Asti merasa ini adalah hal paling mengejutkan yang pernah dia dengar seumur hidupnya! Di benaknya, tidak ada satu pun orang yang bisa menghabiskan 7,5 triliun rupiah sekaligus. Namun, Daffa melakukan hal itu. Dia telah mendapatkan kesempatan untuk melayaninya dan meninggalkan kesan yang baik, tapi dia tidak mengambilnya. Terlebih lagi, dia telah membuatnya sangat tersinggung. Itu berarti Asti tidak akan memiliki kesempatan seperti ini lagi. Keputusasaan menggenang matanya.Dia berdiri di hadapan Daffa, membuka mulutnya beberapa kali tapi tidak berhasil bersuara. Pada akhirnya, dia menjatuhkan kepalanya dan menggumam, “Jika aku meminta maaf sekarang, bisakah kita berpura-pura tidak ada yang terjadi?” Dia mengangkat kepalanya, membuat dirinya terlihat semenyedihkan mungkin.Ini adalah kesempatan terakhirnya. Seraya dia memikirkan kemungkinan Daffa memaafkannya, dia memandang bangunan di belakang Daffa. Itu adalah tempat kerjanya sebelumnya dan satu-satunya merek mewah di Kota Almiron y
Bisikan-bisikan pun perlahan berhenti. Orang-orang berhenti menyuarakan pendapat mereka. Daffa meletakkan tangannya di balik punggung dan menatap Asti yang masih berlutut di hadapannya. Dia tidak mengomentari tindakannya. Alih-alih, dia berkata, “Aku sudah memberimu dan tokomu waktu yang cukup panjang untuk pergi dari sini. Namun, kamu telah melakukan segala hal selain apa yang kuminta darimu.”Dia menghela napas. “Kurasa aku sudah bersikap cukup baik padamu. Sekarang, aku memberimu pemberitahuan penggusuran secara resmi—mulai sekarang, bangunan ini akan menjadi toko baru untuk Isleberg Jewelry. Aku yakin semua orang akan senang berbelanja di sini.”Daffa tersenyum. “Sepertinya kamu masih tidak tahu kalau ini adalah proyek terbaru West Atlantics Int’l yang paling diantisipasi.” Dia menengadahkan kepalanya tinggi-tinggi.“Aku selalu merasa Kota Almiron adalah kota yang sangat menjanjikan secara geografis dan aku percaya toko ini berada di lokasi yang sangat strategis. Pelanggan tetap
“Namun, kita belum mengenal satu sama lain selama itu. Apakah ada yang salah dengan pria ini?”Raut wajah Hadi tampak rumit. Beberapa detik kemudian, dia berkata, “Iya, ada banyak yang salah darinya. Aku bisa menggunakan semua kata-kata negatif yang kuketahui untuk mendeskripsikannya.”Daffa menaikkan sebelah alisnya, tampak tertarik. “Itu terdengar seperti pujian yang tinggi bagiku. Aku tidak sabar berbicara dengannya sekarang.” Dia tersenyum dan memandang pria itu. Ketika Hadi melihatnya, dia secara tidak sadar berjalan mundur untuk menambah jarak di antara mereka.Daffa merasakannya, tapi dia tidak memalingkan pandangannya dari pria itu saat dia berkata, “Kamu tidak perlu segugup itu dan tidak perlu menjaga jarak denganku. Aku hanya merasa pria ini menarik—dia adalah salah satu dari sedikit orang yang pernah kutemui yang terlihat tidak beruntung secara alami.”Hadi memutar bola matanya tanpa mengatakan apa-apa. Dia mau tidak mau merasa bahwa Daffa lebih mirip ayahnya dari yang d
Dia tersenyum dengan sopan dan berbalik untuk menghadap Daffa. Kemudian, dia mengusap tangannya dan berkata, “Kamu pasti Daffa. Aku sudah mendengar mengenaimu dan aku tahu kamu adalah orang yang luar biasa. Bahkan, aku sangat menghormatimu karena tidak menyerah akan dirimu sendiri, bahkan dalam situasi yang sulit seperti itu. Aku bahkan memasang potret dirimu di kamar putraku supaya dia bisa tumbuh besar sepertimu!”Bibir Daffa berkedut melihat ekspresi menjilatnya dan memalingkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa. Dia tidak tahu bagaimana harus merespons jilatan Sean yang begitu jelas, jadi dia memilih untuk tidak mengatakan apa pun. Namun, dia tidak menduga Sean masih mencoba untuk memulai obrolan kendati keengganannya yang jelas. Sean berkata, “Aku harus berterima kasih pada bintang keberuntunganku karena telah mengizinkan aku bertemu denganmu hari ini.”Daffa menaikkan sebelah alisnya. “Kenyataan bahwa kamu bisa mengatakannya menunjukkan seburuk apa seleramu.” Dia tidak meninggi
“Karena aku sejujurnya tidak segila yang kamu pikirkan,” ujar Daffa dengan tenang.Mata Sean bergerak-gerak ke sana kemari. Dia tidak tahu apa yang sebaiknya dia lakukan. Dia biasanya memuaskan keinginannya dengan meminta maaf atau mengamuk kepada orang lain, tapi tampaknya itu tidak berhasil pada Daffa. Dia memucat, menolak untuk menerimanya.Daffa mulai berjalan pergi. Sean ingin membuatnya tinggal, tapi dia tahu dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Siapa yang tahu apakah itu akan membuat Daffa makin marah atau tidak? Jadi, dia tidak memiliki pilihan selain mengejar Daffa.Asti berdiri di tempat yang harus dilewati Daffa ketika dia pergi dari sana. Ketika kedua orang itu berjalan melewatinya, Sean melihat Asti dan menamparnya tanpa ragu-ragu, membuatnya terjatuh ke tanah lagi. Sudah ada banyak bekas goresan di wajahnya sedari awal dan bekas itu makin jelas sekarang karena wajahnya membengkak.Dia meletakkan tangannya di wajah dan menatap Sean dengan mata merah, lalu menggeram, “Sea
“Jika kamu bersikeras ingin membantunya, aku akan meminta bantuan pihak berwajib untuk menjauhkan kamu dariku.” Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berbalik untuk pergi. Dia tidak ingin lagi membuang-buang satu detik pun di sini—kelihatannya sebentar lagi perjamuan akan dimulai.Namun, dia baru berjalan satu langkah ketika dia merasa seseorang menggenggamnya. Dia menduga itu adalah wanita tua itu dan dia menoleh untuk melihat tangannya. Seperti dugaannya, dia benar.Dia perlahan menoleh untuk menatapnya dan berkata, “Aku tidak suka bersentuhan dengan orang lain dan aku hanya bersikap baik hati dengan tidak melemparmu. Sekarang, kamu sudah menggunakan seluruh kebaikanku yang tersisa.” Matanya dingin.Jantung wanita tua itu hancur dan dia melepaskan tangannya sebelum menyadari apa yang sedang dia lakukan. Kemudian, dia melangkah mundur sambil menatapnya dengan berhati-hati. Dia menelan ludah dan berkata, “Apa pun itu, tidak benar bagimu untuk memperlakukan seorang wanita seperti ini,
“Mohon maaf. Aku benar-benar ingin membiarkanmu menyelesaikan kalimatmu, tapi aku tidak bisa mengizinkannya. Jika kamu berhasil menyebarkan nomor ponselmu, aku akan dihukum berat, jadi aku harus menghentikanmu.” Jantung reporter itu berpacu saat dia merebut kembali mikrofon dari wanita tua itu. Kemudian, dia berbalik dan berlari pergi secepat mungkin.Daffa adalah alasannya datang kemari. Dia sudah pergi sebelum reporter itu bisa mengambil gambarnya dengan jelas. Dia akan berada dalam masalah besar jika atasannya mengetahui hal ini. Berpikir begitu, dia mempercepat larinya.Seraya Daffa berjalan pergi, dia mendengar seseorang berlari mengejarnya. Dia mengerutkan dahinya dan berbalik, mengira itu adalah wanita tua tadi. Namun, dia disapa oleh bayangan wanita muda dengan gaun biru kotak-kotak. Rambutnya yang panjang terurai bergelombang di bahunya dan matanya bersinar terang.Daffa menyipitkan matanya melihat gaun yang wanita itu kenakan—itu adalah gaun bergaya ketimuran tradisional t
