Sambil berbicara, Daffa mengarahkan pandangannya pada Bakrie. “Dia adalah anggota kepolisian yang hebat. Sayangnya, karena dia berasal dari Keluarga Halim, lebih mudah bagiku untuk mendapatkan informasi pribadinya daripada kamu ataupun anggota kepolisian lainnya.”Banyak ekspresi terkejut, ragu, tidak percaya, dan panik memutari mata Mulyono. Perasaannya yang kacau sangat berbeda dengan ekspresi Daffa yang datar.Helaan napas panjang keluar dari bibir Daffa. “Melihat bahwa dia adalah seorang Halim, aku tidak akan meneruskan masalah ini lagi. Meski begitu, aku ingin kepolisian mengetahui ini—mustahil bagi kalian untuk menyalahkan kematian wanita tua itu padaku. Lagi pula, jika aku mau, aku bisa dengan mudah membunuh seseorang.”Dengan begitu, Daffa mengetuk meja di hadapannya, memberi perintah, “Briana, kamu bisa membawa mereka pergi sekarang.”Briana muncul saat itu juga. Tatapannya yang setajam belati menusuk Mulyono. Dia lalu mengisyaratkan ke arah pintu. “Lewat sini.”Mulyono t
Erin melihat sebuah pesan muncul di layar laptopnya. Di dalamnya, Daffa menjelaskan situasinya saat ini, membuatnya mengerutkan dahi.Dia menatap Briana, menyiagakan, “Tuan Halim sepertinya sedang dalam masalah. Aku tidak yakin apakah dia akan mengalami cedera fisik akibat situasi yang tidak terduga ini.”Saat Briana mendengar kalimat pertamanya, dia menyingkirkan peta yang sedang dia pegang dan bangkit berdiri untuk pergi. Dia baru mendengar kalimat terakhir saat sudah berdiri di pintu. Karena itu, dia berhenti untuk berkata, “Aku memiliki beberapa keraguan.”Erin tersenyum, mengangguk. “Aku mengerti apa yang membuatmu kebingungan, tapi kamu tidak akan merasa begitu setelah membaca keseluruhan dari apa yang Tuan Halim kirimkan pada kita.”Ketenangan Erin meringankan kecemasan Briana saat itu juga. Dia berpikir, “Di antara semua orang yang kukenal, tidak ada yang lebih memedulikan Daffa daripada Erin. Jadi, jika dia tenang, itu berarti Daffa tidak sedang dalam bahaya sungguhan.”B
Daffa meletakkan tangannya di sakunya, memandang rendah Bilgi dan meludah. Tanpa berpikir panjang, dia melayangkan kakinya pada perut pria itu, lalu kembali berjalan ke sofa.Bilgi berbaring di lantai. Dia kesulitan menolehkan kepalanya pada Daffa sebelum batuk darah. Barulah saat itu suara seraknya terdengar. “Sepertinya kamu tidak terlalu cerdas, jadi aku akan menghukummu sekarang!”Dia menolehkan kepalanya untuk menghadap kumpulan pria dengan berbagai setelan jas formal di belakangnya. Mereka menatapnya dengan tatapan kosong, membuat napasnya berpacu. Dia menghantamkan kedua telapak tangannya ke lantai, memaksakan dirinya untuk bangkit dari lantai.“Kenapa kalian tidak melakukan apa-apa?” geramnya dengan lantang pada mereka, ludahnya berceceran ke mana-mana seraya dia menunjuk pada Daffa.“Apakah kalian lupa siapa bos yang menghidupi kalian? Aku sekarang memerintahkan kalian semua untuk mematahkan kaki lelaki mainan ini! Mari kita lihat bagaimana dia akan menggunakan tubuhnya un
Daffa menatap arlojinya sebelum dengan tenang berkata, “Pestanya akan dimulai dalam empat jam. Kita tidak punya waktu untuk meladeni pria ini lagi. Berdasarkan apa yang dia katakan, penjaga keamanan hotel sedang dalam perjalanan. Kita akan biarkan mereka memutuskan siapa yang harus dipercaya saat mereka tiba.”Erin mengangguk, lalu menepuk tangannya.Staf yang menunggu di luar kamar hotel dan memegangi nampan segera memasuki ruangan. Mereka berdiri dengan rapi di hadapan Daffa, sedikit membungkuk supaya Daffa bisa melihat apa yang ada di atas nampan mereka.Bilgi baru hendak berteriak pada mereka, tapi menutup mulutnya rapat-rapat saat dia melihat sikap para staf itu. Dia tahu perlakuan staf terhadap Daffa di luar gapaiannya, bahkan dengan kekayaannya saat ini.Dugaannya makin meyakinkan saat dia melihat apa yang ada di nampan para staf itu. Mulutnya menganga lebar, membuatnya tidak bisa berkata-kata.Sementara itu, perhatian Daffa tertuju pada nampan-nampan itu.Erin juga memper
