Erin melihat sebuah pesan muncul di layar laptopnya. Di dalamnya, Daffa menjelaskan situasinya saat ini, membuatnya mengerutkan dahi.Dia menatap Briana, menyiagakan, “Tuan Halim sepertinya sedang dalam masalah. Aku tidak yakin apakah dia akan mengalami cedera fisik akibat situasi yang tidak terduga ini.”Saat Briana mendengar kalimat pertamanya, dia menyingkirkan peta yang sedang dia pegang dan bangkit berdiri untuk pergi. Dia baru mendengar kalimat terakhir saat sudah berdiri di pintu. Karena itu, dia berhenti untuk berkata, “Aku memiliki beberapa keraguan.”Erin tersenyum, mengangguk. “Aku mengerti apa yang membuatmu kebingungan, tapi kamu tidak akan merasa begitu setelah membaca keseluruhan dari apa yang Tuan Halim kirimkan pada kita.”Ketenangan Erin meringankan kecemasan Briana saat itu juga. Dia berpikir, “Di antara semua orang yang kukenal, tidak ada yang lebih memedulikan Daffa daripada Erin. Jadi, jika dia tenang, itu berarti Daffa tidak sedang dalam bahaya sungguhan.”B
Daffa meletakkan tangannya di sakunya, memandang rendah Bilgi dan meludah. Tanpa berpikir panjang, dia melayangkan kakinya pada perut pria itu, lalu kembali berjalan ke sofa.Bilgi berbaring di lantai. Dia kesulitan menolehkan kepalanya pada Daffa sebelum batuk darah. Barulah saat itu suara seraknya terdengar. “Sepertinya kamu tidak terlalu cerdas, jadi aku akan menghukummu sekarang!”Dia menolehkan kepalanya untuk menghadap kumpulan pria dengan berbagai setelan jas formal di belakangnya. Mereka menatapnya dengan tatapan kosong, membuat napasnya berpacu. Dia menghantamkan kedua telapak tangannya ke lantai, memaksakan dirinya untuk bangkit dari lantai.“Kenapa kalian tidak melakukan apa-apa?” geramnya dengan lantang pada mereka, ludahnya berceceran ke mana-mana seraya dia menunjuk pada Daffa.“Apakah kalian lupa siapa bos yang menghidupi kalian? Aku sekarang memerintahkan kalian semua untuk mematahkan kaki lelaki mainan ini! Mari kita lihat bagaimana dia akan menggunakan tubuhnya un
Daffa menatap arlojinya sebelum dengan tenang berkata, “Pestanya akan dimulai dalam empat jam. Kita tidak punya waktu untuk meladeni pria ini lagi. Berdasarkan apa yang dia katakan, penjaga keamanan hotel sedang dalam perjalanan. Kita akan biarkan mereka memutuskan siapa yang harus dipercaya saat mereka tiba.”Erin mengangguk, lalu menepuk tangannya.Staf yang menunggu di luar kamar hotel dan memegangi nampan segera memasuki ruangan. Mereka berdiri dengan rapi di hadapan Daffa, sedikit membungkuk supaya Daffa bisa melihat apa yang ada di atas nampan mereka.Bilgi baru hendak berteriak pada mereka, tapi menutup mulutnya rapat-rapat saat dia melihat sikap para staf itu. Dia tahu perlakuan staf terhadap Daffa di luar gapaiannya, bahkan dengan kekayaannya saat ini.Dugaannya makin meyakinkan saat dia melihat apa yang ada di nampan para staf itu. Mulutnya menganga lebar, membuatnya tidak bisa berkata-kata.Sementara itu, perhatian Daffa tertuju pada nampan-nampan itu.Erin juga memper
Mata Bilgi dipenuhi oleh kepercayaan diri. “Daffa Halim, kamu mungkin memiliki kekayaan yang tidak terhitung, tapi ini adalah Kota Almiron! Di sini, kekayaan Keluarga Halim tidak bisa bersanding dengan kekayaan Keluarga Ganendra!”Daffa mengerutkan dahinya, tidak mengatakan sepatah kata pun karena dia merasa bahwa dia tidak perlu mengkonfirmasi ataupun membantah pernyataan Bilgi.Beberapa saat yang panjang berlalu, tapi Bilgi tidak mendapatkan jawaban apa-apa. Kepercayaan dirinya meningkat pesat karena Daffa tidak bereaksi maupun terus memberikan tekanan pada tubuhnya. Dia mengangkat dagunya, dengan bangga berkata, “Jadi, tidak penting sebesar apa kekayaan keluargamu karena kamu harus menghargai peraturannya di sini! Lalu, aku bekerja untuk Keluarga Ganendra. Aku telah melayani mereka dalam waktu yang lama, jadi kamu harus menunjukkan rasa hormat padaku untuk memastikan keamananmu di kota ini.”Dia begitu percaya diri sampai dia melupakan kehadiran Kate sepenuhnya.Kate mengangkat
Diskusi Bisnis“Kamu telah membenciku sejak kita pertama bertemu. Ditambah, aku telah melakukan banyak hal jahat padamu. Aku bahkan tidak pernah menawarkan bantuan padamu.” Suara Kate perlahan melembut. Pada saat itu, dia tidak berani untuk menatap mata Daffa.Melihat segugup apa dia, Daffa tersenyum dan dengan tenang berkata, “Itu tidak benar. Kamu sudah membantuku, kamu hanya tidak menyadarinya dan itu membuktikan bahwa kamu adalah orang yang baik. Tindakanmu tidak seburuk itu. Ditambah, Kamu sudah meminta maaf dan menebusnya. Kamu sudah melakukan banyak hal sehingga pantas untuk dimaafkan.”Kate tidak menyangka dia akan mendapatkan perlakuan seperti itu dari Daffa. Namun, dia mau tidak mau merona saat dia mengingat saat terakhir kali Daffa menunjukkan kebaikan padanya. Kate ingin situasinya berjalan sesuai keinginannya, tapi dia tidak berani menyuarakannya.Napasnya berpacu seraya dia berdiri dan menatap Daffa dengan tegas. “Benar. Aku sangat membutuhkan bantuanmu, Daffa Halim.”
