Share

Bab 376

Author: Benjamin
“Jika kamu bersikeras ingin membantunya, aku akan meminta bantuan pihak berwajib untuk menjauhkan kamu dariku.” Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berbalik untuk pergi. Dia tidak ingin lagi membuang-buang satu detik pun di sini—kelihatannya sebentar lagi perjamuan akan dimulai.

Namun, dia baru berjalan satu langkah ketika dia merasa seseorang menggenggamnya. Dia menduga itu adalah wanita tua itu dan dia menoleh untuk melihat tangannya. Seperti dugaannya, dia benar.

Dia perlahan menoleh untuk menatapnya dan berkata, “Aku tidak suka bersentuhan dengan orang lain dan aku hanya bersikap baik hati dengan tidak melemparmu. Sekarang, kamu sudah menggunakan seluruh kebaikanku yang tersisa.” Matanya dingin.

Jantung wanita tua itu hancur dan dia melepaskan tangannya sebelum menyadari apa yang sedang dia lakukan. Kemudian, dia melangkah mundur sambil menatapnya dengan berhati-hati. Dia menelan ludah dan berkata, “Apa pun itu, tidak benar bagimu untuk memperlakukan seorang wanita seperti ini,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 377

    “Mohon maaf. Aku benar-benar ingin membiarkanmu menyelesaikan kalimatmu, tapi aku tidak bisa mengizinkannya. Jika kamu berhasil menyebarkan nomor ponselmu, aku akan dihukum berat, jadi aku harus menghentikanmu.” Jantung reporter itu berpacu saat dia merebut kembali mikrofon dari wanita tua itu. Kemudian, dia berbalik dan berlari pergi secepat mungkin.Daffa adalah alasannya datang kemari. Dia sudah pergi sebelum reporter itu bisa mengambil gambarnya dengan jelas. Dia akan berada dalam masalah besar jika atasannya mengetahui hal ini. Berpikir begitu, dia mempercepat larinya.Seraya Daffa berjalan pergi, dia mendengar seseorang berlari mengejarnya. Dia mengerutkan dahinya dan berbalik, mengira itu adalah wanita tua tadi. Namun, dia disapa oleh bayangan wanita muda dengan gaun biru kotak-kotak. Rambutnya yang panjang terurai bergelombang di bahunya dan matanya bersinar terang.Daffa menyipitkan matanya melihat gaun yang wanita itu kenakan—itu adalah gaun bergaya ketimuran tradisional t

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 378

    “Sebelumnya, kita sudah pernah mewawancarai banyak orang kaya. Daffa terbilang relatif baik dan mudah untuk diajak bicara dibandingkan beberapa orang lainnya yang pernah kita temui. Jika kita meminta maaf padanya dan mencoba berbicara padanya lagi, kurasa kita bisa melakukan wawancara ini.”Mata reporter itu menjadi lebih merah dan dia menolehkan kepalanya untuk memelototi kamerawan itu. “Bisa-bisanya kamu mengatakan sesuatu seperti itu? Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa, jadi kenapa aku harus meminta maaf padanya untuk membuatnya senang? Apakah kamu menyuruhku melupakan harga diriku supaya aku bisa menyelesaikan pekerjaanku? Apakah ada yang salah dengan otakmu? Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa!”Kamerawan itu tidak menduga dia akan semarah itu. Tatapannya begitu liar sampai kamerawan itu tidak bisa berpikir mengenai apakah wanita itu benar atau tidak. Pria itu melangkah mundur, tapi dia sedikit terlalu lambat.Ketika reporter itu menyelesaikan ocehannya, dia langsung menga

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 379

    Daffa memasang raut wajah menghina. “Pertama-tama, siapa pun yang kupilih untuk kuperlakukan dengan baik tidak ada hubungannya denganmu dan kamu tidak berhak mempertanyakan aku. Kedua, kamu sangat bodoh.”Daffa kembali berbalik pada kamerawan.“Beri tahu aku jika kamu membutuhkan bantuan untuk apa pun. Misalnya, jika kamu ingin meninggalkan stasiun TV ini dan mencari pekerjaan baru.”Kamerawan itu menegang dan melongo padanya. Dia tidak dapat menyembunyikan kekejutan di matanya. “Tuan Halim, apakah Anda serius? Saya 100 persen bersedia meninggalkan pekerjaan saya dan bekerja untuk Anda! Ketika saya lulus, harapan terbesar saya adalah mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan di bawah Konsorsium Halim. Sayangnya, saya tidak memiliki keterampilan maupun kemampuan yang dibutuhkan untuk itu.” Suaranya gemetar ketika mengatakannya.Daffa tersenyum dan menepuk pundaknya. “Tidak perlu gelisah seperti itu. Kita akan memiliki banyak kesempatan untuk bertemu satu sama lain mulai sekaran

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 380

    Kamerawan itu membeku dan melongo pada Daffa, tidak menduga hal itu sama sekali. Dia begitu terkejut sampai dia bahkan tidak terpikirkan untuk berlari mengejar Daffa. Ketika dia mendengar Daffa menyalakan mobilnya, dia kembali tersadar dan berlari ke arah mobilnya. “Tidak, saya tidak perlu memikirkannya. Saya akan melakukannya! Saya akan pergi ke West Atlantics Int’l!”Daffa kehabisan kata-kata. Dia tidak menyangka dia pernah berpikir bahwa kamerawan itu mengingatkannya akan dirinya sendiri. Jika dia bukan ahli bela diri terbangkit, tidak mungkin dia bisa mendengar teriakan orang itu.Di saat yang sama, dia juga mendengar langkah kaki sang reporter. Daffa ragu-ragu selama beberapa saat dan memutuskan untuk tidak pergi dulu.Mengejutkan bagi semua orang, kamerawan itu disusul oleh sang reporter. Wanita itu berlari ke arah mobil, memukul tangannya pada kap mobil, dan memelototi Daffa.“Daffa Halim, kamu keterlaluan! Aku tidak mengerti kenapa kamu bersikap seperti ini, jadi aku tidak