Mata Bilgi dipenuhi oleh kepercayaan diri. “Daffa Halim, kamu mungkin memiliki kekayaan yang tidak terhitung, tapi ini adalah Kota Almiron! Di sini, kekayaan Keluarga Halim tidak bisa bersanding dengan kekayaan Keluarga Ganendra!”Daffa mengerutkan dahinya, tidak mengatakan sepatah kata pun karena dia merasa bahwa dia tidak perlu mengkonfirmasi ataupun membantah pernyataan Bilgi.Beberapa saat yang panjang berlalu, tapi Bilgi tidak mendapatkan jawaban apa-apa. Kepercayaan dirinya meningkat pesat karena Daffa tidak bereaksi maupun terus memberikan tekanan pada tubuhnya. Dia mengangkat dagunya, dengan bangga berkata, “Jadi, tidak penting sebesar apa kekayaan keluargamu karena kamu harus menghargai peraturannya di sini! Lalu, aku bekerja untuk Keluarga Ganendra. Aku telah melayani mereka dalam waktu yang lama, jadi kamu harus menunjukkan rasa hormat padaku untuk memastikan keamananmu di kota ini.”Dia begitu percaya diri sampai dia melupakan kehadiran Kate sepenuhnya.Kate mengangkat
Diskusi Bisnis“Kamu telah membenciku sejak kita pertama bertemu. Ditambah, aku telah melakukan banyak hal jahat padamu. Aku bahkan tidak pernah menawarkan bantuan padamu.” Suara Kate perlahan melembut. Pada saat itu, dia tidak berani untuk menatap mata Daffa.Melihat segugup apa dia, Daffa tersenyum dan dengan tenang berkata, “Itu tidak benar. Kamu sudah membantuku, kamu hanya tidak menyadarinya dan itu membuktikan bahwa kamu adalah orang yang baik. Tindakanmu tidak seburuk itu. Ditambah, Kamu sudah meminta maaf dan menebusnya. Kamu sudah melakukan banyak hal sehingga pantas untuk dimaafkan.”Kate tidak menyangka dia akan mendapatkan perlakuan seperti itu dari Daffa. Namun, dia mau tidak mau merona saat dia mengingat saat terakhir kali Daffa menunjukkan kebaikan padanya. Kate ingin situasinya berjalan sesuai keinginannya, tapi dia tidak berani menyuarakannya.Napasnya berpacu seraya dia berdiri dan menatap Daffa dengan tegas. “Benar. Aku sangat membutuhkan bantuanmu, Daffa Halim.”
Keputusan yang Tepat“Jangan melakukan hal-hal yang membuatku jengkel lagi kalau kamu setakut itu padaku. Kalau tidak, aku tidak bisa janji kamu masih akan bernapas saat kamu meninggalkan tempat ini hari ini,” ujar Daffa.Bilgi makin gemetar. Dia menengadah dan melihat Daffa tersenyum, tapi Daffa tampak tidak sungguh-sungguh bahagia. Itu hanya memperparah rasa takut Bilgi, membuat giginya bergemeletuk karena tubuhnya yang gemetar hebat. Dia tahu Daffa tidak bercanda.Dibunuh bukanlah hasil yang Bilgi perkirakan untuk dirinya sendiri dan dia tidak yakin apakah dia bisa menghentikan Daffa agar tidak menjadikan itu kenyataan. Oleh karena itu, lututnya bergoyang seperti jeli sekali lagi, tidak bisa menyokong berat tubuhnya. Otaknya kemudian menjadi kosong selama beberapa waktu.Saat lututnya mengenai lantai, menimbulkan sensasi yang tajam di kakinya, dia akhirnya kembali tersadar dari lamunannya.Saat itu terjadi, Bilgi mau tidak mau mengeluarkan teriakan yang membuat kulit semua oran
Pemimpin penjaga keamanan itu pun panik. Dia membungkuk dalam, menjelaskan, “Maafkan saya, Tuan Halim. Kami ingin mengusir dia keluar dari hotel, tapi manajer lobi hotel sebelumnya, Samantha Wibisana, menelepon kami dan memberikan perintah tegas untuk tidak melukai pria ini. Dia juga menyuruh kami untuk membebaskan dia.”Seraya dia berbicara, dia dengan berhati-hati melirik Daffa sebelum langsung menatap ke arah lantai.Daffa menyadari tindakan orang itu, tapi tidak menyuarakan keluhannya. Lagi pula, dia tahu penjaga keamanan itu tidak bisa membantah, jadi mereka tidak bersalah. Dia meletakkan kedua tangannya pada pinggangnya, menghela napas.“Jadi, sebagai ketua keamanan, kamu seharusnya bisa membuat penilaianmu sendiri.”Pemimpin mereka mau tidak mau gemetar. Dia bisa merasakan agresi di balik perkataan Daffa dan dia merasa telah melakukan keputusan yang salah sebelumnya, membahayakan posisinya saat ini.Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain meredakan amarah Daffa supaya d
Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da
Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka
Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken
Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke
Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m
Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber
“Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer
Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu
“Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri