Edward menoleh untuk menatap Mahesa dengan tegas seraya berbicara.Setelah beberapa detik, Calvin berkata, “Wajar saja kamu khawatir karena hal itu, tapi itu tidak perlu. Aku sudah memperjelasnya sebelumnya—Mahesa-lah yang mematikan teleponku. Kamu bisa memeriksa riwayat teleponnya juga. Dia belum meneleponku sama sekali hari ini. Aku mengetahuinya karena seorang wanita jelek menyebarkan hal itu di mana-mana. Bahkan, bukan hanya aku yang mengetahui hal ini—banyak orang lainnya tahu juga.”Edward langsung tahu siapa yang dia maksud. Dia berkata, “Aku mengerti. Terima kasih atas pengingatnya. Kami akan menangani rumor itu secepat mungkin, jadi sekali lagi terima kasih.”Dia memutuskan sambungan teleponnya dan menyerahkan ponsel itu kembali ke Mahesa, ekspresi wajahnya menjadi tenang lagi. “Jangan masukkan kemarahanku ke dalam hati. Jika kamu tidak membuat kesalahan besar, aku tidak akan memperlakukanmu dengan sikap seperti itu. Pokoknya, sikap tegasku akan membantumu mengetahui kesala
Karena seseorang harus tinggal untuk menjaga Shelvin, hanya salah satu dari mereka bisa ada di sini dan muncul di hadapannya. Itu berarti ada kemungkinan 80 persen bahwa pria sebelumnya mungkin adalah yang paling unggul kedua dari lima orang-orang berjubah hitam dan kemungkinan 20 persen bahwa itu adalah orang paling unggul.Raut wajah Daffa menggelap dan dia menarik napas dalam-dalam. Sudah jelas dari situasi saat ini bahwa ada sebuah masalah besar, tapi setidaknya itu menunjukkan bahwa Shelvin masih aman. Itu memberikan sedikit kenyamanan bagi Daffa.Ketika Edward tiba, dia melihat Daffa berdiri di pintu, tampak suram. Dia dikelilingi oleh orang-orang yang memperhatikannya dengan penasaran. Edward mengernyit dan mengulurkan tangannya untuk mendorong orang-orang itu supaya dia bisa mendekat pada Daffa, tapi dia tidak berhasil.Para pengamat tidak sabar untuk melihat apa yang sedang terjadi, jadi mereka menolak untuk memberi jalan. Edward tidak memiliki pilihan. Dia mengumpulkan beb
“Kurasa kamu tidak mengambil keputusan yang benar dengan muncul di sini dengan status dan identitasmu saat ini.”Erin memucat. Dia tidak menyangka Daffa akan mengatakan hal-hal kejam seperti itu padanya dan dia tidak dapat menerimanya. Namun, dia segera mengembalikan ketenangannya memikirkan hal-hal yang telah dia lakukan sebelumnya.Tatapan penuh tekad terpampang di matanya dan dia berkata, “Tuan Halim, saya tahu saya telah membuat kesalahan besar sebelumnya, tapi Anda tidak tahu seberapa saya mengkhawatirkan Anda ketika saya melihat rumor-rumor itu di internet. Saya rasa mereka sangat tidak menyukai citra Anda dan ada kemungkinan bahwa orang-orang di sekitar Anda tidak melakukan yang terbaik untuk menangani masalah ini. Kalau tidak, rumornya tidak akan membesar secepat ini. Bahkan, rumor-rumor ini seharusnya tidak muncul!”Mengejutkan baginya, Daffa bahkan tidak berkedip. Dia menatap Erin dan berkata, “Aku sudah tahu mengenai rumor yang kamu sebutkan, tapi aku hanya ingin mengatak
