Share

Bab 361

Penulis: Benjamin
Kemudian, dia duduk di hadapan pria tua itu dan menyilangkan kakinya. Dia telah melewati banyak drama untuk tiba di sini dan rasanya sedikit antiklimaks. Ketika mata pria tua itu mulai berkedut, Daffa berkata, “Kurasa kamu memanggilku ke sini untuk menunjukkan beberapa hasil karyamu sebelumnya supaya kita bisa memfinalisasi desain untuk suvenir pestaku. Aku ingin memberikan semua orang kaya di Kota Almiron sesuatu yang berkesan bagi mereka dan menunjukkan seberapa jauh Keluarga Halim lebih kaya dibanding mereka.” Wajahnya tidak berekspresi.

Pria tua itu menyeringai dan menunjukkan gigi emasnya. Walaupun Daffa tidak ingin mengakuinya, dia hanya ingin mengumpat keanehan pria tua itu. Namun, dia menahan keinginan itu dan menarik album foto di atas meja ke arah dirinya sendiri.

Dia membolak-baliknya dan meletakkan satu jari di atas salah satu fotonya. Itu adalah foto sebuah malaikat yang memandang orang-orang di Bumi dari atas. Kemudian, raut wajah kecewa muncul di wajahnya.

Foto-foto i
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 362

    Bahkan setelah mencoba mengingat-ingatnya, Daffa menyadari dia masih tidak punya petunjuk. Itu tidak dia terima dengan baik dan ekspresinya menjadi gelap. Dia menekan jarinya ke pelipisnya dan mencoba mengingat lagi. Pada saat ini, suara Edward terdengar dari pintu.“Tuan Halim, mungkin sebaiknya kita pergi jika Anda sudah selesai memfinalisasi desainnya.” Suaranya rendah karena dia khawatir Daffa tertidur. Tentu saja, dia tidak takut membangunkannya—itulah yang ingin dia lakukan.Dia hanya khawatir dia akan mengejutkan Daffa jika dia terlalu berisik. Lagi pula, indra ahli bela diri terbangkit jauh lebih tajam daripada orang biasa. Setelah mengatakannya, Edward menunggu di pintu dan mengernyit saat kedua wanita tadi menghampirinya.Di saat yang sama, telinganya menjadi tegak—dia bisa mendengar langkah kaki seseorang di dalam ruangan. Edward khawatir Daffa akan bertemu Asti dan Olivia ketika dia melangkah ke luar ruangan, jadi dia dengan cepat berkata, “Apakah kalian berdua datang ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 363

    Suaranya menjadi melengking seperti saat Daffa pertama kali melihatnya.“Berhenti! Kamu benar-benar anak nakal yang tidak mendapatkan kasih sayang dan tumbuh di panti asuhan dan tumbuh dalam kesengsaraan! Kamu bahkan tidak dididik dengan baik, jadi apa hakmu bersikap begitu angkuh dan berkuasa padaku? Apakah kamu benar-benar berpikir kamu tidak berbeda dari orang-orang yang tumbuh sebagai bagian dari Keluarga Halim? Tidak, kamu jauh di belakang mereka! Tidak sedikit pun dari dirimu akan membuat orang berpikir kamu berasal dari keluarga kaya. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku salah sangka terhadap dirimu? Mengapa kita harus berada dalam situasi ini?” Asti meletakkan tangannya di pinggulnya, dadanya naik-turun. Dia tampak seperti sedang menderita.Daffa memperlambat langkahnya dan berhenti ketika dia mendengar perkataan Asti, kemudian berbalik untuk menatapnya. Dia menaikkan sebelah alis dan berkata, “Aku tahu kamu tidak tahu malu, tapi aku tidak menyangka kamu akan mengatakan hal-hal

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 364

    “Merek mewah seperti kami memiliki warisan budaya kami sendiri dan tidak peduli seberapa sulitnya keadaannya, kami tidak bisa kehilangan warisan itu! Jadi, tidak mungkin seorang pecuncang sepertimu diizinkan memiliki apa pun yang dimiliki oleh merek kami—itu hanya akan membuat kami terlihat buruk. Aku akan menulis surat pada kantor pusat kami dan menjelaskan masalah ini kepada Keluarga Halim. Aku yakin mereka akan mengerti kenapa aku melakukan hal ini dan mendukungku.”Asti tersenyum, kemudian meletakkan tangannya di dada dan dengan dramatis berkata, “Oh, kamu tidak tahu betapa aku kasihan padamu. Kamu menyandang nama Keluarga Halim, tapi kamu tidak dianggap sebagai salah satu dari mereka. Aku kasihan padamu, tapi aku hanyalah karyawan biasa—aku tidak bisa membantumu dalam hal itu. Mungkin, aku akan melewatkan makan malam steikku malam ini untuk memuaskan keinginanmu untuk melihatku menderita.”Dia tertawa histeris setelah mengatakannya, tapi hanya membutuhkan satu kalimat sederhana

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 365

    Hadi kira setelah Daffa tahu dia dan istrinya berteman baik dengan orang tuanya, Daffa akan langsung bergegas menghampirinya dan menanyakan mengenai orang tuanya. Ketika dia menyelidiki Daffa, dia menemukan bahwa tidak ada yang memberi tahu Daffa mengenai orang tuanya. Mengejutkan baginya, Daffa bersikap tenang, tapi dia terlihat ragu-ragu.Bibir Hadi berkedut. Kemudian, dia mengeluarkan jam saku dari sakunya dan perlahan menghampiri Dafa. Daffa sudah melihat jam saku yang sama persis di ruang kerja kakeknya dan kalaupun itu tidak menghentikannya mencurigai niat terselubung pria tua itu, itu menghentikannya menyerang Hadi.Hadi menghela napas lega ketika dia melihatnya. Setidaknya, Daffa tidak begitu waspada terhadapnya lagi dan itu adalah pertanda yang baik. Dia berhenti sejauh sekitar 10 langkah dari Daffa, meletakkan jam saku itu di lantai, lalu mengangkat kedua tangannya dan melangkah mundur. “Mungkin kamu akan percaya kalau aku mengatakan kebenarannya setelah kamu memeriksa jam

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 366

    Hadi terdiam. Dia menggigit bibirnya dan menatap Daffa dengan tidak berdaya. “Aku tidak menyangka kamu berpikir seperti itu, tapi aku tidak bisa menyangkal bahwa itu masuk akal.”Dia mengangkat bahunya, kemudian meletakkan tangannya pada laptop di atas meja. Kemudian, dia berhenti. Alih-alih menyalakan laptopnya, dia menarik kembali tangannya. “Jika kamu berpikir begitu, aku mungkin bisa menggunakan cara lain untuk membuktikan bahwa aku mengatakan kebenarannya. Namun, jika kamu bersikeras bahwa kamu benar, kamu bisa pergi sekarang.” Dia menunjuk pintu.Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak menyangka Hadi akan bersikap seperti ini karena dia sebelumnya tampak sangat cemas dan tampak sangat ingin membuktikan bahwa dia mengatakan kebenarannya. Namun, sekarang sikapnya berubah sepenuhnya. Daffa merasa itu aneh, jadi alih-alih pergi, dia duduk di kursinya dan menyilangkan kakinya di atas lututnya.Hadi langsung menyadari apa yang dia inginkan dan merasa jantungnya berdegup lebih ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 367

    Asti menatap Hadi tidak percaya. “Apakah kamu tahu apa yang kamu katakan? Beraninya kamu—kalian berdua—memperlakukan aku seolah-olah kamu tidak penting? Akulah satu-satunya orang yang berhak menjual barang mewah di sini!”Daffa menatapnya terkejut karena Asti mengatakan sesuatu yang sangat konyol. Namun, dia tidak menyangka akan menjadi target kemarahannya. Asti memelototi Daffa dengan tajam dan berkata, “Ada apa dengan raut wajahmu? Aku bisa melihatnya dari sini, tahu!” Dia memukulkan tangannya pada meja.Kemudian, dia menunjuk Daffa dan memekik, “Kamu akan menyesal menatapku seperti itu! Selama aku berada di Kota Almiron, tidak ada yang akan mengizinkanmu membeli barang mahal apa pun di sini! Aku ingin melihat bagaimana kamu akan tampil dengan angkuh di acara perjamuan tanpa aksesori. Semua orang akan mengejekmu karena kamu tidak bisa membeli perhiasan atau barang mewah mana pun!”Daffa mau tidak mau menaikkan sebelah alisnya melihat seberapa senang Asti terlihat. Dia menoleh ke H

