersisa satu, yaitu melakukan apa yang kukatakan! Ambil sahamku dan enyahlah dari sini!”Dia duduk dan dengan malas melanjutkan, “Aku yakin jika ada keluarga mana pun yang lebih kaya dariku, aku akan memiliki ingatan mengenai mereka—meskipun seseorang harus m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 434

    Dia meletakkannya di meja, lalu mengetuknya pelan.Amarah sedingin es menyelimuti pria berpakaian gelap itu dan dia tampaknya kehilangan kendali atas raut wajahnya. Dia melotot tajam ke arah Daffa dan dadanya naik-turun. Dia berjalan mendekati Daffa sambil menggeram, “Kamu punya nyali dan kamu termasuk dari sedikit orang yang berani meragukanku. Sekarang, aku akan dengan senang hati menunjukkan harga yang harus kamu bayar untuk sikapmu itu!”Meskipun dia belum melihat penyerangnya, dia yakin Daffa adalah satu-satunya orang yang dapat melakukannya. Hanya Daffa yang memiliki kemampuan seperti itu dan penghinaannya terlihat jelas. Dia melihat Daffa mengetuk sesuatu di meja, tapi dia tidak melihat apa itu.Amarahnya memuncak dan membakar rasionalitas yang tersisa di dalam dirinya. Di detik selanjutnya, dia merasakan embusan angin familier datang ke arahnya. Kali ini, angin itu lebih kuat dari sebelumnya dan menghempaskannya ke udara, membuatnya membentur dinding.Daffa berdiri, tidak l

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 435

    Pria berpakaian gelap itu menatap Daffa, ingin melakukan sesuatu untuk merubah pikirannya. Namun, ketika dia mendengar Daffa mengetuk meja dengan berirama, dia tahu dia tidak bisa mundur. Dia pun memucat.Dia telah mengambil tindakan pencegahan agar Daffa tidak mengingkari perkataannya dan anak buahnya sudah menunggu di luar ruangan.Matanya membelalak ketakutan. Irama yang Daffa ketukkan di meja adalah sinyal rahasia yang telah disepakati pria berpakaian gelap itu dengan para anak buahnya. Dia tidak menduga siapa pun tahu tentang itu.Sekarang, dia terbukti salah. Bukan hanya Daffa mengetahuinya, tapi dia juga terlihat sangat familier dengan itu.Daffa merasakan tatapan ketakutan pria itu tertuju padanya dan dia memandang ke atas dengan senyuman tipis. Itu membuat pria berpakaian hitam itu tersentak karena dia tahu itu bukanlah senyuman bahagia. Sebaliknya, senyuman itu dingin dan mengancam.Tampaknya, tidak ada satu hal pun yang luput dari perhatian Daffa. Pria berpakaian gelap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 436

    Daffa menaikkan sebelah alisnya, tidak menduga akan bertemu dengan seseorang yang memiliki pola pikir seperti ini. Setelah ragu-ragu selama beberapa detik, dia mengulang kalimat terakhir pria itu.Lelaki muda itu seketika tersenyum ketika dia mendengarnya dan menatap pria berpakaian gelap itu. Kemudian, otaknya memproses apa yang telah terjadi dan ekspresi wajahnya berubah menjadi terkejut, ragu, marah, dan tidak percaya. Dia menoleh ke arah Daffa.Di saat yang sama, dia terhuyung ke belakang, menekan satu tangannya ke dadanya, dan menggunakan tangannya yang lain untuk menunjuk Daffa. “Kamu …. Kenapa aku merasa seperti kamu mencoba menjebakku? Tidak ada permusuhan di antara kita, ‘kan? Kenapa kamu melakukan ini padaku?”Daffa terkekeh. Dia baru hendak mengatakan sesuatu untuk menjawabnya ketika lelaki muda itu berseru, “Tidak, jangan jawab aku! Gesek saja kartumu dan bayar kembali tuanku apa pun yang kamu utangkan padanya.”Kemudian, dia berlari menghampiri pria berpakaian gelap it

