Share

Bab 252

Penulis: Benjamin
Pemimpin penjaga keamanan itu pun panik. Dia membungkuk dalam, menjelaskan, “Maafkan saya, Tuan Halim. Kami ingin mengusir dia keluar dari hotel, tapi manajer lobi hotel sebelumnya, Samantha Wibisana, menelepon kami dan memberikan perintah tegas untuk tidak melukai pria ini. Dia juga menyuruh kami untuk membebaskan dia.”

Seraya dia berbicara, dia dengan berhati-hati melirik Daffa sebelum langsung menatap ke arah lantai.

Daffa menyadari tindakan orang itu, tapi tidak menyuarakan keluhannya. Lagi pula, dia tahu penjaga keamanan itu tidak bisa membantah, jadi mereka tidak bersalah. Dia meletakkan kedua tangannya pada pinggangnya, menghela napas.

“Jadi, sebagai ketua keamanan, kamu seharusnya bisa membuat penilaianmu sendiri.”

Pemimpin mereka mau tidak mau gemetar. Dia bisa merasakan agresi di balik perkataan Daffa dan dia merasa telah melakukan keputusan yang salah sebelumnya, membahayakan posisinya saat ini.

Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain meredakan amarah Daffa supaya d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 253

    KetakutanAlicia sekarang terlihat seperti wanita karier yang kuat.Daffa bertatapan dengannya dan baru hendak berbicara, tapi Alicia tiba-tiba berlari ke arahnya. Hal itu membuat seringai terbentuk di wajah Daffa karena dia tahu bahwa Alicia masih sama, gadis polos di hati. Seraya Daffa berdiri di sana dan menatapnya, rahangnya yang terkatup mengendur.Sepanjang waktu, Erin berdiri di samping Daffa. Dia memperhatikan ekspresinya yang berubah, kekecewaan getir terbentuk dalam hatinya. Akan tetapi, Erin tidak menyampaikan perasaannya ataupun menunjukkannya di wajahnya.Dia tahu hal-hal seperti itu akan sering terjadi di masa depan, terutama jika dia ingin terus berada di samping Daffa sebagai lebih dari sekretarisnya. Dia harus terbiasa dengan popularitas Daffa di antara para wanita.Meski begitu, Daffa tidak tahu sedikit pun apa yang sedang Erin pikirkan, juga Alicia.Pada saat itu, Alicia telah sampai di hadapan Daffa dan membungkuk secara formal untuk menyapanya dan Erin. “Teri

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 254

    Helaan napas keluar dari bibir Daffa saat dia melihat Erin bersikap seperti itu.Dia mengulurkan tangannya untuk menekan tombol kemudi otonom sebelum angkat bicara. “Kamu perlu menenangkan dirimu dan memarkirkan mobilnya di sisi jalan. Kita akan melanjutkan pembicaraan ini setelah itu.”Erin mulai menarik napas dalam berkali-kali.Setelah dia memarkirkan mobilnya, Daffa melanjutkan, “Kesalahan yang telah kamu buat hari ini bukan karena kamu mengacau, tapi karena mentalitasmu telah berubah. Kamu telah menjadi lebih arogan, berpikir bahwa kita bisa menggunakan uang untuk melakukan banyak hal karena kita kaya sekarang.”Dalam satu detik, mata Erin tampak seperti akan segera copot. Matanya yang membulat segera bertemu dengan mata Daffa yang kosong.Dia tidak bisa mengelak bahwa Daffa benar dan mentalitas ini adalah sebuah kesalahan yang tidak dia sadari sebelumnya. Sebelum dia bisa menjawab, suara dentuman yang keras terdengar.Mobil mereka tersentak dengan keras ke depan dan mulai m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 255

    “Maksudmu, aku tidak kaya? Apakah kamu tidak melihat pakaian yang kukenakan? Ini dibuat oleh desainer kecil dari Ioblia, bernilai 45 miliar rupiah. Umurku 28 tahun di tahun ini dan ini adalah pertama kalinya aku disebut miskin. Sejujurnya, tuduhanmu lucu sekali. Semua orang di Kota Almiron tahu aku karena aku adalah anggota Keluarga Ganendra!”Sambil berbicara, pria itu dengan angkuh mengangkat dagunya ke arah Erin. Dia sudah bisa membayangkan Erin berlutut di kakinya memohon ampun. Jika itu terjadi, dia sudah sangat siap untuk menerimanya sebagai salah satu wanitanya.Namun, sayangnya itu tidak terjadi.Erin hanya berdiri di sana dengan mata yang membulat.“Keluarga Ganendra?” ujarnya sebelum tertawa dingin. “Oh, aku tahu banyak tentang keluarga itu. Mereka luar biasa kaya.”Seringai terbentuk di wajah pria itu.Namun, itu langsung memudar saat Erin meletakkan tangannya di pinggangnya. Dia berteriak, “Aku telah mendengar banyak hal mengenai keluarga itu, seperti bagaimana mereka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 256

    “Daffa!” teriakan Erin yang lantang mengisi udara. Kemudian, dia mendengar Daffa menggumamkan umpatan, membuat kulitnya bergidik. Dia tidak berani berdiri dan melihat apa yang telah terjadi pada Daffa. Alih-alih, dia tetap membeku di tanah.“Maafkan saya, Tuan Halim. Saya terlambat tiba,” ujar suara yang familier tiba-tiba.“Briana!” pikir Erin, bangkit berdiri dalam kecepatan yang tidak manusiawi. Dia lalu menoleh ke arah mobil yang baru saja datang di sampingnya dan seorang wanita turun dari sisi lainnya. Menekan dadanya yang sakit, Erin terhuyung ke tanah lagi.Kakinya sudah tidak bertenaga dan pikirannya kosong. Yang bisa tubuhnya lakukan hanyalah bernapas pada saat itu.Di sisi lain, Briana melihat Erin dari kejauhan dan ingin berbicara dengannya. Sebelum dia bisa melakukannya, dia melihat Erin terjatuh ke tanah. Briana menduga Erin telah terluka, jadi dia berlari ke arah Daffa, berhenti di hadapannya dengan singkat untuk membungkuk. “Tuan Halim.”Meskipun dia belum bangkit s

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 257

    Mengikuti arahan dari sistem navigasi, Daffa mengendarai mobilnya bersama Briana dan Erin ke lokasi pesta.Beberapa saat kemudian, Erin selesai memperbaiki riasan wajahnya di kursi belakang. Dia merasa buruk karena membiarkan Daffa, bosnya, mengantar mereka ke acaranya, jadi dia berdeham dua kali sebelum berbicara.“Tuan Halim, berdasarkan penyelidikan saya, pestanya akan diadakan di lokasi yang familier bagi Keluarga Ganendra, yaitu Remnard Estate, rumah keluarga mereka. Berdasarkan tradisi, keluarga mereka berkumpul di tempat itu untuk acara-acara penting sepanjang tahun. Sebelumnya, saat kita bertemu Thomas Ganendra, saya mencari foto-foto acara Keluarga Ganendra di internet dan tidak melihat dia di acara mana pun. Maka, saya yakin pria itu memiliki motif tersembunyi. Terlebih, itu adalah kebetulan yang aneh bahwa dia muncul sekarang. Keluarga Ganendra selalu bersikap arogan. Keluarga itu tidak berfokus pada uang. Alih-alih, mereka lebih khawatir dengan siapa yang akan menjadi anc

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 258

    Daffa tahu Erin masih merasa gugup. Walaupun begitu, dia tidak lagi mengkritik pendapatnya maupun berbicara lagi. Yang dia lakukan hanyalah mengemudi dalam diam.Merasa sesak karena ketegangan yang tiba-tiba, Briana menyesal duduk di kursinya saat itu. Dia mengomel dalam hatinya, “Pantas saja Edward menolak untuk bergabung dengan kami!”Keheningan mengisi mobil itu. Kekosongan itu bukanlah sesuatu yang pernah dialami Briana sebelumnya, jadi itu membuatnya sesak. Dia membuka mulutnya tapi tetap diam karena takut, menyerah setelah gagal berbicara beberapa kali.Tidak ingin fokus pada kecanggungan itu lagi, Briana memutuskan lebih baik melihat peta di ponselnya. Dengan begitu, dia bisa berkonsentrasi untuk memastikan keamanan Daffa.Saat dia mengamati setiap rincian peta itu, dia merasa mobilnya melambat.Beberapa mobil mahal telah terparkir di depan mereka. Namun, tidak ada mobil yang semahal mobil yang Daffa kendarai. Maka, saat dia tiba di jalan di depan Remnard Estate, semua oran

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 259

    Daffa tahu itu berarti pelayan wanita itu ingin melakukan sesuatu yang jahat atau berencana menghancurkan reputasinya dan mempermalukannya. Meskipun begitu, rasa penasaran memenuhi benak Daffa dan dia menantikan trik apa yang sudah direncanakan oleh pelayan wanita itu. Maka, dia berdiri di sana dalam diam dengan tangannya di belakang punggungnya.Reaksi itu bukanlah reaksi yang diharapkan oleh pelayan wanita itu.Mulutnya terbuka sedikit karena terkejut, tapi hanya bertahan sebentar karena dia segera tersadarkan kembali dari lamunannya. Lalu, dia mengeluarkan sebuah dokumen dari sakunya dan menunjukkannya pada semua orang.“Kami mengundang 120 tamu untuk pesta malam ini dan ‘Daffa Halim’ bukanlah salah satunya. Ditambah, kami telah menugaskan pelayan untuk setiap tamu yang akan menuntun mereka ke kursinya—tapi kamu bahkan tidak memiliki seorang pelayan. Terlebih lagi, kamu tampaknya tidak tahu tradisi kami, jadi aku tidak yakin kamu pernah terdaftar dalam daftar tamu pesta Keluarga

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 260

    Daffa yakin dia telah melihat semua orang yang ada di sana, tapi dia tidak bisa menentukan sumber suara itu. Itu karena dia tidak melihat siapa pun membuka mulutnya saat orang itu berbicara.Itu membuat Daffa heran. Namun, dia tetap memasang ekspresi datar dengan kedua tangan di dalam sakunya.“Jika ada dari kalian yang merasa perkataan itu masuk akal,” kata Daffa dengan tenang, “seharusnya kalian membantu pelayan wanita ini bukannya membiarkannya terus berada di sini dan membuat masalah.”Dia tampak begitu tidak peduli sampai tidak ada yang berani menatap matanya. Sebenarnya, dia merasa konyol bagaimana ucapan seseorang itu membuat semua orang, termasuk penjaga keamanan sebelumnya, menatapnya tidak suka.Karena itu, dia menoleh pada Erin, memberi perintah, “Wanita itu tidak terlihat sebagai seorang pelayan. Gaun, sepatu, kalung, anting, dan setiap aksesori yang dia kenakan terlihat mahal. Selain itu, tangannya halus, tidak ada luka atau kerutan yang disebabkan oleh kerja keras. Ak

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status