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 368

    Setelah mengatakannya, Asti mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, tampak puas dengan dirinya sendiri.“Akan tetapi, sebagai teman, aku pasti akan menghormati pilihanmu dan mendoakanmu. Jadi, mari jangan bertemu satu sama lain mulai sekarang. Aku yakin kamu dan atasan barumu akan segera diusir dari Kota Almiron dan kembali ke tempat asalmu. Aku harap kamu masih akan bahagia saat itu seperti saat ini.”Seraya dia berbicara, kepalanya bergoyang-goyang antara Hadi dan Daffa dan itu membuatnya tampak seperti orang gila. Ketika dia selesai, dia berhenti pada Daffa dan tersenyum dengan senang, berkata seraya melangkah mundur, “Kamu mungkin tidak tahu harga properti di sini, tapi aku tahu betul. Dengan begitu, aku ingin bertaruh denganmu—apa yang akan kamu lakukan jika kamu tidak bisa membeli properti mana pun di sini?”“Aku akan memberimu 1,5 miliar rupiah,” ujar Daffa dengan tenang.Asti hanya menatapnya dengan tatapan menghina dan mengangkat bahunya. “Aku ingin mengatakan bahwa jika kamu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 369

    Edward berhenti sesaat, lalu lanjut berjalan tanpa mengatakan apa-apa. Namun, Asti kembali tersadar. Dia menengadahkan kepalanya dan memelototi Olivia, memekik, “Apakah kamu bodoh? Apa yang kamu pikirkan, berdiri di sana tanpa mengatakan apa-apa untuk membela aku dan toko ini? Bagaimana kamu akan diuntungkan dari hal ini jika kita diusir dari sini?”Daffa, masih terduduk di ruang kerja Hadi, menghela napas. Di saat yang sama, dia meletakkan tangan di telinganya. Walaupun Edward tidak bisa melihat tindakan Daffa dari koridor, dia mendengar helaan napasnya. Seketika, dia tahu apa yang harus dia lakukan. Dia menutup mulut Asti dengan tangannya dan kemudian menatap Olivia.“Aku tahu kamu bukan orang yang benar-benar baik, jadi sebaiknya kamu berinisiatif pergi denganku jika kamu tidak ingin membuat Tuan Halim lebih kesal. Tentu saja, jika kamu tidak ingin pergi sekarang, aku tidak masalah kembali ke sini dalam beberapa saat untuk menyeretmu seperti ini.”Olivia tidak ragu-ragu. Dia berl

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 596

    “Mereka semua kehilangan pekerjaan mereka dan hal lainnya yang tidak terhitung karenamu!” Suara Brian menjadi serak karena berteriak-teriak.Daffa menyipitkan matanya. “Tindakanmu sembrono, tapi kamu terdengar berhati-hati. Kenapa?” Dia menatap Brian dari atas sampai bawah.Brian mengernyit, terlihat jijik. “Daffa, hidupmu akan berakhir di sini!” Begitu dia mengucapkan kata-kata itu, dia merasakan embusan angin mengempaskannya ke lantai. Dia terbaring di sana, matanya membelalak karena terkejut. Apa yang baru saja terjadi?Kenapa dia tiba-tiba telentang? Kekejutannya langsung menghilang ketika dia mendengar Daffa berjalan ke arahnya. Meskipun dia masih belum tahu apa yang telah terjadi, dia tahu Daffa-lah yang membuat dia berakhir seperti ini.Sebelum dia bahkan menyadari apa yang sedang dia lakukan, dia menggeram, “Daffa Halim, kamu hanyalah seonggok samp*h yang bergantung pada Keluarga Halim untuk mendapatkan keuntungan dari mereka! Apa hakmu memperlakukan aku seperti ini? Kamu m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 595

    Ada banyak artikel lain yang ditulis dengan serupa, tapi Daffa tahu artikel-artikel itu dibuat oleh orang yang sama. Dia menyeringai dan berpikir, “Ini mulai menarik.”Pada saat ini, langkah kaki terdengar dari koridor, membuat Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak bangkit dari kursinya. Dia tahu siapa pun yang ada di luar akan menerobos masuk, mau pintunya dikunci ataupun tidak.Seseorang menendang pintunya dengan suara yang keras dan berlari memasuki ruangan. Daffa menoleh untuk menatapnya sambil tersenyum. Tidak ada sedikit pun rasa takut terlihat di matanya.“Mengejutkan sekali melihatmu di sini sekarang,” katanya dengan tenang. Pada saat yang sama, dia menyandarkan punggungnya dan meletakkan lengannya di sandaran tangan kursinya, terlihat santai.Brian menyipitkan matanya melihat penampilan Daffa yang tenang, tiba-tiba bingung bagaimana dia harus bereaksi. Dia tidak menduga Daffa akan seperti ini.Sesaat, dia terlihat bingung, tapi dia segera mengembalikan ketenangannya