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 437

    Yang lelaki itu ketahui hanyalah bahwa dia tiba-tiba kehilangan keseimbangannya saat menyaksikan situasi itu dan dia terdorong ke arah Daffa. Saat itu, dia berpikir, “Aku akan mati.” Dia melihat jarak antara dirinya dan Daffa makin dekat, tapi dia tidak merasa itu sesuatu yang patut disenangi.Kemudian, sesuatu melesat di depannya dan sekarang tidak ada apa pun di antara dia dan lantai. Dia pun membiarkan dirinya jatuh ke lantai dengan suara gedebuk yang keras.Mata anggota dewan berpakaian gelap itu berkedut mendengar suara gedebuk keras itu dan dia menengadah ke arah Daffa. “Tuan Halim, Tama mungkin tidak terlalu pintar, tapi dia kuat. Dia selalu berada di sisiku sejak dia masih kecil. Dia mungkin hanya melatih bela dirinya denganku, tapi dia telah mengerahkan banyak tenaga untuk berlatih. Dia bukan yang terbaik, tapi mungkin dia sedikit lebih berguna daripada karyawan biasa.”Pandangannya sekarang menjadi tenang. “Segala hal yang terjadi hari ini hanya menunjukkan betapa pecundan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 438

    Daffa mendengar ponsel seseorang bergetar dan dia menoleh ke arah para anggota dewan lainnya. Dia tersenyum ketika dia melihat mereka duduk di sana dalam diam dengan punggung yang tegak. “Karena sekarang kita sudah selesai mengurus semuanya, kalian boleh pergi kalau kalian ingin.”Dia meraih kontrak itu, lalu berjalan keluar dari ruang rapat. Sekarang, dia memiliki 94,5 persen saham FT TV, yang berarti hanya pendapatnyalah yang berarti di sini. Namun, itu bukan gaya dia.Ketika dia melangkah ke luar ruang rapat dan melihat banyak tatapan yang tertuju padanya, dia tahu apa yang sedang terjadi. Mereka semua telah mendengar mengenai apa yang telah terjadi di dalam ruangan itu.Ini adalah salah satu alasan utama dia bersikeras mendapatkan saham anggota dewan berpakaian gelap itu—sebelum rapat, dia sudah merasakan perhatian orang-orang terhadap mereka.Itu mengejutkan. Baginya, ini bukanlah sesuatu yang akan diperbolehkan perusahaan normal, tapi sebuah stasiun televisi telah membiarkan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 439

    Mata Briana membelalak. Kemudian, dia mengangguk. “Saya mengerti, Tuan. Saya rasa sebaiknya Anda bersiap-siap untuk kedatangan para pihak berwajib—mungkin akan ada pertarungan sengit ketika mereka tiba di sini. Pertarungan ini akan mengukuhkan status kita di Kota Almiron untuk waktu yang lama.” Dia menatap Daffa dengan serius.“Iya.” Dia duduk, menyilangkan kakinya di atas lututnya, dan mengernyit. “Aku tahu apa yang kamu khawatirkan dan wajar saja kamu merasa khawatir.” Dia memberikan jempolnya pada Briana. “Kamu sangat pintar dan kemungkinan besar prediksimu akan terjadi … jika para pihak berwajib itu tidak pintar.”Daffa menyipitkan matanya, lalu berkata, “Yah, kuharap itu tidak terjadi. Kalau tidak, seluruh Kota Almiron akan kacau balau.” Suaranya lembut, tapi itu masih membuat Briana menggigil.Dia menoleh untuk melihat ke luar jendela, lalu menolehkan kepalanya kembali, mengeluarkan ponselnya, dan memeriksa waktu. Dia berkata, “Tuan Halim, saya menelepon pihak berwajib ketika