Daffa menikmati ketenangan dan keheningan selama dua jam itu. Edward mengetuk pintu tepat saat jamnya berbunyi dan Daffa membuka matanya. Dia tahu itu sudah waktunya. Mungkin, mereka akan mendapatkan jawaban malam ini … mungkin juga tidak.Daffa bangkit berdiri, merasa penuh harap. Dia membuka pintu dan mendapati Edward berdiri di sana. Edward sudah berpakaian rapi dan terlihat seperti pria yang sempurna. “Tuan Halim, perjamuannya akan segera dimulai. Saya akan menempel dengan Anda seperti lem untuk melindungi Anda.”Daffa mengangguk. “Baiklah. Atur saja sesuai keinginanmu.”Edward tersenyum. “Beberapa tamu sudah mulai tiba dan mereka telah berkumpul di halaman hotel. Haruskah kita mulai menyerahkan suvenir pestanya?” Suaranya sedikit gemetar di penghujung kalimat dan Daffa tahu itu karena dia bersemangat.Daffa tersenyum juga dan mengguk. “Iya, silakan. Malah, kamu bisa menyerahkannya secara pribadi kalau kamu ingin—dengan begitu, kamu bisa melihat reaksi mereka dari dekat.”Mata
Mereka semua mungkin berpikir karena dia berdiri di sana, dia mungkin akan memimpin perjamuan itu, bukan hanya seorang pesuruh. Edward mendengar mereka berbisik dengan satu sama lain mengenai hal itu.Tetap saja, dia tidak repot-repot mencoba menjelaskannya karena dia merasa itu adalah cara yang luar biasa untuk melindungi Daffa dengan membuat para tamu salah paham mengenai identitasnya sebenarnya. Namun, dia tidak bisa memberi tahu Daffa akan hal ini karena dia tahu Daffa tidak akan menyetujuinya.Dia mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya setelah membiarkan para tamu menebak-nebak cukup lama. Lagi pula, dia tidak akan bisa menyembunyikannya lama-lama. Setelah Daffa muncul, kebenarannya akan terungkap dan ada kemungkinan para tamu akan merasa Daffa menyuruh Edward untuk menipu mereka dengan berpikir bahwa dia adalah pemimpin acaranya.Edward tidak ingin mereka menggunakan ini sebagai cara untuk menodai reputasi Daffa, jadi dia harus membiarkan semua orang mengetahui siapa dirin
“Seperti yang saya katakan, hal-hal yang dia katakan tidak masuk akal dan keterlaluan. Anda terdengar sangat mirip dengannya.” Mata Edward perlahan berubah dingin. Dia mencondongkan tubuhnya ke belakang sedikit dan mengetuk suvenir pestanya dengan pelan. “Selain itu, Anda terdengar sangat yakin dengan diri Anda sendiri … seolah Anda sudah tahu apa yang akan terjadi.”Dia terus mengamati wanita tua itu.“Tidak perlu bertanya-tanya, Edward. Mereka adalah orang yang sama.” Suara Daffa tiba-tiba terdengar dari pintu masuk dan Edward dengan cepat berbalik untuk menatapnya.“Tuan Halim!”Tiba-tiba, semua orang berbalik untuk menatap Daffa yang berdiri di sana dengan kedua tangan di balik punggungnya. Dia mengangguk, wajahnya tidak berekspresi saat dia berkata, “Selamat malam, semuanya. Selamat datang di perjamuanku. Tenang saja karena kalian aman di sini dan aku jamin apa pun yang kalian bawa pulang dari sini—dengan izinku, tentunya—tidak akan melukai kalian sedikit pun.”Semua orang la
Daffa berkata, “Kamu mungkin benar mengenai beberapa hal, tapi kurasa situasinya tidak akan berjalan sesuai harapanmu.” Dia terdengar sangat tenang sehingga wanita tua itu merasa sedikit cemas.Jadi, wanita tua itu mengulurkan tangannya dan tornado-tornado mini pun terbentuk di telapak tangannya. Dia lalu mengarahkannya ke arah Daffa.Mata Daffa membelalak dan dia dengan cepat menggerakkan energinya ke arah wanita tua itu. Energinya terlalu lemah dibandingkan milik wanita tua itu dan bahkan tidak terlihat. Dia hanya bisa merasakannya samar-samar di telapak tangannya, tapi wanita tua itu menyipitkan matanya pada Daffa.Dia terlihat waspada dan ada sedikit niat membunuh saat dia berkata, “Kamu tahu, kamu mengejutkan aku. Sayang sekali kita berada di pihak yang berlawanan. Kalau tidak, aku akan senang memilikimu sebagai rekanku. Saat kami pertama kali mendengar tentangmu, kamu hanyalah ahli bela diri biasa yang belum terbangkit. Namun, kamu mengalami kebangkitanmu ketika kami muncul di
“Kalau tidak, aku akan mengangkatmu sebagai muridku dan mengajarkanmu segala hal yang kuketahui. Aku bahkan akan memberimu energiku.” Wanita tua itu menggelengkan kepalanya. Namun, niat membunuhnya membesar di balik rasa kasihannya.“Kamu berkembang sangat cepat sampai itu rasanya menakutkan. Bahkan belum dua bulan berlalu sejak kebangkitanmu, tapi kamu sudah menemukan jalan pintas untuk bermeditasi. Malah, itu adalah metode aneh yang telah kamu temukan. Biasanya, metode seperti itu memiliki konotasi jahat, tapi aku tidak merasakan kejahatan di dalam dirimu. Harus kuakui bahwa kamu adalah karakter yang kuat.”Dia tersenyum, tapi itu bukanlah senyuman yang baik. “Sejujurnya, aku merasa sayang sekali karena kamu akan mati—kamu seharusnya menjadi keberadaan yang sangat kuat. Aku tidak yakin siapa pun yang kukenal akan menjadi tandinganmu. Levelmu saat ini adalah level yang didambakan banyak orang dan gagal dicapai di masa hidup mereka.”Dia terdengar bimbang saat berbicara, tapi Daffa
“Mereka semua kehilangan pekerjaan mereka dan hal lainnya yang tidak terhitung karenamu!” Suara Brian menjadi serak karena berteriak-teriak.Daffa menyipitkan matanya. “Tindakanmu sembrono, tapi kamu terdengar berhati-hati. Kenapa?” Dia menatap Brian dari atas sampai bawah.Brian mengernyit, terlihat jijik. “Daffa, hidupmu akan berakhir di sini!” Begitu dia mengucapkan kata-kata itu, dia merasakan embusan angin mengempaskannya ke lantai. Dia terbaring di sana, matanya membelalak karena terkejut. Apa yang baru saja terjadi?Kenapa dia tiba-tiba telentang? Kekejutannya langsung menghilang ketika dia mendengar Daffa berjalan ke arahnya. Meskipun dia masih belum tahu apa yang telah terjadi, dia tahu Daffa-lah yang membuat dia berakhir seperti ini.Sebelum dia bahkan menyadari apa yang sedang dia lakukan, dia menggeram, “Daffa Halim, kamu hanyalah seonggok samp*h yang bergantung pada Keluarga Halim untuk mendapatkan keuntungan dari mereka! Apa hakmu memperlakukan aku seperti ini? Kamu m
Ada banyak artikel lain yang ditulis dengan serupa, tapi Daffa tahu artikel-artikel itu dibuat oleh orang yang sama. Dia menyeringai dan berpikir, “Ini mulai menarik.”Pada saat ini, langkah kaki terdengar dari koridor, membuat Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak bangkit dari kursinya. Dia tahu siapa pun yang ada di luar akan menerobos masuk, mau pintunya dikunci ataupun tidak.Seseorang menendang pintunya dengan suara yang keras dan berlari memasuki ruangan. Daffa menoleh untuk menatapnya sambil tersenyum. Tidak ada sedikit pun rasa takut terlihat di matanya.“Mengejutkan sekali melihatmu di sini sekarang,” katanya dengan tenang. Pada saat yang sama, dia menyandarkan punggungnya dan meletakkan lengannya di sandaran tangan kursinya, terlihat santai.Brian menyipitkan matanya melihat penampilan Daffa yang tenang, tiba-tiba bingung bagaimana dia harus bereaksi. Dia tidak menduga Daffa akan seperti ini.Sesaat, dia terlihat bingung, tapi dia segera mengembalikan ketenangannya
Daffa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Tidak perlu meminta maaf untuk hal-hal seperti itu.” Dia bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela, meletakkan tangannya di balik punggungnya. “Erin akan segera kemari. Semua pertanyaan kita akan terjawab pada saat itu.”Ketika dia mengucapkan kata-kata itu, dia melihat sebuah telur melayang ke arahnya. Bibirnya berkedut seraya dia melangkah mundur dan berkata dengan tenang, “Lihat. Amarah mereka adalah bukti dari keadaan mereka yang mendesak. Tidak penting sepintar apa seseorang, dia akan membuat kesalahan saat dia merasa cemas.”Shelvin tidak mengatakan apa-apa. Daffa tersenyum lagi. “Kalaupun dia tidak melakukan kesalahan sekarang, dia akan melakukannya nanti.” Dia berpaling dari jendela yang berlumuran telur dan duduk di kursinya lagi. Dia bertingkah seakan-akan tidak ada yang telah terjadi dan mengerjakan dokumen-dokumennya.Pada saat ini, Erin mengetuk pintu. Daffa melihat ke atas dan berkata, “Masuklah, Erin.”Erin mendoron
Brian tersenyum dan berbalik untuk menatap Shelvin. Namun, dia tidak terlihat setenang sebelumnya—Daffa masih tidak memperhatikannya.Dia menarik matanya dari Shelvin untuk melihat Daffa dan berhenti tersenyum, ekspresinya berubah menjadi serius. “Pokoknya, itu menguntungkan bagimu.”Daffa mengangkat sebelah alisnya dan mendongak. “Aku tidak merasa begitu.” Dia kembali memperhatikan dokumennya lagi.Napas Brian menjadi lebih cepat. Dia menggertakkan giginya. “Apakah kamu menyadari betapa buruknya sikapmu sekarang? Bagaimana bisa kamu mengatakan hal-hal seperti ini?”Daffa menghela napas. “Aku kira kamu adalah orang yang menepati janjimu karena posisimu, tapi tampaknya aku keliru—kamu banyak bicara omong kosong. Sayangnya, aku tidak memiliki waktu untuk mendengarkanmu, jadi jika kamu terus mengatakan omong kosong, kamu tidak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup.”Brian memucat, tapi tidak ada rasa takut di matanya. Dia menoleh ke arah Shelvin lagi dan merasa khawatir melihat ke
Kemudian, Shelvin merasa seperti dia telah membeku. Dia tidak dapat bersuara. Dia ingin melihat ke arah Daffa untuk meminta bantuan, tapi dia tidak lama mengetahui bahwa mustahil baginya untuk melakukannya—dia bahkan tidak bisa mengedip! Itu membuatnya ingin menangis.Pada saat ini, suara Brian yang tenang terdengar. “Jangan segugup itu. Ayahku, Yarlin Weis, adalah pria yang baik. Jika bukan karena itu, kamu tidak akan hidup sekarang maupun bisa mengambil alih tubuhnya.Mata Shelvin membelalak. Dia kira Yarlin sudah tidak ada lagi ketika dia memilih untuk menyelamatkannya.Daffa menatap Brian. “Jadi, apa yang sedang terjadi sekarang?”Brian mengangkat bahunya. “Dia ingin mengatakan sesuatu yang jahat padaku. Tidak mungkin ayahku akan membiarkannya.” Ada ekspresi senang di wajahnya, tapi itu dengan cepat menghilang.“Ini menyedihkan. Aku tahu kalau ayahku masih hidup, tapi aku juga tahu bahwa tidak ada kemungkinan bagiku untuk melihatnya lagi.” Dia berjongkok dan membenamkan wajahn
Bimo tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya. Dia melongo ke arah Daffa, pada akhirnya menutup mulutnya dan memejamkan matanya dengan pasrah.Daffa menghela napas. Begitu dia merasa sedikit lebih memiliki kendali atas situasi dan tidak setidak berdaya itu, teriakan kesakitan keluar dari bibir Umar.“Daffa, tolong, aku memohonmu untuk membunuh tunanganku secepat kamu membunuhku sekarang jika dia masih bersikap seabsurd sebelumnya,” teriak Umar. Kemudian, dia memalingkan kepalanya ke samping dan memegang jarum perak Shelvin, menusuk jarum itu ke dalam lehernya.Itu bukanlah apa yang Daffa ataupun Shelvin sangka. Meski begitu, Shelvin tidak sekaget Daffa. Dia menghampiri sisi Daffa dan meletakkan tangannya di pundak Daffa.“Tuan Halim, jangan gundah. Melakukannya adalah pilihan terbaik bagi Umar.”Situasi yang tidak diduga itu membuatnya menggigit bibirnya dengan sangat keras hingga berdarah saat dia berbicara.Daffa menatap Shelvin pada saat itu. Di