“Sebelumnya, kita sudah pernah mewawancarai banyak orang kaya. Daffa terbilang relatif baik dan mudah untuk diajak bicara dibandingkan beberapa orang lainnya yang pernah kita temui. Jika kita meminta maaf padanya dan mencoba berbicara padanya lagi, kurasa kita bisa melakukan wawancara ini.”Mata reporter itu menjadi lebih merah dan dia menolehkan kepalanya untuk memelototi kamerawan itu. “Bisa-bisanya kamu mengatakan sesuatu seperti itu? Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa, jadi kenapa aku harus meminta maaf padanya untuk membuatnya senang? Apakah kamu menyuruhku melupakan harga diriku supaya aku bisa menyelesaikan pekerjaanku? Apakah ada yang salah dengan otakmu? Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa!”Kamerawan itu tidak menduga dia akan semarah itu. Tatapannya begitu liar sampai kamerawan itu tidak bisa berpikir mengenai apakah wanita itu benar atau tidak. Pria itu melangkah mundur, tapi dia sedikit terlalu lambat.Ketika reporter itu menyelesaikan ocehannya, dia langsung menga
Itulah kenapa dia ada di sini. Ini adalah satu-satunya kesempatan dia. Dia awalnya merupakan pria terkaya di Kota Almiron, tapi Daffa dengan mudah merenggut semua itu darinya. Ini berarti tidak ada keluarga kaya lain di Kota Almiron yang bisa membantunya karena mereka tidak akan mampu melawan Daffa.Rafael telah mencoba memilih antara mengulang dari awal di tempat baru sebelum kembali untuk balas dendam dan melepaskannya. Meskipun dia baru saja mendengar tentang Keluarga Halim dan tidak tahu banyak mengenai mereka, dia sangat paham bahwa mereka cukup kaya dan berpengaruh untuk memiliki mata dan telinga di banyak kota yang berbeda. Ini berarti Keluarga Halim jauh lebih mengerikan dari yang dia bayangkan.Pada saat ini, Daffa terduduk di ruang kerjanya seraya dia memikirkan mengenai perusahaan ayah kepala penjaga keamanan itu. Kepala penjaga keamanan itu telah meninggalkan ruangan, tapi dia tiba-tiba kembali. Dia bergegas memasuki ruangan dan dengan cepat menutup pintu. Tindakannya yan
“Dia juga memiliki banyak pemikiran yang tidak dapat diterima secara sosial. Awalnya, situasinya tidak berjalan dengan baik baginya karena tindakannya membuat orang-orang takut padanya. Seraya waktu berlalu, orang-orang mulai lupa dan di bawah pengawasan ayahku, dia makin menjadi seperti manusia normal—manusia yang pintar membuat orang lain bahagia.” Penjaga keamanan itu menatap Daffa dengan serius.“Kamu harus memercayai aku. Aku sudah memberi tahu banyak sekali orang mengenai hal ini, tapi tidak ada yang memercayaiku. Aku mengatakan kebenarannya!” Suaranya gemetar karena gelisah.Daffa mengangguk dan menepuk bahunya. “Tenanglah. Aku mengenal Felix. Dia meninggal setelah melompat dari jendela ruanganku. Hal itu sudah tersebar di internet dan pihak berwajib telah menginterogasiku mengenai hal itu. Dia sudah mati, jadi tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.”Penjaga keamanan itu menundukkan kepalanya, tidak ingin Daffa melihat betapa emosinya tidak terkendali. Daffa menatapnya dan me
Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe
Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk