Share

Bab 305

Author: Benjamin
last update Last Updated: 2024-10-15 18:00:00
Namun, ketika Moris baru hendak mengatakannya, dia berhenti sebelum menggelengkan kepalanya.

Edward menaikkan alisnya kebingungan, tidak menyangka ini akan terjadi. Langsung setelahnya, alisnya berkerut dan dia ingin menanyakan alasannya. Saat itulah Edward melihat tatapan penuh isyarat dari Daffa.

Dia langsung terdiam tapi diam-diam panik, tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang kian membesar di matanya seraya dia menatap lelaki pirang itu.

Tatapan Moris tertunduk, jemarinya bergerak-gerak sementara air mata menggenang di matanya. Dia menyuruh dirinya sendiri untuk menahan napas. Tidak ingin siapa pun melihat dia menangis, dia terus menundukkan kepalanya.

Tetap saja, dia menjawab dengan lantang, “Itu adalah keputusan yang besar. Sebelum aku menentukannya, aku harus menanyakan pendapat ibu angkatku.”

Dia lalu mengangkat kepalanya dan tidak lagi menyembunyikan perasaannya, dengan sungguh-sungguh berkata, “Tidak penting bagaimana dia memperlakukan aku sebelumnya. Tanpa dia, aku mun
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 306

    Bahkan tulang rusuk Aidan yang patah pun tidak menghentikannya menyuarakan keterkejutannya. Dia perlahan menurunkan tangannya, membelalakkan matanya dan menggertakkan giginya pada Moris. “Itu mustahil!”Daffa mengangkat bahunya dan tidak mengatakan apa-apa lagi.Saat itulah suara seorang wanita terdengar dari mobil di dekat sana. Selain Daffa, tidak ada yang menyadarinya tiba di tempat itu. Beberapa saat berlalu saat Kate turun dari mobil, lengannya menyilang, dan dagunya menengadah tinggi pada Aidan.“Hari ini adalah pertama kalinya aku pernah mendengar namamu. Aku tahu ayahku memiliki lebih dari satu keluarga dan bahwa dia adalah ayah dari banyak anak haram.”“Namun,” ujung bibirnya melengkung seraya dia mencemooh, “aku tidak peduli. Yang lebih kukhawatirkan adalah bahwa ibumu—bibiku—telah berencana mewarisi kekayaan Keluarga Aruna sejak bertahun-tahun yang lalu.”“Dia bahkan menggunakan cara yang hina dengan menukarmu dan Moris tanpa sepengetahuan kami.”Masih berlutut di tana

    Last Updated : 2024-10-16
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 307

    Alis Aidan berkerut mendekat. Kepalanya menengadah ke atas seraya matanya menusuk Kate, berharap membuatnya lengah dan melihat apa yang dia pikirkan.Semuanya berjalan sesuai yang dia perkirakan, tapi sayangnya, dia tidak melihat apa yang dia inginkan di mata Kate. Ada angin puyuh rasa takut, rasa tidak puas, rasa sakit, dan banyak emosi lainnya di dalamnya. Yang tidak ada di dalam tatapannya adalah keinginan besar baginya untuk mati.Sebelum menatapnya, Aidan berasumsi Kate hanya merasakan kebencian pada saat itu. Jika dia harus menggali lebih dalam, dia pasti akan menduga ada kegembiraan yang sadis di dalam matanya, tidak sabar untuk melihatnya mati. Namun, kenyataannya ternyata berbeda dengan apa yang dia sangka.Setiap bagian tubuhnya menegang sementara aura dingin terpancar darinya. Itu berkebalikan dengan kehadiran Kate yang hangat dan mengundang, sesuatu yang dia tolak untuk terima dengan lapang dada.Kate menundukkan kepalanya, secara bersamaan gemetar seolah udaranya dingi

    Last Updated : 2024-10-16
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 308

    Perhatian Aidan tertuju pada Kate yang terus menatapnya dengan penuh rindu tapi tidak tampak akan segera turun dari mobil. Barulah saat itu dia menyadari bahwa dia ditinggalkan.Wanita muda itu, yang namanya muncul berkali-kali di dokumen penyelidikan latar belakang yang dia minta, sekarang bersikap jauh lebih kejam daripada sifat “naif” seperti yang seharusnya. Mulutnya menganga lebar seraya dia berseru, “Apa yang kamu lakukan, Kate? Aku adalah adikmu! Memangnya kenapa kalau kita memiliki ayah yang berbeda? Kita masih memiliki darah yang sama, kita berdua adalah Aruna! Aku hanya Aruna dari pihak ibuku. Namun, kamu membuangku di sini? Aku tahu kamu mampu menyelamatkan aku! Kamu hanya tidak berusaha lebih keras!”Teriakannya makin kencang setiap detiknya. Dia pasti akan berlari mengejar mobil Kate jika bukan karena rasa sakit di dadanya.Di sisi lain, Kate mengerutkan dahinya. Dadanya sesak oleh rasa bersalah ketika dia mendengar teriakan Aidan yang serak. Panik, dia menoleh ke arah

    Last Updated : 2024-10-16
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 309

    “Saya selalu menginginkan keluarga yang normal, tapi saya tidak pernah mendapatkannya. Itulah kenapa saya kehilangan harapan untuk memiliki kehidupan itu.” Sambil berbicara, dia bersandar ke kursi belakang, menghela napas dalam.Hanya keheningan muncul dari Daffa seraya lubang hidungnya mengambang tanpa disadari oleh siapa pun. Bau darah yang seperti besi kemudian menempel di belakang tenggorokannya. Bau itu makin menyengat ketika langkah kaki Edward mendekat ke mobil mereka.Pada saat itu, Daffa tahu situasinya sudah ditangani.Moris telah menatap keluar kaca mobil selama beberapa saat. Maka dari itu, dia melihat semua hal yang terjadi. Karena Edward sudah kembali, Moris menoleh untuk menatap Daffa dengan ekspresi yang rumit.Yang dia tanya hanyalah, “Tuan Halim, apakah Anda seseorang dengan uang yang sangat banyak?”Daffa langsung memahami apa yang dimaksud oleh anak itu dan menjawab dengan ketenangan yang tidak disangka, “Benar. Akan tetapi, kurasa orang-orang yang lebih miskin

    Last Updated : 2024-10-17
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 310

    Apa yang Moris dengar selanjutnya membuatnya bingung walaupun itu adalah rincian dari bertahun-tahun yang lalu.Felix hampir langsung menegakkan punggungnya. Dia juga menggunakan nada suara yang keras saat menjelaskan, “Tuan Halim, dia dan bosnya pernah datang untuk mengajukan kolaborasi bisnis dengan perusahaan saya. Hanya saja, mereka diusir.”Dia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai bagian akhir dari informasi yang dia sampaikan karena dia percaya menjelaskan bagian awal saja sudah cukup bagi Daffa untuk menebak apa yang terjadi selanjutnya.Daffa tahu Felix adalah orang yang beralasan, jadi dia tidak berbicara dan hanya berbalik untuk menyandarkan punggungnya ke kursi mobil sebelum memejamkan matanya.Moris ingin mengatakan sesuatu lagi tapi tidak tahu harus memulainya dari mana karena dia terlalu terkejut. Butuh beberapa menit baginya untuk merenungkan pilihan-pilihannya. Pada akhirnya, dia tetap terdiam tapi menatap Daffa dan Felix dengan hati-hati.Moris sudah tahu Daffa

    Last Updated : 2024-10-17
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 311

    Yang membuat Moris lebih terkejut adalah dia merasakan gelombang kehangatan di dalam pembuluh darahnya ketika Edward memaksa kepalanya menunduk untuk meminta maaf pada Daffa. Dia memutar bola matanya sebelum pada akhirnya menyerah, menggunakan nada yang tulus dan formal saat dia menyatakan dengan lantang, “Jangan khawatir, Tuan Halim. Saya bisa membuktikan semua yang dikatakan oleh Pak Erlangga yang sekarang saya jadikan mentor saya. Selain apa yang dia janjikan, saya bersumpah bahwa saya berjanji setia pada Anda sekarang. Jika saya pernah melukai Anda atau keluarga Anda, Langit bebas menghukum saya dengan hukuman abadi.”Janji anak laki-laki berumur 15 tahun itu terdengar jelas dan dengan kuat.Daffa perlahan membuka matanya, menolehkan kepalanya, dan menaikkan sebelah alisnya pada Moris. Dia terkejut menerima janji yang begitu intens karena dia tidak pernah mempertimbangkan untuk melatih Moris Aruna atau orang asing lainnya untuk menjadi pengawal Keluarga Halim. Maka, dia terkejut

