Share

Bab 353

Penulis: Benjamin
Maka dari itu, Daffa tetap menjaga sikapnya yang tenang sambil bertanya, “Begitu. Lalu, kenapa kamu masih ada di sini?”

Alicia menghela napas dalam, mengumpulkan keberanian yang masih tersisa di dalam dirinya untuk berbalik, mengangkat kepalanya, dan menatap mata Daffa. Tetap saja, dia sangat gugup sampai dia merona seperti anak remaja yang dimabuk cinta. “S … Saya h … hanya berpikir Anda berencana memeriksa lokasi perjamuannya karena saya menyebutkannya tadi.”

Dia menghela napas lagi sebelum memutar badannya untuk berdiri di luar ambang pintu. Kemudian, dia membuka mulutnya untuk berkata, “Mohon maaf, Tuan Halim. Saya mengerti saya telah melewati batas saya, jadi saya akan pergi sekarang.”

Dengan begitu, dia berlari menyusuri lorong untuk pergi tanpa menunggu jawaban Daffa.

Benak Daffa terpikirkan sesuatu, membuatnya mengerutkan alisnya sesaat. Akan tetapi, dia menggeleng kepalanya setelahnya, berpikir, “Tidak. Hubungan antara Alicia dan aku berbeda. Setidaknya, aku yakin itulah y
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 354

    “Nomor Kakek! Ini tidak pernah terjadi sebelumnya!” pikir Daffa, darahnya menderu ke seluruh tubuhnya dengan rasa panik. Dia begitu cepat sampai ponselnya terus tergelincir dari tangannya, jadi dia menyerah. Daffa meletakkan ponselnya di meja nakas dan mengangkat teleponnya.Jauhar berbicara di ujung telepon lainnya dengan nada yang sangat serius. “Apakah ada yang ingin kamu beri tahu padaku mengenai saham perusahaan keluarga kita?”Mata dan mulut Daffa membulat terkejut dan dia tidak mampu mengatakan sepatah kata pun. Keheningan kemudian terjadi di antaranya dan kakeknya. Rasanya seolah semua keberanian menguap dari tubuh Daffa. Dia tidak berani mengangkat kepalanya, jadi dia membiarkannya menunduk sementara tatapannya terpaku ke lantai.Bahkan suaranya terdengar sedikit menyesal. “Aku tahu ini semua adalah salahku, Kakek. Aku hanya bisa berharap situasinya tidak memengaruhi reputasi Keluarga Halim karena jika iya, aku telah melakukan kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan.”Sa

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 355

    Edward menjulurkan kepalan tangannya, dengan panik mengetuk pintu dengan buku-buku jarinya. “Tuan Halim, apakah Anda baik-baik saja?”Setelah mendengar nada mendesak Edward, barulah Daffa menyadari seberapa dramatis teleponnya sebelumnya terdengar. Semua orang telah bersikap ganjil sejak tiba di Kota Almiron, termasuk dirinya sendiri.Akan tetapi, Daffa merasa sikap anehnya juga bisa disebabkan karena dia sebelumnya terpaksa menghirup obat-obat itu saat di lab Edward yang sebelumnya.Apa pun alasannya, dia tidak bisa membuang-buang waktu untuk hal itu lagi, jadi dia bertatapan dengan Edward dan berkata, “Kamu harus mengemban tugas Erin dan tugasmu sendiri karena dia sudah tidak bersama kita lagi. Kamu kemungkinan akan kewalahan karenanya.”Wajah Edward berubah pucat seperti kapur karena dia tidak yakin kenapa Daffa membuatnya datang kemari karena hal sekecil itu. Tetap saja, dia mengangguk. “Jangan khawatir, Tuan Halim. Saya menyadari hal itu dan saya tidak merasa tugas-tugas itu m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 356

    Edward takut Daffa akan menyalahkannya karena menolak mempersiapkan suvenir pesta. Dia membuka mulutnya, ingin menjelaskan keengganannya, tapi tidak yakin apakah menjelaskannya akan membuatnya lebih baik.Saat itulah Daffa merasakan kecemasan Edward. Dia memandang Edward, menghela napas sebelum menjelaskan, “Tidak perlu mengernyit padaku seperti itu. Aku paham kenapa kamu berkata begitu. Walaupun aku tidak tahu seperti apa sumpahmu ….”Dia tiba-tiba berdiri, beranjak ke arah pintu, kemudian meraih dan memakai jaket yang tergantung di dinding di dekatnya sebelum melangkah keluar. Waktu akan habis ketika Daffa memikirkan suvenir pesta, jadi dia tidak repot-repot berganti pakaian.Di sisi lain, Edward masih terpesona melihat seberapa cepat Daffa bergerak. Menelan ludah, dia menenangkan perasaannya dan berjalan di belakang Daffa.Dia kira dia bisa menyusul Daffa, jadi dia berlari secepat mungkin. Di mata orang biasa, dia dan Daffa hanyalah bayang-bayang yang berkedip. Akan tetapi, keti