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 594

    Daffa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Tidak perlu meminta maaf untuk hal-hal seperti itu.” Dia bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela, meletakkan tangannya di balik punggungnya. “Erin akan segera kemari. Semua pertanyaan kita akan terjawab pada saat itu.”Ketika dia mengucapkan kata-kata itu, dia melihat sebuah telur melayang ke arahnya. Bibirnya berkedut seraya dia melangkah mundur dan berkata dengan tenang, “Lihat. Amarah mereka adalah bukti dari keadaan mereka yang mendesak. Tidak penting sepintar apa seseorang, dia akan membuat kesalahan saat dia merasa cemas.”Shelvin tidak mengatakan apa-apa. Daffa tersenyum lagi. “Kalaupun dia tidak melakukan kesalahan sekarang, dia akan melakukannya nanti.” Dia berpaling dari jendela yang berlumuran telur dan duduk di kursinya lagi. Dia bertingkah seakan-akan tidak ada yang telah terjadi dan mengerjakan dokumen-dokumennya.Pada saat ini, Erin mengetuk pintu. Daffa melihat ke atas dan berkata, “Masuklah, Erin.”Erin mendoron

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 593

    Brian tersenyum dan berbalik untuk menatap Shelvin. Namun, dia tidak terlihat setenang sebelumnya—Daffa masih tidak memperhatikannya.Dia menarik matanya dari Shelvin untuk melihat Daffa dan berhenti tersenyum, ekspresinya berubah menjadi serius. “Pokoknya, itu menguntungkan bagimu.”Daffa mengangkat sebelah alisnya dan mendongak. “Aku tidak merasa begitu.” Dia kembali memperhatikan dokumennya lagi.Napas Brian menjadi lebih cepat. Dia menggertakkan giginya. “Apakah kamu menyadari betapa buruknya sikapmu sekarang? Bagaimana bisa kamu mengatakan hal-hal seperti ini?”Daffa menghela napas. “Aku kira kamu adalah orang yang menepati janjimu karena posisimu, tapi tampaknya aku keliru—kamu banyak bicara omong kosong. Sayangnya, aku tidak memiliki waktu untuk mendengarkanmu, jadi jika kamu terus mengatakan omong kosong, kamu tidak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup.”Brian memucat, tapi tidak ada rasa takut di matanya. Dia menoleh ke arah Shelvin lagi dan merasa khawatir melihat ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 592

    Kemudian, Shelvin merasa seperti dia telah membeku. Dia tidak dapat bersuara. Dia ingin melihat ke arah Daffa untuk meminta bantuan, tapi dia tidak lama mengetahui bahwa mustahil baginya untuk melakukannya—dia bahkan tidak bisa mengedip! Itu membuatnya ingin menangis.Pada saat ini, suara Brian yang tenang terdengar. “Jangan segugup itu. Ayahku, Yarlin Weis, adalah pria yang baik. Jika bukan karena itu, kamu tidak akan hidup sekarang maupun bisa mengambil alih tubuhnya.Mata Shelvin membelalak. Dia kira Yarlin sudah tidak ada lagi ketika dia memilih untuk menyelamatkannya.Daffa menatap Brian. “Jadi, apa yang sedang terjadi sekarang?”Brian mengangkat bahunya. “Dia ingin mengatakan sesuatu yang jahat padaku. Tidak mungkin ayahku akan membiarkannya.” Ada ekspresi senang di wajahnya, tapi itu dengan cepat menghilang.“Ini menyedihkan. Aku tahu kalau ayahku masih hidup, tapi aku juga tahu bahwa tidak ada kemungkinan bagiku untuk melihatnya lagi.” Dia berjongkok dan membenamkan wajahn

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 591

    Bimo tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya. Dia melongo ke arah Daffa, pada akhirnya menutup mulutnya dan memejamkan matanya dengan pasrah.Daffa menghela napas. Begitu dia merasa sedikit lebih memiliki kendali atas situasi dan tidak setidak berdaya itu, teriakan kesakitan keluar dari bibir Umar.“Daffa, tolong, aku memohonmu untuk membunuh tunanganku secepat kamu membunuhku sekarang jika dia masih bersikap seabsurd sebelumnya,” teriak Umar. Kemudian, dia memalingkan kepalanya ke samping dan memegang jarum perak Shelvin, menusuk jarum itu ke dalam lehernya.Itu bukanlah apa yang Daffa ataupun Shelvin sangka. Meski begitu, Shelvin tidak sekaget Daffa. Dia menghampiri sisi Daffa dan meletakkan tangannya di pundak Daffa.“Tuan Halim, jangan gundah. Melakukannya adalah pilihan terbaik bagi Umar.”Situasi yang tidak diduga itu membuatnya menggigit bibirnya dengan sangat keras hingga berdarah saat dia berbicara.Daffa menatap Shelvin pada saat itu. Di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 590

    Bimo memucat, lututnya lemas begitu dia mendengar orang yang berbicara di telepon—itu adalah atasannya.“Ini nomor Brian Weis. Siapa, ya?”Bimo jatuh berlutut hampir seketika, memandang Daffa dengan gugup. Dia tidak dapat terus berdiri saat itu juga. Matanya gemetar begitu hebat hingga hampir copot dari tempatnya.Merasakan kecemasan Bimo, Daffa menyeringai dan menjawab, “Ini Daffa.”Suara di telepon itu langsung berubah menjadi penuh hormat. “Oh! Saya merasa terhormat berbicara dengan Anda, Tuan Halim! Bolehkah saya tahu kenapa Anda menelepon saya?”Senyuman terukir di wajah Daffa, tapi itu hanya karena formalitas dibandingkan untuk menunjukkan kegembiraan yang tulus. Dia berputar badan untuk menatap Bimo dan membentak, “Kurasa kamu dan aku perlu mendiskusikan investasiku ke kepolisianmu.”Keheningan selama dua detik berlalu sebelum Brian terkekeh dengan malu-malu. Ingin menyenangkan Daffa, dia bertanya dengan nada menjilat, “Apakah Anda ingin mendiskusikannya melalui telepon at

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 589

    Daffa terkekeh, tidak dapat menyembunyikan bahwa dia terhibur. Situasi itu sangat mengherankan hingga tawanya kian membesar setiap detiknya.Bimo mengernyit, berputar badan, dan menatap Daffa. Dia ingin mempertanyakan Daffa, tapi Umar berbicara mendahuluinya.“Apakah kamu sudah kehilangan akalmu, Daffa? Kamu tidak akan pernah menjadi kaya karena kamu adalah seonggok samp*h yang keji! Apa pun yang sudah kamu bayar untuk menyamar dirimu sebagai ‘orang kaya’ ini, uang itu sudah terbuang sia-sia sekarang! Kami tidak memercayaimu sedikit pun!” teriak Umar sekencang mungkin meskipun dia kehabisan napas dan kesakitan.Daffa menatap Shelvin yang mengangkat bahunya dan berkata, “Aku harus menyingkirkan jarum-jarumku. Kalau tidak, dia akan kehilangan suaranya secara permanen. Lagi pula, kita selalu bisa membungkamnya beberapa menit kemudian.Setelah mengangguk, Daffa menoleh ke arah Bimo lagi.Pada tiitk itu, Bimo mengernyit karena dia tidak memahami apa yang disiratkan oleh Umar. Namun, di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 588

    Aku tidak membunuh dia karena kurasa kesalahannya tidak membutuhkan hukuman sekeras itu,” kata Daffa yang tangannya diletakkan di balik punggungnya seraya dia berjalan ke arah Umar. Kemudian, dia tersenyum dan menambahkan, “Akan tetapi, terlihat jelas bahwa kamu tidak senang dengan keputusanku.”Umar terbaring di lantai, memejamkan matanya dan akhirnya menyadari bagaimana dia telah mengambil pihak yang salah selama ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa dia salah sedari awal karena telah meragukan Daffa.Meskipun demikian, Umar tidak dapat menahan skeptisismenya terhadap segala hal. Lagi pula, Umar merasa hal-hal berjalan dengan lancar sebelum momen ini. Berbaring di lantai, dia mengendurkan rahangnya yang terkatup dan memandang udara dengan ekspresi kosong.Umar mulai mempertanyakan segala hal di sekitarnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Keheningan mengisi ruangan seraya dia memikirkan kapan hal-hal berbalik melawannya. Saat itulah tatapan Daffa dengan singkat menyap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status