    Last Updated : 2024-10-17
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 312

    Apa pun yang terjadi selama sisa perjalanan, Felix terus fokus mengemudikan mobil dengan aman dan cepat.Sama seperti Felix, Moris juga mengalami tekanan yang sama sepanjang perjalanan. Dia duduk di jok belakang dengan kedua tangan di lututnya, mencengkeram celana jinnya sementara tatapannya terus tertunduk.Hanya itu yang bisa menahan Moris dari menanyakan terlalu banyak pertanyaan yang ada di dalam benaknya. Dia bahkan merasakan tatapan Edward tertuju padanya beberapa kali, tapi dia tidak berani mengangkat kepalanya untuk berbicara pada Edward.Edward awalnya mengerutkan alisnya dengan khawatir pada lelaki itu, tapi setelah beberapa saat, Edward akan memalingkan pandangannya dengan cepat dan tanpa suara sementara pundaknya gemetar. Beberapa saat pun berlalu sebelum dia menatap ke depan lagi dengan mata yang memerah.Tentu saja, Moris tahu alasan di balik itu. Edward tidak menangis karena mengkhawatirkan Moris. Alih-alih, itu karena dia merasa Moris lucu.Moris mengerutkan bibirn

    Last Updated : 2024-10-18
  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 313

    Mata Moris dan Edward bertatapan seperti magnet dalam waktu yang cukup lama. Ketika Moris hendak angkat bicara, dia tiba-tiba mendengar dengusan meremehkan dari kursi penumpang di tempat.Felix terus terdiam sepanjang waktu tapi diam-diam berpikir, “Hah! Edward itu kurang lebih adalah orang bodoh. Aku tidak yakin dia akan merespons Moris.”Jantung Moris hampir keluar dari dadanya ketika dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pundak Edward. Ketika dia mendeteksi keanehan pada Edward, dia mundur dua langkah dan menarik kembali tangannya.“K … Kamu! A … Apa-apaan kamu? Bagaimana kamu bisa merasuki Pak Erlangga? D … Dia hanya sedang duduk di sampingku beberapa saat yang lalu!” gumamnya. Suaranya bergetar begitu hebat sampai membutuhkan waktu lama bagi Edward untuk memahami apa yang sedang Moris katakan.Seraya Edward memikirkan bagaimana cara menjawabnya, emosi dan dugaan baru muncul di benak Moris. Ketika Edward akhirnya menenangkan dirinya sendiri, menyiapkan jawaban yang tepat, d

    Last Updated : 2024-10-18

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 502

    Pesan di ponselnya berasal dari Briana dan bertuliskan, “Tuan, para musuh sudah tiba. Apa yang harus kami lakukan sekarang? Jumlah mereka besar. Jika kami menghadapi mereka, kecil kemungkinannya kami dapat mengalahkan mereka sekaligus bertahan hidup. Bagaimanapun, jumlah pihak kita lebih kecil. Kalaupun kita menghitung bawahan-bawahan yang akan Danar bawa, itu tidak akan cukup untuk mengalahkan musuh.Pesan itu lugas dan singkat, tapi Daffa tahu Briana merasa gugup. Dia mengangkat sebelah alisnya dan melengkungkan bibirnya, berpikir, “Briana memiliki kemampuan dan kekuatan yang luar biasa, jadi aku tidak mengerti kenapa dia panik.”Meskipun demikian, Daffa dengan cepat mengetik jawaban, “Suruh bawahan kita berjaga dengan berbaris di sisi hotel atau pintu masuk. Aku ingin hotelnya dikelilingi. Tidak perlu mengatur pertahanan di dalam hotel—biarkan saja musuhnya masuk. Ketika mereka sudah masuk, situasinya mungkin akan menguntungkan bagi kita meskipun kita memiliki orang yang lebih sed

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 501

    Banyak orang telah bersikap hormat pada Daffa. Akan tetapi, Danar terlihat sangat penuh hormat, serius, dan bahagia dibandingkan yang lain. Daffa melengkungkan bibirnya, tertawa pelan. Itu adalah pertama kalinya dia menunjukkan tawa yang tulus di hadapan bawahannya. Dia bahkan mengangkat tangannya untuk memijat area di antara kedua alisnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.“Lalu, ketika kamu kembali, tolong beri tahu bawahanmu yang bersedia bergabung denganku untuk beristirahat. Kalau situasinya berjalan sesuai rencana, kita harus menghadapi masalah lainnya besok atau lusa. Kuharap semua orang bisa beristirahat dan memulihkan diri sebelum masalah itu terjadi.”Senyuman di wajah Danar berubah menjadi raut wajah tegas hampir seketika. Dia mengangguk dan menjawab, “Baik, Tuan Halim.”Di saat yang sama, dia bersumpah di dalam hatinya untuk tidak pernah membiarkan kesalahan hari ini terjadi pada dirinya sendiri ataupun bawahannya yang lain. Kalaupun Daffa tidak mempermasalahkan kesalah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 500

    Terlebih lagi, Bart bahkan dapat menyerang dengan mudah. Meskipun Danar adalah targetnya dan bukan Daffa, situasi itu hampir membahayakan nyawa Daffa.Mempertimbangkan hal itu, Danar melompat ke luar mobil dan bergegas menghampiri Daffa yang sudah turun dari kursi belakang. “Tuan Halim, bagaimana cara saya mengikat tali dengan cukup kuat untuk menahan seseorang?”Mata Daffa hampir copot dari tempatnya ketika dia mendengar itu. Meskipun demikian, dia dengan sabar menjelaskan cara yang benar sambil berjalan menuju hotel.Melihat kedua orang itu berjalan menjauh, Bart melotot. Dia tetap berada di kursi belakang dengan kedua tangannya yang terkepal di atas lututnya.Amarah menggerogoti dirinya seraya dia berpikir, “Terlalu banyak hal yang terjadi semalam. Aku masih merupakan putra dari keluarga kaya sebelumnya, tapi sekarang aku telah menjadi tahanan! Itulah apa yang diderita oleh Keluarga Ganendra—dan aku menertawakan mereka karena itu! Siapa sangka aku akan berakhir di situasi yang s

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 499

    Danar tidak berpikir panjang sebelum mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mengambil posisi bertahan, dia melihat ke belakangnya dan berteriak, “Tuan Halim, tolong keluar dari mobil sekarang! Di dalam sini berbahaya!”Dia lalu membungkuk ke depan dengan kaki yang berjongkok seraya dia menghindari jangkauan serangan Bart.Keseluruhan hal itu tampak lucu bagi Daffa yang sedang tertawa terbahak-bahak. “Pfft! Hahaha! D … Danar, aku tidak menyangka kamu akan bereaksi secepat ini ….”“Cukup! Berhenti tertawa! Kamu membuatku jengkel dan aku bersumpah akan menyerangmu selanjutnya jika kamu terus tertawa!” seru Bart dengan sangat lantang. Setelahnya, dia mengulurkan tangannya dan menggerakkan jarinya seakan-akan dia sudah memiliki cakar yang mematikan kepada Daffa.Namun, itu semua terjadi dalam gerak lambat di mata Daffa, memberikannya tampilan penuh untuk setiap gerakan Bart. Bibir Daffa berkedut seraya dia berkomentar, “Kemampuan bertempurmu tidak sehebat itu. Seranganmu benar-benar bera

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 498

    Bart menelan ludah. Meskipun tangannya masih diikat di belakangnya dengan tali, dia masih dapat mengepalkan tangannya.Penghinaan memenuhi matanya seraya dia menatap Daffa dan menggeram, “Bukan hanya memukulku, kamu juga telah mengakuinya dengan tidak tahu malu! Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa tidak ada apa pun—bahkan hukum mana pun—di dunia ini yang dapat menahanmu?”Mata Daffa menyipit menjadi garis seraya dia berpikir, “Aku tahu apa yang Bart lakukan. Dia sedang menunjukkan otoritasnya padaku dan mengisyaratkan secara halus bahwa dia bukanlah seseorang yang dapat dilawan. Pfft. Hanya saja, dia tidak tahu sekonyol apa tindakannya bagiku.”Tidak repot-repot menyembunyikan perasaannya, Daffa mendengus sebelum menyeringai dengan nakal. Bibirnya melengkung lebih dalam detik demi detik seraya dia perlahan berbicara, “Aku telah menghadapi kemurkaan banyak orang dan mereka sering kali bersikap sepertimu—dengan cara yang menyedihkan dan hampir kekanak-kanakan.”Melihat seringaian