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 381

    “Itu adalah acara pertama yang akan kamu hadiri sebagai pegawaiku.”Mata kamerawan itu membelalak. Dia tidak menyangka akan diberi kesempatan seperti itu dan itu merupakan kejutan yang luar biasa. Dia menelan ludah dan berkata, “Tuan Halim, apakah Anda serius? Bukankah seharusnya saya melalui beberapa pelatihan sebelum menghadiri acara ini?”Daffa tersenyum. “Iya, pendengaranmu tidak salah. Perjamuan malam ini bertujuan untuk memperkenalkan salah satu merek perhiasan di bawah perusahaanku kepada semua orang. Tentu saja, aku tidak mengharapkan mereka membeli sesuatu. Tujuanku adalah untuk membuat para tamu mengagumi perhiasannya layaknya mereka mengagumi mahakarya artistik meskipun mereka tidak akan bisa membelinya. Aku akan menganggap perjamuannya berhasil jika kita bisa mencapai hal itu.”Mulut kamerawan itu menganga dan dia menatap Daffa dengan terkejut. Dia tidak pernah berpikir perhiasan bisa digunakan untuk melakukan ini dan kekejutannya berubah menjadi kekaguman. Kemudian, dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 382

    Tidak ada kata-kata di dunia ini yang bisa mendeskripsikan rasa terima kasih Mahesa. Matanya merah saat dia mengangguk dan berkata, “Jangan khawatir, Tuan Halim. Saya pasti akan mengingat perkataan Anda dan memastikan keamanan saya sambil ….” Sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya, ponselnya mulai berdering.Mahesa mengernyit. Dia adalah orang yang penyendiri saat masih di stasiun TV, jadi dia tidak memiliki banyak teman di sana dan orang tuanya tahu untuk tidak menelepon ponsel kerjanya. Dia dengan cepat memikirkan semua orang yang dia ketahui dan menyadari tidak ada yang pas.Dia ragu-ragu terlalu lama sampai membuat Daffa menoleh ke arahnya. “Angkatlah. Apa pun yang terjadi, ingat bahwa itu semua terjadi di masa lalu. Kamu adalah pegawaiku sekarang.”Setelah mengatakannya, dia menepi. Barulah saat itu Mahesa menyadari bahwa Daffa telah ingin menepi selama beberapa saat sekarang tapi belum bisa melakukannya karena ada terlalu banyak mobil. Daffa membuka sabuk pengamannya dan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 383

    “Kita akan sering bertemu ke depannya, jadi kalaupun kamu membuat kesalahan sekarang, kami akan memiliki banyak waktu untuk membantumu.”Perkataan Edward masuk akal, jadi Mahesa menjadi tenang dan mengembuskan napas. Dia tersenyum dan mengangguk, menundukkan kepalanya malu-malu. Pada saat ini, ponselnya berdering lagi. Dia mengernyit ketika dia melihat siapa yang sedang meneleponnya, lalu menjawabnya dan menyalakan pengeras suara.“Sudah lama, ya, Calvin. Apakah kamu menelepon karena ada yang terjadi?”Calvin merasa kepalanya akan meledak. “Aku baru melihat semua video kamu di pintu masuk toko perhiasan dan aku meneleponmu mengenai atasan barumu. Aku tidak menyangka kamu akan menolak teleponku. Itu hanya memperburuk semuanya. Sekarang, mantan rekan kerjamu—orang yang merundungmu—telah membuat pernyataan di internet yang mengatakan bahwa situasinya tidak seperti apa yang dilihat semua orang. Dia bilang seluruh kejadian itu dimulai bahkan sebelum kameranya dinyalakan, jadi hanya orang

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 384

    Edward menoleh untuk menatap Mahesa dengan tegas seraya berbicara.Setelah beberapa detik, Calvin berkata, “Wajar saja kamu khawatir karena hal itu, tapi itu tidak perlu. Aku sudah memperjelasnya sebelumnya—Mahesa-lah yang mematikan teleponku. Kamu bisa memeriksa riwayat teleponnya juga. Dia belum meneleponku sama sekali hari ini. Aku mengetahuinya karena seorang wanita jelek menyebarkan hal itu di mana-mana. Bahkan, bukan hanya aku yang mengetahui hal ini—banyak orang lainnya tahu juga.”Edward langsung tahu siapa yang dia maksud. Dia berkata, “Aku mengerti. Terima kasih atas pengingatnya. Kami akan menangani rumor itu secepat mungkin, jadi sekali lagi terima kasih.”Dia memutuskan sambungan teleponnya dan menyerahkan ponsel itu kembali ke Mahesa, ekspresi wajahnya menjadi tenang lagi. “Jangan masukkan kemarahanku ke dalam hati. Jika kamu tidak membuat kesalahan besar, aku tidak akan memperlakukanmu dengan sikap seperti itu. Pokoknya, sikap tegasku akan membantumu mengetahui kesala

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status