“Lalu, kenapa belum ada yang mencoba mengkonfirmasi apakah dia sudah mati atau masih hidup? Sebagian besar keluargamu terburu-buru mengumumkan kematiannya ke publik setelah mereka tidak bisa menghubunginya. Belum lagi, kamu dan anggota keluargamu tidak membuang-buang waktu untuk memperebutkan warisan keluargamu,” tambah Daffa.Dia bersandar ke mobil, matanya menusuk Aidan dengan penuh tanya.Hanya Aidan yang bisa melihat ekspresi wajah Daffa karena dia berbaring di tanah, menghadap tepat ke arah Daffa yang sedang memandangnya. Matanya bergerak ke kanan dan kiri seraya berpikir, “Sial. Aku dalam masalah besar sekarang. Pria ini benar. Tidak ada yang repot-repot mencari ayah nominalku walaupun sudah beberapa saat sejak dia menghilang. Satu-satunya orang yang mencarinya adalah kakak tiriku yang bodoh dan orang ini. Namun, aku yakin Kate tidak mengenal orang ini karena dia adalah orang yang bodoh. Sebaliknya, orang ini jelas-jelas memiliki kekayaan dan kemampuan yang besar. Orang-orang s
Aidan masih terkapar di tanah, matanya berkaca-kaca oleh rasa takut. Edward telah menebak setiap kata yang ingin dia katakan. Namun, cara Edward mengatakan kata-kata itu membuatnya terdengar kurang mengancam.“Kecuali … dia dan pria sebelumnya tidak pernah takut pada keluargaku dari awal,” pikir Aidan. Menyadari hal itu, dia dengan cepat menoleh untuk memandang Daffa yang sekarang sedang duduk di dalam mobil.Dia terus berpikir, “Pria ini memiliki pistol model terbaru yang harganya sangat mahal. Itu sudah cukup untuk membeli setidaknya seperempat dari saham Grup Aruna! Jika aku tidak kebetulan melihat pistolnya tadi, aku tidak akan menyadari itu adalah model yang sangat mahal!”Dia lalu bangkit dari tanah, duduk dengan tegak walaupun masih gemetar. Ketika dia melakukannya, dia dengan hati-hati memperhatikan Edward. Dia tahu Edward adalah petarung yang terampil dan khawatir dia akan menghentikannya mencoba berbicara dengan Daffa.Jika itu terjadi, dia tidak akan mendapatkan kesempat
Daffa tampak sangat tenang dan bahkan tidak membuka matanya saat mengangguk. Kemudian, dia membuka matanya, berkata, “Aku sudah mempertimbangkan kemungkinan itu.”Dia menyandarkan tangannya di kaca mobil, tangan mengepal seraya dengan letih melanjutkan, “Mengingat umur Aidan, dia tidak akan berani bersikap seperti ini jika dia tidak ada orang berpengaruh yang mendukungnya. Belum lagi, dia tidak akan pernah bisa membeli mobil sport semahal itu.”Tebakannya membuat Erin menarik napas tajam.“Menilai dari penampilannya, seseorang pasti memberitahunya mengenai hubungannya dengan William belum lama sambil memanjakannya untuk mendapatkan kepercayaannya. Ketika aku mendekatinya sebelumnya, aku menyadari dia memiliki bekas terbakar matahari di tubuhnya dan kapalan di tangannya, sesuatu yang hanya dimiliki oleh buruh kasar,” ujar Daffa. Dia bersandar ke kursinya, matanya menyipit. “Orang itu pasti sudah berbohong pada Aidan. Lalu, aku yakin orang itu memiliki beberapa saham Grup Aruna. Kalau
“Keluarga angkatku tidak memperlakukanku dengan baik seperti yang dipercayai oleh dunia luar. Lalu, wanita yang membawaku pergi dari panti asuhan—yah, dia memperjelas betapa muaknya dia terhadapku. Ibu angkatku sering mengungkapkan betapa tidak berdayanya dia saat aku diganggu oleh semua orang, tapi aku tahu dia juga tidak menyukaiku,” ungkap Moris, mengamati situasinya sambil menatap Daffa dengan hati-hati.Namun, kekecewaan segera menyesakkan dadanya saat mengetahui bahwa jawaban yang dia inginkan tidak akan datang.Daffa terus memandang Moris, tahu apa yang dia pikirkan. Dia diam-diam merasa lucu melihat reaksi lelaki itu. Ketika semua orang masih tertegun oleh perubahan situasi yang tiba-tiba, dia mengangkat tangannya, mengarahkannya ke atas kepala Moris.Itu membuat Moris membeku, menahan napasnya sampai tangan Daffa diletakkan di kepalanya. Barulah saat itu dia kembali tenang.Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi dia tidak menyampaikan pendapatnya. Yang dia lakukan hanyalah
Namun, ketika Moris baru hendak mengatakannya, dia berhenti sebelum menggelengkan kepalanya.Edward menaikkan alisnya kebingungan, tidak menyangka ini akan terjadi. Langsung setelahnya, alisnya berkerut dan dia ingin menanyakan alasannya. Saat itulah Edward melihat tatapan penuh isyarat dari Daffa.Dia langsung terdiam tapi diam-diam panik, tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang kian membesar di matanya seraya dia menatap lelaki pirang itu.Tatapan Moris tertunduk, jemarinya bergerak-gerak sementara air mata menggenang di matanya. Dia menyuruh dirinya sendiri untuk menahan napas. Tidak ingin siapa pun melihat dia menangis, dia terus menundukkan kepalanya.Tetap saja, dia menjawab dengan lantang, “Itu adalah keputusan yang besar. Sebelum aku menentukannya, aku harus menanyakan pendapat ibu angkatku.”Dia lalu mengangkat kepalanya dan tidak lagi menyembunyikan perasaannya, dengan sungguh-sungguh berkata, “Tidak penting bagaimana dia memperlakukan aku sebelumnya. Tanpa dia, aku mun
Bahkan tulang rusuk Aidan yang patah pun tidak menghentikannya menyuarakan keterkejutannya. Dia perlahan menurunkan tangannya, membelalakkan matanya dan menggertakkan giginya pada Moris. “Itu mustahil!”Daffa mengangkat bahunya dan tidak mengatakan apa-apa lagi.Saat itulah suara seorang wanita terdengar dari mobil di dekat sana. Selain Daffa, tidak ada yang menyadarinya tiba di tempat itu. Beberapa saat berlalu saat Kate turun dari mobil, lengannya menyilang, dan dagunya menengadah tinggi pada Aidan.“Hari ini adalah pertama kalinya aku pernah mendengar namamu. Aku tahu ayahku memiliki lebih dari satu keluarga dan bahwa dia adalah ayah dari banyak anak haram.”“Namun,” ujung bibirnya melengkung seraya dia mencemooh, “aku tidak peduli. Yang lebih kukhawatirkan adalah bahwa ibumu—bibiku—telah berencana mewarisi kekayaan Keluarga Aruna sejak bertahun-tahun yang lalu.”“Dia bahkan menggunakan cara yang hina dengan menukarmu dan Moris tanpa sepengetahuan kami.”Masih berlutut di tana
Alis Aidan berkerut mendekat. Kepalanya menengadah ke atas seraya matanya menusuk Kate, berharap membuatnya lengah dan melihat apa yang dia pikirkan.Semuanya berjalan sesuai yang dia perkirakan, tapi sayangnya, dia tidak melihat apa yang dia inginkan di mata Kate. Ada angin puyuh rasa takut, rasa tidak puas, rasa sakit, dan banyak emosi lainnya di dalamnya. Yang tidak ada di dalam tatapannya adalah keinginan besar baginya untuk mati.Sebelum menatapnya, Aidan berasumsi Kate hanya merasakan kebencian pada saat itu. Jika dia harus menggali lebih dalam, dia pasti akan menduga ada kegembiraan yang sadis di dalam matanya, tidak sabar untuk melihatnya mati. Namun, kenyataannya ternyata berbeda dengan apa yang dia sangka.Setiap bagian tubuhnya menegang sementara aura dingin terpancar darinya. Itu berkebalikan dengan kehadiran Kate yang hangat dan mengundang, sesuatu yang dia tolak untuk terima dengan lapang dada.Kate menundukkan kepalanya, secara bersamaan gemetar seolah udaranya dingi
Perhatian Aidan tertuju pada Kate yang terus menatapnya dengan penuh rindu tapi tidak tampak akan segera turun dari mobil. Barulah saat itu dia menyadari bahwa dia ditinggalkan.Wanita muda itu, yang namanya muncul berkali-kali di dokumen penyelidikan latar belakang yang dia minta, sekarang bersikap jauh lebih kejam daripada sifat “naif” seperti yang seharusnya. Mulutnya menganga lebar seraya dia berseru, “Apa yang kamu lakukan, Kate? Aku adalah adikmu! Memangnya kenapa kalau kita memiliki ayah yang berbeda? Kita masih memiliki darah yang sama, kita berdua adalah Aruna! Aku hanya Aruna dari pihak ibuku. Namun, kamu membuangku di sini? Aku tahu kamu mampu menyelamatkan aku! Kamu hanya tidak berusaha lebih keras!”Teriakannya makin kencang setiap detiknya. Dia pasti akan berlari mengejar mobil Kate jika bukan karena rasa sakit di dadanya.Di sisi lain, Kate mengerutkan dahinya. Dadanya sesak oleh rasa bersalah ketika dia mendengar teriakan Aidan yang serak. Panik, dia menoleh ke arah
Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe
Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme