Share

Bab 302

Penulis: Benjamin
Aidan masih terkapar di tanah, matanya berkaca-kaca oleh rasa takut. Edward telah menebak setiap kata yang ingin dia katakan. Namun, cara Edward mengatakan kata-kata itu membuatnya terdengar kurang mengancam.

“Kecuali … dia dan pria sebelumnya tidak pernah takut pada keluargaku dari awal,” pikir Aidan. Menyadari hal itu, dia dengan cepat menoleh untuk memandang Daffa yang sekarang sedang duduk di dalam mobil.

Dia terus berpikir, “Pria ini memiliki pistol model terbaru yang harganya sangat mahal. Itu sudah cukup untuk membeli setidaknya seperempat dari saham Grup Aruna! Jika aku tidak kebetulan melihat pistolnya tadi, aku tidak akan menyadari itu adalah model yang sangat mahal!”

Dia lalu bangkit dari tanah, duduk dengan tegak walaupun masih gemetar. Ketika dia melakukannya, dia dengan hati-hati memperhatikan Edward. Dia tahu Edward adalah petarung yang terampil dan khawatir dia akan menghentikannya mencoba berbicara dengan Daffa.

Jika itu terjadi, dia tidak akan mendapatkan kesempat
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 303

    Daffa tampak sangat tenang dan bahkan tidak membuka matanya saat mengangguk. Kemudian, dia membuka matanya, berkata, “Aku sudah mempertimbangkan kemungkinan itu.”Dia menyandarkan tangannya di kaca mobil, tangan mengepal seraya dengan letih melanjutkan, “Mengingat umur Aidan, dia tidak akan berani bersikap seperti ini jika dia tidak ada orang berpengaruh yang mendukungnya. Belum lagi, dia tidak akan pernah bisa membeli mobil sport semahal itu.”Tebakannya membuat Erin menarik napas tajam.“Menilai dari penampilannya, seseorang pasti memberitahunya mengenai hubungannya dengan William belum lama sambil memanjakannya untuk mendapatkan kepercayaannya. Ketika aku mendekatinya sebelumnya, aku menyadari dia memiliki bekas terbakar matahari di tubuhnya dan kapalan di tangannya, sesuatu yang hanya dimiliki oleh buruh kasar,” ujar Daffa. Dia bersandar ke kursinya, matanya menyipit. “Orang itu pasti sudah berbohong pada Aidan. Lalu, aku yakin orang itu memiliki beberapa saham Grup Aruna. Kalau

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 304

    “Keluarga angkatku tidak memperlakukanku dengan baik seperti yang dipercayai oleh dunia luar. Lalu, wanita yang membawaku pergi dari panti asuhan—yah, dia memperjelas betapa muaknya dia terhadapku. Ibu angkatku sering mengungkapkan betapa tidak berdayanya dia saat aku diganggu oleh semua orang, tapi aku tahu dia juga tidak menyukaiku,” ungkap Moris, mengamati situasinya sambil menatap Daffa dengan hati-hati.Namun, kekecewaan segera menyesakkan dadanya saat mengetahui bahwa jawaban yang dia inginkan tidak akan datang.Daffa terus memandang Moris, tahu apa yang dia pikirkan. Dia diam-diam merasa lucu melihat reaksi lelaki itu. Ketika semua orang masih tertegun oleh perubahan situasi yang tiba-tiba, dia mengangkat tangannya, mengarahkannya ke atas kepala Moris.Itu membuat Moris membeku, menahan napasnya sampai tangan Daffa diletakkan di kepalanya. Barulah saat itu dia kembali tenang.Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi dia tidak menyampaikan pendapatnya. Yang dia lakukan hanyalah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 305

    Namun, ketika Moris baru hendak mengatakannya, dia berhenti sebelum menggelengkan kepalanya.Edward menaikkan alisnya kebingungan, tidak menyangka ini akan terjadi. Langsung setelahnya, alisnya berkerut dan dia ingin menanyakan alasannya. Saat itulah Edward melihat tatapan penuh isyarat dari Daffa.Dia langsung terdiam tapi diam-diam panik, tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang kian membesar di matanya seraya dia menatap lelaki pirang itu.Tatapan Moris tertunduk, jemarinya bergerak-gerak sementara air mata menggenang di matanya. Dia menyuruh dirinya sendiri untuk menahan napas. Tidak ingin siapa pun melihat dia menangis, dia terus menundukkan kepalanya.Tetap saja, dia menjawab dengan lantang, “Itu adalah keputusan yang besar. Sebelum aku menentukannya, aku harus menanyakan pendapat ibu angkatku.”Dia lalu mengangkat kepalanya dan tidak lagi menyembunyikan perasaannya, dengan sungguh-sungguh berkata, “Tidak penting bagaimana dia memperlakukan aku sebelumnya. Tanpa dia, aku mun

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 306

    Bahkan tulang rusuk Aidan yang patah pun tidak menghentikannya menyuarakan keterkejutannya. Dia perlahan menurunkan tangannya, membelalakkan matanya dan menggertakkan giginya pada Moris. “Itu mustahil!”Daffa mengangkat bahunya dan tidak mengatakan apa-apa lagi.Saat itulah suara seorang wanita terdengar dari mobil di dekat sana. Selain Daffa, tidak ada yang menyadarinya tiba di tempat itu. Beberapa saat berlalu saat Kate turun dari mobil, lengannya menyilang, dan dagunya menengadah tinggi pada Aidan.“Hari ini adalah pertama kalinya aku pernah mendengar namamu. Aku tahu ayahku memiliki lebih dari satu keluarga dan bahwa dia adalah ayah dari banyak anak haram.”“Namun,” ujung bibirnya melengkung seraya dia mencemooh, “aku tidak peduli. Yang lebih kukhawatirkan adalah bahwa ibumu—bibiku—telah berencana mewarisi kekayaan Keluarga Aruna sejak bertahun-tahun yang lalu.”“Dia bahkan menggunakan cara yang hina dengan menukarmu dan Moris tanpa sepengetahuan kami.”Masih berlutut di tana

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 307

    Alis Aidan berkerut mendekat. Kepalanya menengadah ke atas seraya matanya menusuk Kate, berharap membuatnya lengah dan melihat apa yang dia pikirkan.Semuanya berjalan sesuai yang dia perkirakan, tapi sayangnya, dia tidak melihat apa yang dia inginkan di mata Kate. Ada angin puyuh rasa takut, rasa tidak puas, rasa sakit, dan banyak emosi lainnya di dalamnya. Yang tidak ada di dalam tatapannya adalah keinginan besar baginya untuk mati.Sebelum menatapnya, Aidan berasumsi Kate hanya merasakan kebencian pada saat itu. Jika dia harus menggali lebih dalam, dia pasti akan menduga ada kegembiraan yang sadis di dalam matanya, tidak sabar untuk melihatnya mati. Namun, kenyataannya ternyata berbeda dengan apa yang dia sangka.Setiap bagian tubuhnya menegang sementara aura dingin terpancar darinya. Itu berkebalikan dengan kehadiran Kate yang hangat dan mengundang, sesuatu yang dia tolak untuk terima dengan lapang dada.Kate menundukkan kepalanya, secara bersamaan gemetar seolah udaranya dingi

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 308

    Perhatian Aidan tertuju pada Kate yang terus menatapnya dengan penuh rindu tapi tidak tampak akan segera turun dari mobil. Barulah saat itu dia menyadari bahwa dia ditinggalkan.Wanita muda itu, yang namanya muncul berkali-kali di dokumen penyelidikan latar belakang yang dia minta, sekarang bersikap jauh lebih kejam daripada sifat “naif” seperti yang seharusnya. Mulutnya menganga lebar seraya dia berseru, “Apa yang kamu lakukan, Kate? Aku adalah adikmu! Memangnya kenapa kalau kita memiliki ayah yang berbeda? Kita masih memiliki darah yang sama, kita berdua adalah Aruna! Aku hanya Aruna dari pihak ibuku. Namun, kamu membuangku di sini? Aku tahu kamu mampu menyelamatkan aku! Kamu hanya tidak berusaha lebih keras!”Teriakannya makin kencang setiap detiknya. Dia pasti akan berlari mengejar mobil Kate jika bukan karena rasa sakit di dadanya.Di sisi lain, Kate mengerutkan dahinya. Dadanya sesak oleh rasa bersalah ketika dia mendengar teriakan Aidan yang serak. Panik, dia menoleh ke arah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 309

    “Saya selalu menginginkan keluarga yang normal, tapi saya tidak pernah mendapatkannya. Itulah kenapa saya kehilangan harapan untuk memiliki kehidupan itu.” Sambil berbicara, dia bersandar ke kursi belakang, menghela napas dalam.Hanya keheningan muncul dari Daffa seraya lubang hidungnya mengambang tanpa disadari oleh siapa pun. Bau darah yang seperti besi kemudian menempel di belakang tenggorokannya. Bau itu makin menyengat ketika langkah kaki Edward mendekat ke mobil mereka.Pada saat itu, Daffa tahu situasinya sudah ditangani.Moris telah menatap keluar kaca mobil selama beberapa saat. Maka dari itu, dia melihat semua hal yang terjadi. Karena Edward sudah kembali, Moris menoleh untuk menatap Daffa dengan ekspresi yang rumit.Yang dia tanya hanyalah, “Tuan Halim, apakah Anda seseorang dengan uang yang sangat banyak?”Daffa langsung memahami apa yang dimaksud oleh anak itu dan menjawab dengan ketenangan yang tidak disangka, “Benar. Akan tetapi, kurasa orang-orang yang lebih miskin

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 310

    Apa yang Moris dengar selanjutnya membuatnya bingung walaupun itu adalah rincian dari bertahun-tahun yang lalu.Felix hampir langsung menegakkan punggungnya. Dia juga menggunakan nada suara yang keras saat menjelaskan, “Tuan Halim, dia dan bosnya pernah datang untuk mengajukan kolaborasi bisnis dengan perusahaan saya. Hanya saja, mereka diusir.”Dia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai bagian akhir dari informasi yang dia sampaikan karena dia percaya menjelaskan bagian awal saja sudah cukup bagi Daffa untuk menebak apa yang terjadi selanjutnya.Daffa tahu Felix adalah orang yang beralasan, jadi dia tidak berbicara dan hanya berbalik untuk menyandarkan punggungnya ke kursi mobil sebelum memejamkan matanya.Moris ingin mengatakan sesuatu lagi tapi tidak tahu harus memulainya dari mana karena dia terlalu terkejut. Butuh beberapa menit baginya untuk merenungkan pilihan-pilihannya. Pada akhirnya, dia tetap terdiam tapi menatap Daffa dan Felix dengan hati-hati.Moris sudah tahu Daffa

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 594

    Daffa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Tidak perlu meminta maaf untuk hal-hal seperti itu.” Dia bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela, meletakkan tangannya di balik punggungnya. “Erin akan segera kemari. Semua pertanyaan kita akan terjawab pada saat itu.”Ketika dia mengucapkan kata-kata itu, dia melihat sebuah telur melayang ke arahnya. Bibirnya berkedut seraya dia melangkah mundur dan berkata dengan tenang, “Lihat. Amarah mereka adalah bukti dari keadaan mereka yang mendesak. Tidak penting sepintar apa seseorang, dia akan membuat kesalahan saat dia merasa cemas.”Shelvin tidak mengatakan apa-apa. Daffa tersenyum lagi. “Kalaupun dia tidak melakukan kesalahan sekarang, dia akan melakukannya nanti.” Dia berpaling dari jendela yang berlumuran telur dan duduk di kursinya lagi. Dia bertingkah seakan-akan tidak ada yang telah terjadi dan mengerjakan dokumen-dokumennya.Pada saat ini, Erin mengetuk pintu. Daffa melihat ke atas dan berkata, “Masuklah, Erin.”Erin mendoron

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 593

    Brian tersenyum dan berbalik untuk menatap Shelvin. Namun, dia tidak terlihat setenang sebelumnya—Daffa masih tidak memperhatikannya.Dia menarik matanya dari Shelvin untuk melihat Daffa dan berhenti tersenyum, ekspresinya berubah menjadi serius. “Pokoknya, itu menguntungkan bagimu.”Daffa mengangkat sebelah alisnya dan mendongak. “Aku tidak merasa begitu.” Dia kembali memperhatikan dokumennya lagi.Napas Brian menjadi lebih cepat. Dia menggertakkan giginya. “Apakah kamu menyadari betapa buruknya sikapmu sekarang? Bagaimana bisa kamu mengatakan hal-hal seperti ini?”Daffa menghela napas. “Aku kira kamu adalah orang yang menepati janjimu karena posisimu, tapi tampaknya aku keliru—kamu banyak bicara omong kosong. Sayangnya, aku tidak memiliki waktu untuk mendengarkanmu, jadi jika kamu terus mengatakan omong kosong, kamu tidak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup.”Brian memucat, tapi tidak ada rasa takut di matanya. Dia menoleh ke arah Shelvin lagi dan merasa khawatir melihat ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 592

    Kemudian, Shelvin merasa seperti dia telah membeku. Dia tidak dapat bersuara. Dia ingin melihat ke arah Daffa untuk meminta bantuan, tapi dia tidak lama mengetahui bahwa mustahil baginya untuk melakukannya—dia bahkan tidak bisa mengedip! Itu membuatnya ingin menangis.Pada saat ini, suara Brian yang tenang terdengar. “Jangan segugup itu. Ayahku, Yarlin Weis, adalah pria yang baik. Jika bukan karena itu, kamu tidak akan hidup sekarang maupun bisa mengambil alih tubuhnya.Mata Shelvin membelalak. Dia kira Yarlin sudah tidak ada lagi ketika dia memilih untuk menyelamatkannya.Daffa menatap Brian. “Jadi, apa yang sedang terjadi sekarang?”Brian mengangkat bahunya. “Dia ingin mengatakan sesuatu yang jahat padaku. Tidak mungkin ayahku akan membiarkannya.” Ada ekspresi senang di wajahnya, tapi itu dengan cepat menghilang.“Ini menyedihkan. Aku tahu kalau ayahku masih hidup, tapi aku juga tahu bahwa tidak ada kemungkinan bagiku untuk melihatnya lagi.” Dia berjongkok dan membenamkan wajahn

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 591

    Bimo tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya. Dia melongo ke arah Daffa, pada akhirnya menutup mulutnya dan memejamkan matanya dengan pasrah.Daffa menghela napas. Begitu dia merasa sedikit lebih memiliki kendali atas situasi dan tidak setidak berdaya itu, teriakan kesakitan keluar dari bibir Umar.“Daffa, tolong, aku memohonmu untuk membunuh tunanganku secepat kamu membunuhku sekarang jika dia masih bersikap seabsurd sebelumnya,” teriak Umar. Kemudian, dia memalingkan kepalanya ke samping dan memegang jarum perak Shelvin, menusuk jarum itu ke dalam lehernya.Itu bukanlah apa yang Daffa ataupun Shelvin sangka. Meski begitu, Shelvin tidak sekaget Daffa. Dia menghampiri sisi Daffa dan meletakkan tangannya di pundak Daffa.“Tuan Halim, jangan gundah. Melakukannya adalah pilihan terbaik bagi Umar.”Situasi yang tidak diduga itu membuatnya menggigit bibirnya dengan sangat keras hingga berdarah saat dia berbicara.Daffa menatap Shelvin pada saat itu. Di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 590

    Bimo memucat, lututnya lemas begitu dia mendengar orang yang berbicara di telepon—itu adalah atasannya.“Ini nomor Brian Weis. Siapa, ya?”Bimo jatuh berlutut hampir seketika, memandang Daffa dengan gugup. Dia tidak dapat terus berdiri saat itu juga. Matanya gemetar begitu hebat hingga hampir copot dari tempatnya.Merasakan kecemasan Bimo, Daffa menyeringai dan menjawab, “Ini Daffa.”Suara di telepon itu langsung berubah menjadi penuh hormat. “Oh! Saya merasa terhormat berbicara dengan Anda, Tuan Halim! Bolehkah saya tahu kenapa Anda menelepon saya?”Senyuman terukir di wajah Daffa, tapi itu hanya karena formalitas dibandingkan untuk menunjukkan kegembiraan yang tulus. Dia berputar badan untuk menatap Bimo dan membentak, “Kurasa kamu dan aku perlu mendiskusikan investasiku ke kepolisianmu.”Keheningan selama dua detik berlalu sebelum Brian terkekeh dengan malu-malu. Ingin menyenangkan Daffa, dia bertanya dengan nada menjilat, “Apakah Anda ingin mendiskusikannya melalui telepon at

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 589

    Daffa terkekeh, tidak dapat menyembunyikan bahwa dia terhibur. Situasi itu sangat mengherankan hingga tawanya kian membesar setiap detiknya.Bimo mengernyit, berputar badan, dan menatap Daffa. Dia ingin mempertanyakan Daffa, tapi Umar berbicara mendahuluinya.“Apakah kamu sudah kehilangan akalmu, Daffa? Kamu tidak akan pernah menjadi kaya karena kamu adalah seonggok samp*h yang keji! Apa pun yang sudah kamu bayar untuk menyamar dirimu sebagai ‘orang kaya’ ini, uang itu sudah terbuang sia-sia sekarang! Kami tidak memercayaimu sedikit pun!” teriak Umar sekencang mungkin meskipun dia kehabisan napas dan kesakitan.Daffa menatap Shelvin yang mengangkat bahunya dan berkata, “Aku harus menyingkirkan jarum-jarumku. Kalau tidak, dia akan kehilangan suaranya secara permanen. Lagi pula, kita selalu bisa membungkamnya beberapa menit kemudian.Setelah mengangguk, Daffa menoleh ke arah Bimo lagi.Pada tiitk itu, Bimo mengernyit karena dia tidak memahami apa yang disiratkan oleh Umar. Namun, di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 588

    Aku tidak membunuh dia karena kurasa kesalahannya tidak membutuhkan hukuman sekeras itu,” kata Daffa yang tangannya diletakkan di balik punggungnya seraya dia berjalan ke arah Umar. Kemudian, dia tersenyum dan menambahkan, “Akan tetapi, terlihat jelas bahwa kamu tidak senang dengan keputusanku.”Umar terbaring di lantai, memejamkan matanya dan akhirnya menyadari bagaimana dia telah mengambil pihak yang salah selama ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa dia salah sedari awal karena telah meragukan Daffa.Meskipun demikian, Umar tidak dapat menahan skeptisismenya terhadap segala hal. Lagi pula, Umar merasa hal-hal berjalan dengan lancar sebelum momen ini. Berbaring di lantai, dia mengendurkan rahangnya yang terkatup dan memandang udara dengan ekspresi kosong.Umar mulai mempertanyakan segala hal di sekitarnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Keheningan mengisi ruangan seraya dia memikirkan kapan hal-hal berbalik melawannya. Saat itulah tatapan Daffa dengan singkat menyap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 587

    Tidak peduli setakut apa Bimo, dia tidak berani bergerak dan hanya mengangguk dengan kaku dan patuh.Dengan bibir yang melengkung menjadi senyuman puas, Daffa berkata, “Aku sudah beberapa kali bertukar pikiran dengan salah satu petugas polisimu yang bernama Umar dan aku tidak memiliki pengalaman yang terbaik dengannya. Bukan hanya itu, dia telah memperjelas bahwa dia berpihak pada Grup Ganendra. Meskipun dia gagal memenuhi janjinya, aku masih memastikan kamu tahu setiap tindakan dan rencanaku di Kota Almiron. Bukankah itu benar?”Dengan kening yang basah oleh keringat, dia dengan cepat melirik Umar. Dia lalu kembali fokus pada Daffa dengan senyuman sambil membujuk Daffa. “Tuan Halim yang terhormat, saya rasa ini tidak perlu.”Meletakkan kedua tangannya di sisinya, dia menunjukkan ketulusannya. Dia menghindari tatapan Daffa dan berkata, “Kita bisa menegosiasikan kembali syarat-syarat kolaborasi kita.”Bimo mau tidak mau gemetar ketakutan. Yang dia lihat hanyalah bibir Daffa yang mel

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 586

    Saat kening Umar basah oleh keringat, dia mendengar tawa yang familier dari lorong. Seketika, dia memasang seringai sombong dan berkata, “Hah! Terima itu, Daffa! Apakah kamu akhirnya menyadari betapa bodohnya kamu? Apakah kamu tahu siapa orang yang tertawa di luar kamar hotelmu?Tatapan angkuhnya mendarat di Daffa selama waktu yang singkat sebelum menghilang sepenuhnya. Tidak lama, dia mengerutkan bibirnya ketakutan ketika dia mendengar jawaban Daffa.“Bosmu. Omong-omong, untunglah kamu senang bertemu dengannya. Kuharap kamu bisa terus bahagia seperti ini.” Dengan begitu, Daffa mengalihkan tatapannya yang tegas ke arah pintu.Demikian pula, Umar terbaring di lantai dan menatap pintu dengan tidak sabar sambil menggumam pelan, “Tunggu saja, Daffa! Kematian akan mendatangimu sebentar lagi!”Tatapan Daffa tiba-tiba melesat ke arah Umar. Meskipun Daffa tidak mengatakan atau melakukan apa-apa, tatapannya sudah cukup untuk membuat rambut di punggung Umar berdiri tegak.Takut, Umar menutu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status