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 497

    “Kurasa kita bisa menyebut ini keajaiban medis,” kata Daffa sambil mengangkat bahunya dan mengangkat kedua tangannya di udara. Dia lalu menoleh untuk melihat ke sampingnya.Itulah tempat Bart terduduk. Matanya terpejam sepanjang waktu, tapi dia menghela napas pada saat itu, dengan kaku menoleh ke arah Daffa dan berbicara seperti robot. “Kamu pintar, ya. Aku sudah berusaha keras untuk menyamarkan keadaan sadarku. Sayangnya, kamu tetap menangkapku.”Dia tidak lagi menyembunyikan keadaan tersadarnya pada saat itu. Setelah mengatakan itu, dia memperjelas kebencian di dalam matanya ke arah Daffa dan Danar.“Lucu sekali kamu berkata begitu.” Daffa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia bertatapan dengan Bart, menatapnya dengan tatapan kebingungan seraya dia mengumumkan, “Kalaupun kamu sudah tenggelam dalam peranmu dan berakting sebaik mungkin, aku hanya dapat mengatakan satu hal—aktingmu itu tidak pernah mengecohku sekali pun. Kemarahanmu terpancar dari setiap pori-porimu.

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 496

    “Jika aku memercayai kata-kata tidak berguna yang Richard katakan, aku akan menjadi lembut dan mulai memercayainya. Dia mungkin akan menggunakan aku sebagai alat nanti.” Danar menghela napas dan tidak ingin memiliki pendapat yang negatif terhadap anak berusia 10 tahun.Akan tetapi, dia tetap tidak dapat menahan kekhawatirannya agar tidak mengisi benaknya, jadi dia perlahan kehilangan ketenangannya.Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya, tapi dia tersenyum pada saat itu. Dia merasa situasinya menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Dia telah meninggalkan pintu pada saat itu.Sebelumnya, ketika Danar sedang menuju ke sana, banyak bawahan lainnya ingin bergabung, tapi ditolak oleh Daffa karena mereka memiliki kemampuan bertarung yang kurang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang itu ikut dengan Daffa. Lagi pula, Daffa tidak familier dengan wilayah di sekitarnya.Maka dari itu, sekumpulan bawahan itu, tidak termasuk Danar, akan berada dalam bahay

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 495

    “Iya, Tuan! Saya sudah siap untuk menjalankan setiap perintah Anda!” jawab Danar.Bibir Daffa berkedut, tapi segera kembali normal seraya dia memberi perintah, “Aku butuh kamu menahan Bart Bakti dan pastikan dia tidak dapat menyerang. Kemudian, bawa dia ke dalam mobil ini supaya kita bisa pergi.”Pandangan Danar gemetar hebat mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya, merasa bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan tugasnya karena itu adalah tugas pertama yang Daffa perintahkan padanya. Meninggikan suaranya, dia dengan antusias berkata, “Baik, Tuan Halim! Saya akan melakukannya sebaik mungkin!”Daffa mengangkat tangannya, melambaikannya sambil menjawab, “Bagus. Pertama-tama, ambilkan tali yang cukup tebal untuk menjaganya tetap terkendali. Kamu akan berjalan di belakang kami begitu kamu telah mengambilkan talinya.”Dia lalu bersandar ke sofa dan menoleh ke arah Richard dan menambahkan, “Kamu pasti gelisah mengenai apa yang akan terjadi, melihat dari kelopak matamu yang terus berk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 494

    Daffa menatap Richard, mengetuk jari-jarinya dengan berirama di sandaran punggung sofa itu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, indranya memberitahunya bahwa ada yang salah dengan tubuh laki-laki di hadapannya.Anehnya, indranya yang tajam juga memberitahunya bahwa anak itu baik. Pesan yang bertentangan itu membuat Daffa tertarik. Dia mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya, lalu memandang Richard dan bertanya, “Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa apa yang kamu katakan adalah benar?”Raut wajah Richard menegang dan kulitnya yang sawo matang menggelap dengan warna kemerahan.Daffa tahu itu berarti Richard marah. Daffa menyandarkan punggungnya dengan nyaman, menyeringai terhibur sambil mengayunkan tangannya dengan acuh tak acuh.Kemudian, Daffa berkata, “Baiklah, kamu tidak perlu marah-marah. Aku percaya kamu telah mengatakan kebenarannya. Demikian pula, aku berterima kasih kamu telah bersedia menyampaikan informasi itu padaku. Sekarang, aku ingin tahu apa rencana kalian setela

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status