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 440

    Daffa menaikkan sebelah alisnya dan menatap petugas itu dengan terkejut. Dia tidak menduga dia akan seblak-blakan itu dan kekaguman terpancar di matanya. Dia menyukai orang-orang sepertinya, jadi dia mengangguk dengan tegas.“Baiklah. Aku akan dengan senang hati berinvestasi pada kota yang tertib dan taat hukum.” Seraya dia berbicara, dia bangkit berdiri dan menoleh ke arah Briana. “Kurasa aku bisa menyerahkan ini padamu.”Briana tidak mengatakan sepatah kata pun, tapi kerutan di dahinya sudah cukup untuk menunjukkan ketidaksukaannya. Daffa melihat ini, tapi dia tidak memperbolehkan Briana untuk menolaknya. “Kamu seharusnya tahu dengan menghilangnya Zaki dan perginya Erin, tidak ada banyak orang yang tersisa yang bisa kupercaya. Ini adalah bagian penting dari rencanaku dan itu berarti banyak bagi Kota Almiron—aku butuh seseorang yang bisa kupercaya sepenuhnya untuk menanganinya.”Briana tahu apa yang dimaksudkan oleh Daffa dan mengerti bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa dia tolak.

Pinakabagong kabanata

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 624

    “Keluarga Sanjaya memarkirkan mobil mereka di depan kami dan memohon bantuan kami. Kami berpikir kami bisa berusaha membantu mereka karena mereka adalah anggota keluarga Puspa. Itulah sebabnya kami memakan waktu yang lebih lama untuk kembali.”Setelah mendengarkan penjelasan Briana, otot-otot Daffa yang sebelumnya tegang menjadi relaks. Dia menegakkan punggungnya dan meregangkan tubuhnya sambil memberi instruksi dengan dingin, “Erin, beri tahu mereka mengenai kejadian yang terjadi ketika mereka sedang tidak ada dan alasan kenapa aku pergi ke luar sekarang.”“Tuan Halim sedang menuju Keluarga Sanjaya sekarang.” Raut wajah bersimpati terpampang di wajah Erin seraya dia menghadap kedua pengawal itu. Kemudian, Erin melangkah lebih dekat dan memberi tahu mereka tentang segala hal yang telah dia pelajari sebelumnya.Kepala Edward dan Briana langsung mendongak ketika mereka mendengar bagaimana Keluarga Sanjaya telah melacak Ansel hanya karena penolakan Daffa. Mata membelalak terkejut, mere

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 623

    Itu sudah cukup untuk menghentikan napas Camilla selamanya.Kate berdiri di atas puing-puing dan melihat semua itu terjadi. Dia membuka mulutnya, tapi tidak lama menutupnya lagi. Kate memejamkan matanya rapat-rapat, tidak tahan melihat kejadian mengerikan itu, tapi dia tidak menyuarakan ketidaknyamanannya karena dia tidak berhak untuk angkat bicara.Meletakkan kedua tangan di balik punggungnya, dia pada akhirnya membuka matanya untuk memandang tanah. Napasnya menjadi kian dalam dan hening seiring waktu berlalu.…Di sisi lain, Daffa akhirnya sudah kembali ke hotel. Meskipun rasanya seperti banyak hal telah terjadi, kejadian-kejadian itu hanya memakan sedikit waktunya. Namun, gelombang rasa lelah yang besar mengenainya dan dia tidak memiliki energi untuk mengolah kemampuannya setelah kembali ke hotel.Yang dia ingin lakukan hanyalah berbaring di ranjang. Pada saat itu, dia tidak peduli sama sekali tentang urusan perusahaan. Memejamkan matanya, Daffa bernapas dengan lebih dalam dan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 622