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 357

    Edward terus mengekspresikan keinginannya untuk memasuki toko itu. Dia melambaikan tangannya dan bertanya, “Kenapa kamu tidak membiarkan kami masuk?”Ketika Daffa mendengar ini, dia mengangkat tangannya untuk menggaruk telinganya. Setelah itu, dia menepuk pundak Edward dan berkata, “Tenanglah.” Cengkeramannya cukup kuat karena dia ingin Edward tahu dia sedang memperhatikannya.Tentunya, Edward terdiam dan mengernyit. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku dan menoleh ke arah Daffa. “Tuan Halim, sikap mereka benar-benar tidak bisa diterima. Apakah kita tetap akan membeli sesuatu dari mereka?”Daffa bertemu dengan tatapan dinginnya dan mengangguk. “Iya, kita tidak punya pilihan lain. Mungkin, situasinya berbeda dari apa yang kita sangka. Tidak akan ada yang menolak pelanggan baru, tapi itulah yang telah dilakukan persis oleh pramuniaga ini. Aku ingin tahu kenapa.”Dia tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke samping dan melangkah maju, mencapai pintu masuk toko itu dalam satu langkah. Dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 358

    Tatapan Daffa terpaku pada pramuniaga yang lain yang sebelumnya terlihat berniat melayaninya. Dia dengan santai melambaikan tangannya padanya dan berkata, “Aku berniat membeli sejumlah produk yang dibuat secara khusus. Apakah akan ada masalah mengenai hal itu?”Pramuniaga itu tersenyum dengan profesional ketika tatapan Daffa mendarat padanya. Dia bahkan tidak tersentak oleh pertanyaan Daffa dan berkata, “Itu tidak masalah, Tuan. Selama Anda bisa membayar sejumlah uang yang dibutuhkan, kami bisa mempersiapkan segalanya untuk Anda malam ini.”Daffa tersenyum. “Bagus. Aku membutuhkannya malam ini. Aku perlu menyiapkan 80 set yang dibuat khusus paling lambat pukul 7:00 malam ini.”Pramuniaga yang baru itu menganga ketika dia menyadari bahwa Daffa menyebutkan dia membutuhkan 80 set, bukan hanya delapan. Bahkan, dia belum memeriksa harganya sama sekali. Napasnya berpacu dan dia menatap pramuniaga sebelumnya dengan khawatir.Lagi pula, pramuniaga itulah yang seharusnya menutup kesepakatan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 359

    Daffa tersenyum ketika dia berbicara, tapi matanya tidak ikut tersenyum. Namun, kedua wanita itu tidak menyadarinya. Asti tidak tahan mendengar kedua orang itu menjelek-jelekkannya lagi, jadi dia bangkit berdiri dan bergegas menghampiri mereka, sepatu haknya berbunyi mengenai lantai.Dia berdiri di antara mereka, tapi mengejutkan bagi Daffa, Asti menghadap Olivia, bukan dia. Asti bahkan tidak meliriknya sama sekali.Ini adalah pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini setelah menjadi kaya dan itu cukup menyegarkan. Dia berjalan mundur dua langkah dan bersandar pada konter untuk mengamati kedua wanita itu dengan lebih baik. Olivia sudah gemetar dan Daffa mengernyit tidak senang. Akan tetapi, dia tidak melakukan apa-apa.Asti tidak memedulikan apa yang Daffa rasakan. Dia meletakkan satu tangan di pinggangnya dan menggunakan tangannya yang lain untuk menunjuk Olivia. Suaranya serak saat dia memaksa berbicara melalui gertakan giginya, “Olivia, kukira aku sudah bersikap cukup baik pad

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 360

    “Kenapa itu ada di tanganmu?” Asti memelototi Daffa dengan tajam.Daffa menaikkan sebelah alisnya. Reaksi Asti membuatnya terkejut karena bahkan di Kota Aswar, tidak banyak orang mengetahui tentang kartu ini. Semua orang yang mengetahuinya adalah orang-orang kaya dan berpengaruh. Namun, sekarang, Asti bukan hanya mengetahuinya, tapi tatapannya terlihat menarik.Tidak lama, Asti bergegas menghampirinya, memamerkan kaki lurus dan jenjangnya dengan setiap langkah yang dia ambil. Daffa menatapnya dan Asti tampak senang. Suasana hatinya yang baik tidak bertahan lama. Daffa berkata, “Kurasa tidak baik jika kamu berjalan seperti itu. Kakimu tidak sebagus yang kamu kira dan ketika kamu terus meluruskannya seperti itu, kelihatannya seperti dua lobak besar. Bisakah kamu membayangkan seseram apa melihat dua lobak berjalan ke arahmu?” Dia merentangkan tangannya, menatap Asti tidak berdaya.Mata Asti membelalak padanya dan mulai berkaca-kaca. Dia tidak pernah begitu ingin menangis seperti ini ka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 361

    Kemudian, dia duduk di hadapan pria tua itu dan menyilangkan kakinya. Dia telah melewati banyak drama untuk tiba di sini dan rasanya sedikit antiklimaks. Ketika mata pria tua itu mulai berkedut, Daffa berkata, “Kurasa kamu memanggilku ke sini untuk menunjukkan beberapa hasil karyamu sebelumnya supaya kita bisa memfinalisasi desain untuk suvenir pestaku. Aku ingin memberikan semua orang kaya di Kota Almiron sesuatu yang berkesan bagi mereka dan menunjukkan seberapa jauh Keluarga Halim lebih kaya dibanding mereka.” Wajahnya tidak berekspresi.Pria tua itu menyeringai dan menunjukkan gigi emasnya. Walaupun Daffa tidak ingin mengakuinya, dia hanya ingin mengumpat keanehan pria tua itu. Namun, dia menahan keinginan itu dan menarik album foto di atas meja ke arah dirinya sendiri.Dia membolak-baliknya dan meletakkan satu jari di atas salah satu fotonya. Itu adalah foto sebuah malaikat yang memandang orang-orang di Bumi dari atas. Kemudian, raut wajah kecewa muncul di wajahnya.Foto-foto i

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status