Share

Bab 355

Penulis: Benjamin
Edward menjulurkan kepalan tangannya, dengan panik mengetuk pintu dengan buku-buku jarinya. “Tuan Halim, apakah Anda baik-baik saja?”

Setelah mendengar nada mendesak Edward, barulah Daffa menyadari seberapa dramatis teleponnya sebelumnya terdengar. Semua orang telah bersikap ganjil sejak tiba di Kota Almiron, termasuk dirinya sendiri.

Akan tetapi, Daffa merasa sikap anehnya juga bisa disebabkan karena dia sebelumnya terpaksa menghirup obat-obat itu saat di lab Edward yang sebelumnya.

Apa pun alasannya, dia tidak bisa membuang-buang waktu untuk hal itu lagi, jadi dia bertatapan dengan Edward dan berkata, “Kamu harus mengemban tugas Erin dan tugasmu sendiri karena dia sudah tidak bersama kita lagi. Kamu kemungkinan akan kewalahan karenanya.”

Wajah Edward berubah pucat seperti kapur karena dia tidak yakin kenapa Daffa membuatnya datang kemari karena hal sekecil itu. Tetap saja, dia mengangguk. “Jangan khawatir, Tuan Halim. Saya menyadari hal itu dan saya tidak merasa tugas-tugas itu m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 356

    Edward takut Daffa akan menyalahkannya karena menolak mempersiapkan suvenir pesta. Dia membuka mulutnya, ingin menjelaskan keengganannya, tapi tidak yakin apakah menjelaskannya akan membuatnya lebih baik.Saat itulah Daffa merasakan kecemasan Edward. Dia memandang Edward, menghela napas sebelum menjelaskan, “Tidak perlu mengernyit padaku seperti itu. Aku paham kenapa kamu berkata begitu. Walaupun aku tidak tahu seperti apa sumpahmu ….”Dia tiba-tiba berdiri, beranjak ke arah pintu, kemudian meraih dan memakai jaket yang tergantung di dinding di dekatnya sebelum melangkah keluar. Waktu akan habis ketika Daffa memikirkan suvenir pesta, jadi dia tidak repot-repot berganti pakaian.Di sisi lain, Edward masih terpesona melihat seberapa cepat Daffa bergerak. Menelan ludah, dia menenangkan perasaannya dan berjalan di belakang Daffa.Dia kira dia bisa menyusul Daffa, jadi dia berlari secepat mungkin. Di mata orang biasa, dia dan Daffa hanyalah bayang-bayang yang berkedip. Akan tetapi, keti

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 357

    Edward terus mengekspresikan keinginannya untuk memasuki toko itu. Dia melambaikan tangannya dan bertanya, “Kenapa kamu tidak membiarkan kami masuk?”Ketika Daffa mendengar ini, dia mengangkat tangannya untuk menggaruk telinganya. Setelah itu, dia menepuk pundak Edward dan berkata, “Tenanglah.” Cengkeramannya cukup kuat karena dia ingin Edward tahu dia sedang memperhatikannya.Tentunya, Edward terdiam dan mengernyit. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku dan menoleh ke arah Daffa. “Tuan Halim, sikap mereka benar-benar tidak bisa diterima. Apakah kita tetap akan membeli sesuatu dari mereka?”Daffa bertemu dengan tatapan dinginnya dan mengangguk. “Iya, kita tidak punya pilihan lain. Mungkin, situasinya berbeda dari apa yang kita sangka. Tidak akan ada yang menolak pelanggan baru, tapi itulah yang telah dilakukan persis oleh pramuniaga ini. Aku ingin tahu kenapa.”Dia tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke samping dan melangkah maju, mencapai pintu masuk toko itu dalam satu langkah. Dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 358

    Tatapan Daffa terpaku pada pramuniaga yang lain yang sebelumnya terlihat berniat melayaninya. Dia dengan santai melambaikan tangannya padanya dan berkata, “Aku berniat membeli sejumlah produk yang dibuat secara khusus. Apakah akan ada masalah mengenai hal itu?”Pramuniaga itu tersenyum dengan profesional ketika tatapan Daffa mendarat padanya. Dia bahkan tidak tersentak oleh pertanyaan Daffa dan berkata, “Itu tidak masalah, Tuan. Selama Anda bisa membayar sejumlah uang yang dibutuhkan, kami bisa mempersiapkan segalanya untuk Anda malam ini.”Daffa tersenyum. “Bagus. Aku membutuhkannya malam ini. Aku perlu menyiapkan 80 set yang dibuat khusus paling lambat pukul 7:00 malam ini.”Pramuniaga yang baru itu menganga ketika dia menyadari bahwa Daffa menyebutkan dia membutuhkan 80 set, bukan hanya delapan. Bahkan, dia belum memeriksa harganya sama sekali. Napasnya berpacu dan dia menatap pramuniaga sebelumnya dengan khawatir.Lagi pula, pramuniaga itulah yang seharusnya menutup kesepakatan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 359

    Daffa tersenyum ketika dia berbicara, tapi matanya tidak ikut tersenyum. Namun, kedua wanita itu tidak menyadarinya. Asti tidak tahan mendengar kedua orang itu menjelek-jelekkannya lagi, jadi dia bangkit berdiri dan bergegas menghampiri mereka, sepatu haknya berbunyi mengenai lantai.Dia berdiri di antara mereka, tapi mengejutkan bagi Daffa, Asti menghadap Olivia, bukan dia. Asti bahkan tidak meliriknya sama sekali.Ini adalah pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini setelah menjadi kaya dan itu cukup menyegarkan. Dia berjalan mundur dua langkah dan bersandar pada konter untuk mengamati kedua wanita itu dengan lebih baik. Olivia sudah gemetar dan Daffa mengernyit tidak senang. Akan tetapi, dia tidak melakukan apa-apa.Asti tidak memedulikan apa yang Daffa rasakan. Dia meletakkan satu tangan di pinggangnya dan menggunakan tangannya yang lain untuk menunjuk Olivia. Suaranya serak saat dia memaksa berbicara melalui gertakan giginya, “Olivia, kukira aku sudah bersikap cukup baik pad

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 360

    “Kenapa itu ada di tanganmu?” Asti memelototi Daffa dengan tajam.Daffa menaikkan sebelah alisnya. Reaksi Asti membuatnya terkejut karena bahkan di Kota Aswar, tidak banyak orang mengetahui tentang kartu ini. Semua orang yang mengetahuinya adalah orang-orang kaya dan berpengaruh. Namun, sekarang, Asti bukan hanya mengetahuinya, tapi tatapannya terlihat menarik.Tidak lama, Asti bergegas menghampirinya, memamerkan kaki lurus dan jenjangnya dengan setiap langkah yang dia ambil. Daffa menatapnya dan Asti tampak senang. Suasana hatinya yang baik tidak bertahan lama. Daffa berkata, “Kurasa tidak baik jika kamu berjalan seperti itu. Kakimu tidak sebagus yang kamu kira dan ketika kamu terus meluruskannya seperti itu, kelihatannya seperti dua lobak besar. Bisakah kamu membayangkan seseram apa melihat dua lobak berjalan ke arahmu?” Dia merentangkan tangannya, menatap Asti tidak berdaya.Mata Asti membelalak padanya dan mulai berkaca-kaca. Dia tidak pernah begitu ingin menangis seperti ini ka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 361

    Kemudian, dia duduk di hadapan pria tua itu dan menyilangkan kakinya. Dia telah melewati banyak drama untuk tiba di sini dan rasanya sedikit antiklimaks. Ketika mata pria tua itu mulai berkedut, Daffa berkata, “Kurasa kamu memanggilku ke sini untuk menunjukkan beberapa hasil karyamu sebelumnya supaya kita bisa memfinalisasi desain untuk suvenir pestaku. Aku ingin memberikan semua orang kaya di Kota Almiron sesuatu yang berkesan bagi mereka dan menunjukkan seberapa jauh Keluarga Halim lebih kaya dibanding mereka.” Wajahnya tidak berekspresi.Pria tua itu menyeringai dan menunjukkan gigi emasnya. Walaupun Daffa tidak ingin mengakuinya, dia hanya ingin mengumpat keanehan pria tua itu. Namun, dia menahan keinginan itu dan menarik album foto di atas meja ke arah dirinya sendiri.Dia membolak-baliknya dan meletakkan satu jari di atas salah satu fotonya. Itu adalah foto sebuah malaikat yang memandang orang-orang di Bumi dari atas. Kemudian, raut wajah kecewa muncul di wajahnya.Foto-foto i

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 362

    Bahkan setelah mencoba mengingat-ingatnya, Daffa menyadari dia masih tidak punya petunjuk. Itu tidak dia terima dengan baik dan ekspresinya menjadi gelap. Dia menekan jarinya ke pelipisnya dan mencoba mengingat lagi. Pada saat ini, suara Edward terdengar dari pintu.“Tuan Halim, mungkin sebaiknya kita pergi jika Anda sudah selesai memfinalisasi desainnya.” Suaranya rendah karena dia khawatir Daffa tertidur. Tentu saja, dia tidak takut membangunkannya—itulah yang ingin dia lakukan.Dia hanya khawatir dia akan mengejutkan Daffa jika dia terlalu berisik. Lagi pula, indra ahli bela diri terbangkit jauh lebih tajam daripada orang biasa. Setelah mengatakannya, Edward menunggu di pintu dan mengernyit saat kedua wanita tadi menghampirinya.Di saat yang sama, telinganya menjadi tegak—dia bisa mendengar langkah kaki seseorang di dalam ruangan. Edward khawatir Daffa akan bertemu Asti dan Olivia ketika dia melangkah ke luar ruangan, jadi dia dengan cepat berkata, “Apakah kalian berdua datang ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 363

    Suaranya menjadi melengking seperti saat Daffa pertama kali melihatnya.“Berhenti! Kamu benar-benar anak nakal yang tidak mendapatkan kasih sayang dan tumbuh di panti asuhan dan tumbuh dalam kesengsaraan! Kamu bahkan tidak dididik dengan baik, jadi apa hakmu bersikap begitu angkuh dan berkuasa padaku? Apakah kamu benar-benar berpikir kamu tidak berbeda dari orang-orang yang tumbuh sebagai bagian dari Keluarga Halim? Tidak, kamu jauh di belakang mereka! Tidak sedikit pun dari dirimu akan membuat orang berpikir kamu berasal dari keluarga kaya. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku salah sangka terhadap dirimu? Mengapa kita harus berada dalam situasi ini?” Asti meletakkan tangannya di pinggulnya, dadanya naik-turun. Dia tampak seperti sedang menderita.Daffa memperlambat langkahnya dan berhenti ketika dia mendengar perkataan Asti, kemudian berbalik untuk menatapnya. Dia menaikkan sebelah alis dan berkata, “Aku tahu kamu tidak tahu malu, tapi aku tidak menyangka kamu akan mengatakan hal-hal

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 596

    “Mereka semua kehilangan pekerjaan mereka dan hal lainnya yang tidak terhitung karenamu!” Suara Brian menjadi serak karena berteriak-teriak.Daffa menyipitkan matanya. “Tindakanmu sembrono, tapi kamu terdengar berhati-hati. Kenapa?” Dia menatap Brian dari atas sampai bawah.Brian mengernyit, terlihat jijik. “Daffa, hidupmu akan berakhir di sini!” Begitu dia mengucapkan kata-kata itu, dia merasakan embusan angin mengempaskannya ke lantai. Dia terbaring di sana, matanya membelalak karena terkejut. Apa yang baru saja terjadi?Kenapa dia tiba-tiba telentang? Kekejutannya langsung menghilang ketika dia mendengar Daffa berjalan ke arahnya. Meskipun dia masih belum tahu apa yang telah terjadi, dia tahu Daffa-lah yang membuat dia berakhir seperti ini.Sebelum dia bahkan menyadari apa yang sedang dia lakukan, dia menggeram, “Daffa Halim, kamu hanyalah seonggok samp*h yang bergantung pada Keluarga Halim untuk mendapatkan keuntungan dari mereka! Apa hakmu memperlakukan aku seperti ini? Kamu m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 595

    Ada banyak artikel lain yang ditulis dengan serupa, tapi Daffa tahu artikel-artikel itu dibuat oleh orang yang sama. Dia menyeringai dan berpikir, “Ini mulai menarik.”Pada saat ini, langkah kaki terdengar dari koridor, membuat Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak bangkit dari kursinya. Dia tahu siapa pun yang ada di luar akan menerobos masuk, mau pintunya dikunci ataupun tidak.Seseorang menendang pintunya dengan suara yang keras dan berlari memasuki ruangan. Daffa menoleh untuk menatapnya sambil tersenyum. Tidak ada sedikit pun rasa takut terlihat di matanya.“Mengejutkan sekali melihatmu di sini sekarang,” katanya dengan tenang. Pada saat yang sama, dia menyandarkan punggungnya dan meletakkan lengannya di sandaran tangan kursinya, terlihat santai.Brian menyipitkan matanya melihat penampilan Daffa yang tenang, tiba-tiba bingung bagaimana dia harus bereaksi. Dia tidak menduga Daffa akan seperti ini.Sesaat, dia terlihat bingung, tapi dia segera mengembalikan ketenangannya

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 594

    Daffa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Tidak perlu meminta maaf untuk hal-hal seperti itu.” Dia bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela, meletakkan tangannya di balik punggungnya. “Erin akan segera kemari. Semua pertanyaan kita akan terjawab pada saat itu.”Ketika dia mengucapkan kata-kata itu, dia melihat sebuah telur melayang ke arahnya. Bibirnya berkedut seraya dia melangkah mundur dan berkata dengan tenang, “Lihat. Amarah mereka adalah bukti dari keadaan mereka yang mendesak. Tidak penting sepintar apa seseorang, dia akan membuat kesalahan saat dia merasa cemas.”Shelvin tidak mengatakan apa-apa. Daffa tersenyum lagi. “Kalaupun dia tidak melakukan kesalahan sekarang, dia akan melakukannya nanti.” Dia berpaling dari jendela yang berlumuran telur dan duduk di kursinya lagi. Dia bertingkah seakan-akan tidak ada yang telah terjadi dan mengerjakan dokumen-dokumennya.Pada saat ini, Erin mengetuk pintu. Daffa melihat ke atas dan berkata, “Masuklah, Erin.”Erin mendoron

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 593

    Brian tersenyum dan berbalik untuk menatap Shelvin. Namun, dia tidak terlihat setenang sebelumnya—Daffa masih tidak memperhatikannya.Dia menarik matanya dari Shelvin untuk melihat Daffa dan berhenti tersenyum, ekspresinya berubah menjadi serius. “Pokoknya, itu menguntungkan bagimu.”Daffa mengangkat sebelah alisnya dan mendongak. “Aku tidak merasa begitu.” Dia kembali memperhatikan dokumennya lagi.Napas Brian menjadi lebih cepat. Dia menggertakkan giginya. “Apakah kamu menyadari betapa buruknya sikapmu sekarang? Bagaimana bisa kamu mengatakan hal-hal seperti ini?”Daffa menghela napas. “Aku kira kamu adalah orang yang menepati janjimu karena posisimu, tapi tampaknya aku keliru—kamu banyak bicara omong kosong. Sayangnya, aku tidak memiliki waktu untuk mendengarkanmu, jadi jika kamu terus mengatakan omong kosong, kamu tidak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup.”Brian memucat, tapi tidak ada rasa takut di matanya. Dia menoleh ke arah Shelvin lagi dan merasa khawatir melihat ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 592

    Kemudian, Shelvin merasa seperti dia telah membeku. Dia tidak dapat bersuara. Dia ingin melihat ke arah Daffa untuk meminta bantuan, tapi dia tidak lama mengetahui bahwa mustahil baginya untuk melakukannya—dia bahkan tidak bisa mengedip! Itu membuatnya ingin menangis.Pada saat ini, suara Brian yang tenang terdengar. “Jangan segugup itu. Ayahku, Yarlin Weis, adalah pria yang baik. Jika bukan karena itu, kamu tidak akan hidup sekarang maupun bisa mengambil alih tubuhnya.Mata Shelvin membelalak. Dia kira Yarlin sudah tidak ada lagi ketika dia memilih untuk menyelamatkannya.Daffa menatap Brian. “Jadi, apa yang sedang terjadi sekarang?”Brian mengangkat bahunya. “Dia ingin mengatakan sesuatu yang jahat padaku. Tidak mungkin ayahku akan membiarkannya.” Ada ekspresi senang di wajahnya, tapi itu dengan cepat menghilang.“Ini menyedihkan. Aku tahu kalau ayahku masih hidup, tapi aku juga tahu bahwa tidak ada kemungkinan bagiku untuk melihatnya lagi.” Dia berjongkok dan membenamkan wajahn

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 591

    Bimo tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya. Dia melongo ke arah Daffa, pada akhirnya menutup mulutnya dan memejamkan matanya dengan pasrah.Daffa menghela napas. Begitu dia merasa sedikit lebih memiliki kendali atas situasi dan tidak setidak berdaya itu, teriakan kesakitan keluar dari bibir Umar.“Daffa, tolong, aku memohonmu untuk membunuh tunanganku secepat kamu membunuhku sekarang jika dia masih bersikap seabsurd sebelumnya,” teriak Umar. Kemudian, dia memalingkan kepalanya ke samping dan memegang jarum perak Shelvin, menusuk jarum itu ke dalam lehernya.Itu bukanlah apa yang Daffa ataupun Shelvin sangka. Meski begitu, Shelvin tidak sekaget Daffa. Dia menghampiri sisi Daffa dan meletakkan tangannya di pundak Daffa.“Tuan Halim, jangan gundah. Melakukannya adalah pilihan terbaik bagi Umar.”Situasi yang tidak diduga itu membuatnya menggigit bibirnya dengan sangat keras hingga berdarah saat dia berbicara.Daffa menatap Shelvin pada saat itu. Di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 590

    Bimo memucat, lututnya lemas begitu dia mendengar orang yang berbicara di telepon—itu adalah atasannya.“Ini nomor Brian Weis. Siapa, ya?”Bimo jatuh berlutut hampir seketika, memandang Daffa dengan gugup. Dia tidak dapat terus berdiri saat itu juga. Matanya gemetar begitu hebat hingga hampir copot dari tempatnya.Merasakan kecemasan Bimo, Daffa menyeringai dan menjawab, “Ini Daffa.”Suara di telepon itu langsung berubah menjadi penuh hormat. “Oh! Saya merasa terhormat berbicara dengan Anda, Tuan Halim! Bolehkah saya tahu kenapa Anda menelepon saya?”Senyuman terukir di wajah Daffa, tapi itu hanya karena formalitas dibandingkan untuk menunjukkan kegembiraan yang tulus. Dia berputar badan untuk menatap Bimo dan membentak, “Kurasa kamu dan aku perlu mendiskusikan investasiku ke kepolisianmu.”Keheningan selama dua detik berlalu sebelum Brian terkekeh dengan malu-malu. Ingin menyenangkan Daffa, dia bertanya dengan nada menjilat, “Apakah Anda ingin mendiskusikannya melalui telepon at

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 589

    Daffa terkekeh, tidak dapat menyembunyikan bahwa dia terhibur. Situasi itu sangat mengherankan hingga tawanya kian membesar setiap detiknya.Bimo mengernyit, berputar badan, dan menatap Daffa. Dia ingin mempertanyakan Daffa, tapi Umar berbicara mendahuluinya.“Apakah kamu sudah kehilangan akalmu, Daffa? Kamu tidak akan pernah menjadi kaya karena kamu adalah seonggok samp*h yang keji! Apa pun yang sudah kamu bayar untuk menyamar dirimu sebagai ‘orang kaya’ ini, uang itu sudah terbuang sia-sia sekarang! Kami tidak memercayaimu sedikit pun!” teriak Umar sekencang mungkin meskipun dia kehabisan napas dan kesakitan.Daffa menatap Shelvin yang mengangkat bahunya dan berkata, “Aku harus menyingkirkan jarum-jarumku. Kalau tidak, dia akan kehilangan suaranya secara permanen. Lagi pula, kita selalu bisa membungkamnya beberapa menit kemudian.Setelah mengangguk, Daffa menoleh ke arah Bimo lagi.Pada tiitk itu, Bimo mengernyit karena dia tidak memahami apa yang disiratkan oleh Umar. Namun, di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 588

    Aku tidak membunuh dia karena kurasa kesalahannya tidak membutuhkan hukuman sekeras itu,” kata Daffa yang tangannya diletakkan di balik punggungnya seraya dia berjalan ke arah Umar. Kemudian, dia tersenyum dan menambahkan, “Akan tetapi, terlihat jelas bahwa kamu tidak senang dengan keputusanku.”Umar terbaring di lantai, memejamkan matanya dan akhirnya menyadari bagaimana dia telah mengambil pihak yang salah selama ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa dia salah sedari awal karena telah meragukan Daffa.Meskipun demikian, Umar tidak dapat menahan skeptisismenya terhadap segala hal. Lagi pula, Umar merasa hal-hal berjalan dengan lancar sebelum momen ini. Berbaring di lantai, dia mengendurkan rahangnya yang terkatup dan memandang udara dengan ekspresi kosong.Umar mulai mempertanyakan segala hal di sekitarnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Keheningan mengisi ruangan seraya dia memikirkan kapan hal-hal berbalik melawannya. Saat itulah tatapan Daffa dengan singkat menyap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status