    “Aku tidak berurusan dengan apa pun yang terjadi selanjutnya,” lanjut Daffa.Dengan sebuah anggukan, Teivel melambaikan tangannya dengan acuh tidak acuh dan menjawab, “Baiklah. Kamu boleh kembali ke Keluarga Aruna dan selesaikan permasalahan mereka sekarang.”Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi pada akhirnya dia mengangguk dan berbalik untuk pergi dari tempat dia masuk. Itu juga kebetulan mengarah ke vila Keluarga Aruna.Ketika Daffa tiba, dia terkejut melihat Kate dan William menunggu dirinya di depan rumah mereka meskipun rumah mereka sudah hancur. Bibir melengkung ke atas, Daffa berkata, “Aku tidak berpikir akan melihat kalian berdua di sini. Kukira kalian sudah pergi sekarang.”William menoleh untuk bertemu pandang dengan Daffa. Kata-kata Daffa yang terus terang membuat William tidak nyaman, tapi William masih bersikap dengan penuh hormat. Dia menggerakkan seluruh otot wajahnya untuk membentuk senyuman yang sopan, yang hampir mustahil, jadi dia pada akhirnya gagal melakukanny

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 621

    Daffa memejamkan matanya rapat-rapat, menyembunyikan seberapa besar penderitaan yang dia rasakan di dalam. Dia bisa saja lebih memperhatikan gas hitam yang menyelinap melewatinya. Alih-alih, satu hal yang Daffa bisa lakukan adalah menjaga penghalang itu dengan lebih baik dan mencegah lebih banyak gas hitam melarikan diri.Pikiran berhamburan dari setiap sudut benaknya saat dia memikirkan cara untuk menjadi lebih efisien.Saat itulah suara Teivel terdengar. “Daffa, aku membutuhkan bantuanmu seperti sebelumnya. Jika kamu tidak mau kita kembali lagi ke awal—harus terus-menerus memburu pria tua berjubah hitam itu—dan jika kamu tidak mau diburu oleh pria tua itu, tenangkan dirimu dan bersihkan pikiranmu sekarang juga!”Itu adalah pertama kalinya Daffa mendengar Teivel berbicara dengan nada yang mendesak. Daffa mengernyit dan menyadari dia tidak pernah mengalami emosi yang berkedip dan gejolak batin sebelumnya. Daffa selalu tegas dan fokus, mau dia kaya ataupun miskin.Demikian pula, dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 620

    Teivel berbicara dengan suara yang serak tapi puas. “Pria tua itu belum pernah bisa melepaskan kekuatan penuhnya. Dia belum pernah bisa dan masih tidak bisa mengalahkanku meskipun aku sudah menjadi lemah dan tidak dapat lagi menggunakan kekuatanku seperti dulu. Lagi pula, kekuatannya sekarang lebih lemah daripada kekuatanku.”Daffa mengangkat sebelah alisnya terkesan. Dia menoleh ke arah Teivel lagi dan bertanya, “Yah, karena dia telah mengubah dirinya menjadi kabut hitam ini, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Wajah menggelap dengan muram, Teivel menjawab, “Bukankah kamu sudah tidak sabar untuk bertanya padaku tentang mantranya? Aku bisa memberitahumu tentang itu sekarang. Ketika kamu dan Yarlin Weis berbincang di dalam ruang kurungan di balik tembok batangan emas itu, energi yang kamu lepaskan—yang mirip seperti lapisan air—adalah sebuah penghalang bermantra.”Daffa mengangguk, tatapan fokusnya tertuju pada Teivel tanpa berpindah sekali pun.“Aku terkesan kamu sudah menguasai

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 619

    “Kamu membuang-buang energimu untuk pikiran-pikiran yang tidak perlu sekarang.” Teivel menekan pundak Daffa, menambahkan, “Aku seharusnya sudah mati sejak lama. Akan tetapi, ajaibnya, kesadaranku tetap ada di dalam buku ini. Maka dari itu, pertemuan kita itu tidak normal dan seharusnya tidak pernah terjadi.”Teivel tidak lagi berbicara. Dia menurunkan tangannya, menyaksikan gas hitam menguap, lalu melihat ke depan ke arah larinya pria tua berjubah hitam itu.Dengan tatapan datar pada Daffa, Teivel berkata, “Kita harus mengejarnya dan membunuhnya sekarang juga—dia selalu terlibat dalam semua penderitaan selama bertahun-tahun. Dapat dikatakan bahwa dia merencanakan benih pertama dari banyak tragedi ini. Jika dia kabur, dia bisa menyamar menjadi siapa pun dan terus melakukan hal-hal buruk. Kita tidak akan ada di sekitar untuk menghentikan dia. Meskipun kamu dan aku adalah ahli bela diri terbangkit dan memiliki jangka hidup yang lebih panjang dibandingkan sebagian besar orang, kita tetap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 618

    Daffa menghirup bau lebih banyak darah dari retakan itu. Itu mengirimkan sensasi mengerikan di tenggorokannya dan dia ingin muntah. Daffa terus membuka matanya, tidak ingin melewatkan apa yang telah terjadi.Namun, dia langsung mengernyit, terkejut oleh kolam darah tak berujung dan tumpukan-tumpukan mayat yang tinggi. Saat penghalang hitam itu perlahan lenyap, mayat-mayat itu berhamburan ke luar seperti air yang mengalir deras dari bendungan yang bocor.Bibir berkedut, Daffa tidak dapat menerima pemandangan mengerikan dan tidak adil di hadapannya. Napasnya menjadi cepat dan benaknya penuh oleh amarah membunuh.Saat itu, Teivel angkat bicara. Satu-satunya yang berubah adalah kali ini suaranya terdengar dari hadapan Daffa. Teivel membentak, “Daffa, mayat-mayat itu adalah orang-orang berjubah hitam. Kamu mungkin merasa kasihan pada mereka sekarang, tapi pada akhirnya kamu akan mengetahui bahwa mereka tidak pantas menerima ibamu.”Teivel berbicara dengan suara yang tegang dan hampir ma

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 617

    “Meskipun begitu, kamu cukup berani untuk mengetes batasanku pada saat ini,” ujar Daffa, hidungnya berkerut dengan meremehkan.Pria tua itu membeku yang terasa lama sekali. Pada akhirnya, dia menggertakkan giginya dan menundukkan kepalanya sambil melangkah mundur.Daffa yakin pria itu pasti akan langsung berlutut untuk memohon ampun jika pria itu tidak berusaha kabur. Maka, pandangannya tertuju pada pria itu dengan ragu. “Apa yang kamu coba lakukan?”Bertemu pandang dengan Daffa, pria tua itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Bukan apa-apa. Hanya saja orang-orang itu telah menelantarkan aku, jadi ….”“Jadi, kamu berniat membuatku mengejar mereka dan membunuh mereka,” jawab Daffa yang mengerutkan alisnya.Pria itu mengangguk.“Apakah kamu yakin?” tanya Daffa, matanya sedikit membelalak. “Kamu merasa puas meskipun kamu akan tetap mati nantinya?”Tanpa ragu, pria tua itu mengangguk.Seringai lebar merekah di wajah Daffa pada saat itu. Dia tahu pria itu tidak memiliki niat ter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 616

    Edward mengedipkan matanya, matanya tertuju pada Daffa dan fokus. Lalu, bibirnya mulai gemetar saat dia berkata, “Tuan Halim, saya tidak menyangka bisa melihat Anda lagi.”Daffa memutar bola matanya. “Maksudmu, kamu akan mati atau apakah kamu takut aku akan mati?”Edward terhuyung, lalu menggelengkan kepalanya. “Bukan itu yang saya maksud, Tuan.”Daffa tersenyum. “Aku tahu itu, tentu saja. Aku hanya merasa caramu mengatakannya lucu.” Mereka saling bertatapan dan melihat kelegaan di mata satu sama lain. Briana masih berdiri di atas tumpukan puing seraya dia mengamati mereka berdua berbincang di samping tornado. Briana menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.Kemudian, dia menangkupkan kedua tangannya di sekitar mulutnya, menyalurkan kekuatan jiwanya ke tenggorokannya, dan berkata dengan lantang, “Ayo turun! Tuan Halim, mentor Anda dan pria tua itu telah pergi. Kita harus mengejar mereka.”Daffa mengernyit. Dia pikir Teivel dan pria tua itu telah berpindah ke tempat lain, mirip

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status