Bimo memucat, lututnya lemas begitu dia mendengar orang yang berbicara di telepon—itu adalah atasannya.“Ini nomor Brian Weis. Siapa, ya?”Bimo jatuh berlutut hampir seketika, memandang Daffa dengan gugup. Dia tidak dapat terus berdiri saat itu juga. Matanya gemetar begitu hebat hingga hampir copot dari tempatnya.Merasakan kecemasan Bimo, Daffa menyeringai dan menjawab, “Ini Daffa.”Suara di telepon itu langsung berubah menjadi penuh hormat. “Oh! Saya merasa terhormat berbicara dengan Anda, Tuan Halim! Bolehkah saya tahu kenapa Anda menelepon saya?”Senyuman terukir di wajah Daffa, tapi itu hanya karena formalitas dibandingkan untuk menunjukkan kegembiraan yang tulus. Dia berputar badan untuk menatap Bimo dan membentak, “Kurasa kamu dan aku perlu mendiskusikan investasiku ke kepolisianmu.”Keheningan selama dua detik berlalu sebelum Brian terkekeh dengan malu-malu. Ingin menyenangkan Daffa, dia bertanya dengan nada menjilat, “Apakah Anda ingin mendiskusikannya melalui telepon at
Daffa terkekeh, tidak dapat menyembunyikan bahwa dia terhibur. Situasi itu sangat mengherankan hingga tawanya kian membesar setiap detiknya.Bimo mengernyit, berputar badan, dan menatap Daffa. Dia ingin mempertanyakan Daffa, tapi Umar berbicara mendahuluinya.“Apakah kamu sudah kehilangan akalmu, Daffa? Kamu tidak akan pernah menjadi kaya karena kamu adalah seonggok samp*h yang keji! Apa pun yang sudah kamu bayar untuk menyamar dirimu sebagai ‘orang kaya’ ini, uang itu sudah terbuang sia-sia sekarang! Kami tidak memercayaimu sedikit pun!” teriak Umar sekencang mungkin meskipun dia kehabisan napas dan kesakitan.Daffa menatap Shelvin yang mengangkat bahunya dan berkata, “Aku harus menyingkirkan jarum-jarumku. Kalau tidak, dia akan kehilangan suaranya secara permanen. Lagi pula, kita selalu bisa membungkamnya beberapa menit kemudian.Setelah mengangguk, Daffa menoleh ke arah Bimo lagi.Pada tiitk itu, Bimo mengernyit karena dia tidak memahami apa yang disiratkan oleh Umar. Namun, di
Aku tidak membunuh dia karena kurasa kesalahannya tidak membutuhkan hukuman sekeras itu,” kata Daffa yang tangannya diletakkan di balik punggungnya seraya dia berjalan ke arah Umar. Kemudian, dia tersenyum dan menambahkan, “Akan tetapi, terlihat jelas bahwa kamu tidak senang dengan keputusanku.”Umar terbaring di lantai, memejamkan matanya dan akhirnya menyadari bagaimana dia telah mengambil pihak yang salah selama ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa dia salah sedari awal karena telah meragukan Daffa.Meskipun demikian, Umar tidak dapat menahan skeptisismenya terhadap segala hal. Lagi pula, Umar merasa hal-hal berjalan dengan lancar sebelum momen ini. Berbaring di lantai, dia mengendurkan rahangnya yang terkatup dan memandang udara dengan ekspresi kosong.Umar mulai mempertanyakan segala hal di sekitarnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Keheningan mengisi ruangan seraya dia memikirkan kapan hal-hal berbalik melawannya. Saat itulah tatapan Daffa dengan singkat menyap