Keputusan yang Tepat“Jangan melakukan hal-hal yang membuatku jengkel lagi kalau kamu setakut itu padaku. Kalau tidak, aku tidak bisa janji kamu masih akan bernapas saat kamu meninggalkan tempat ini hari ini,” ujar Daffa.Bilgi makin gemetar. Dia menengadah dan melihat Daffa tersenyum, tapi Daffa tampak tidak sungguh-sungguh bahagia. Itu hanya memperparah rasa takut Bilgi, membuat giginya bergemeletuk karena tubuhnya yang gemetar hebat. Dia tahu Daffa tidak bercanda.Dibunuh bukanlah hasil yang Bilgi perkirakan untuk dirinya sendiri dan dia tidak yakin apakah dia bisa menghentikan Daffa agar tidak menjadikan itu kenyataan. Oleh karena itu, lututnya bergoyang seperti jeli sekali lagi, tidak bisa menyokong berat tubuhnya. Otaknya kemudian menjadi kosong selama beberapa waktu.Saat lututnya mengenai lantai, menimbulkan sensasi yang tajam di kakinya, dia akhirnya kembali tersadar dari lamunannya.Saat itu terjadi, Bilgi mau tidak mau mengeluarkan teriakan yang membuat kulit semua oran
Pemimpin penjaga keamanan itu pun panik. Dia membungkuk dalam, menjelaskan, “Maafkan saya, Tuan Halim. Kami ingin mengusir dia keluar dari hotel, tapi manajer lobi hotel sebelumnya, Samantha Wibisana, menelepon kami dan memberikan perintah tegas untuk tidak melukai pria ini. Dia juga menyuruh kami untuk membebaskan dia.”Seraya dia berbicara, dia dengan berhati-hati melirik Daffa sebelum langsung menatap ke arah lantai.Daffa menyadari tindakan orang itu, tapi tidak menyuarakan keluhannya. Lagi pula, dia tahu penjaga keamanan itu tidak bisa membantah, jadi mereka tidak bersalah. Dia meletakkan kedua tangannya pada pinggangnya, menghela napas.“Jadi, sebagai ketua keamanan, kamu seharusnya bisa membuat penilaianmu sendiri.”Pemimpin mereka mau tidak mau gemetar. Dia bisa merasakan agresi di balik perkataan Daffa dan dia merasa telah melakukan keputusan yang salah sebelumnya, membahayakan posisinya saat ini.Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain meredakan amarah Daffa supaya d
KetakutanAlicia sekarang terlihat seperti wanita karier yang kuat.Daffa bertatapan dengannya dan baru hendak berbicara, tapi Alicia tiba-tiba berlari ke arahnya. Hal itu membuat seringai terbentuk di wajah Daffa karena dia tahu bahwa Alicia masih sama, gadis polos di hati. Seraya Daffa berdiri di sana dan menatapnya, rahangnya yang terkatup mengendur.Sepanjang waktu, Erin berdiri di samping Daffa. Dia memperhatikan ekspresinya yang berubah, kekecewaan getir terbentuk dalam hatinya. Akan tetapi, Erin tidak menyampaikan perasaannya ataupun menunjukkannya di wajahnya.Dia tahu hal-hal seperti itu akan sering terjadi di masa depan, terutama jika dia ingin terus berada di samping Daffa sebagai lebih dari sekretarisnya. Dia harus terbiasa dengan popularitas Daffa di antara para wanita.Meski begitu, Daffa tidak tahu sedikit pun apa yang sedang Erin pikirkan, juga Alicia.Pada saat itu, Alicia telah sampai di hadapan Daffa dan membungkuk secara formal untuk menyapanya dan Erin. “Teri
Terlebih lagi, Bart bahkan dapat menyerang dengan mudah. Meskipun Danar adalah targetnya dan bukan Daffa, situasi itu hampir membahayakan nyawa Daffa.Mempertimbangkan hal itu, Danar melompat ke luar mobil dan bergegas menghampiri Daffa yang sudah turun dari kursi belakang. “Tuan Halim, bagaimana cara saya mengikat tali dengan cukup kuat untuk menahan seseorang?”Mata Daffa hampir copot dari tempatnya ketika dia mendengar itu. Meskipun demikian, dia dengan sabar menjelaskan cara yang benar sambil berjalan menuju hotel.Melihat kedua orang itu berjalan menjauh, Bart melotot. Dia tetap berada di kursi belakang dengan kedua tangannya yang terkepal di atas lututnya.Amarah menggerogoti dirinya seraya dia berpikir, “Terlalu banyak hal yang terjadi semalam. Aku masih merupakan putra dari keluarga kaya sebelumnya, tapi sekarang aku telah menjadi tahanan! Itulah apa yang diderita oleh Keluarga Ganendra—dan aku menertawakan mereka karena itu! Siapa sangka aku akan berakhir di situasi yang s
Danar tidak berpikir panjang sebelum mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mengambil posisi bertahan, dia melihat ke belakangnya dan berteriak, “Tuan Halim, tolong keluar dari mobil sekarang! Di dalam sini berbahaya!”Dia lalu membungkuk ke depan dengan kaki yang berjongkok seraya dia menghindari jangkauan serangan Bart.Keseluruhan hal itu tampak lucu bagi Daffa yang sedang tertawa terbahak-bahak. “Pfft! Hahaha! D … Danar, aku tidak menyangka kamu akan bereaksi secepat ini ….”“Cukup! Berhenti tertawa! Kamu membuatku jengkel dan aku bersumpah akan menyerangmu selanjutnya jika kamu terus tertawa!” seru Bart dengan sangat lantang. Setelahnya, dia mengulurkan tangannya dan menggerakkan jarinya seakan-akan dia sudah memiliki cakar yang mematikan kepada Daffa.Namun, itu semua terjadi dalam gerak lambat di mata Daffa, memberikannya tampilan penuh untuk setiap gerakan Bart. Bibir Daffa berkedut seraya dia berkomentar, “Kemampuan bertempurmu tidak sehebat itu. Seranganmu benar-benar bera
Bart menelan ludah. Meskipun tangannya masih diikat di belakangnya dengan tali, dia masih dapat mengepalkan tangannya.Penghinaan memenuhi matanya seraya dia menatap Daffa dan menggeram, “Bukan hanya memukulku, kamu juga telah mengakuinya dengan tidak tahu malu! Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa tidak ada apa pun—bahkan hukum mana pun—di dunia ini yang dapat menahanmu?”Mata Daffa menyipit menjadi garis seraya dia berpikir, “Aku tahu apa yang Bart lakukan. Dia sedang menunjukkan otoritasnya padaku dan mengisyaratkan secara halus bahwa dia bukanlah seseorang yang dapat dilawan. Pfft. Hanya saja, dia tidak tahu sekonyol apa tindakannya bagiku.”Tidak repot-repot menyembunyikan perasaannya, Daffa mendengus sebelum menyeringai dengan nakal. Bibirnya melengkung lebih dalam detik demi detik seraya dia perlahan berbicara, “Aku telah menghadapi kemurkaan banyak orang dan mereka sering kali bersikap sepertimu—dengan cara yang menyedihkan dan hampir kekanak-kanakan.”Melihat seringaian
“Kurasa kita bisa menyebut ini keajaiban medis,” kata Daffa sambil mengangkat bahunya dan mengangkat kedua tangannya di udara. Dia lalu menoleh untuk melihat ke sampingnya.Itulah tempat Bart terduduk. Matanya terpejam sepanjang waktu, tapi dia menghela napas pada saat itu, dengan kaku menoleh ke arah Daffa dan berbicara seperti robot. “Kamu pintar, ya. Aku sudah berusaha keras untuk menyamarkan keadaan sadarku. Sayangnya, kamu tetap menangkapku.”Dia tidak lagi menyembunyikan keadaan tersadarnya pada saat itu. Setelah mengatakan itu, dia memperjelas kebencian di dalam matanya ke arah Daffa dan Danar.“Lucu sekali kamu berkata begitu.” Daffa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia bertatapan dengan Bart, menatapnya dengan tatapan kebingungan seraya dia mengumumkan, “Kalaupun kamu sudah tenggelam dalam peranmu dan berakting sebaik mungkin, aku hanya dapat mengatakan satu hal—aktingmu itu tidak pernah mengecohku sekali pun. Kemarahanmu terpancar dari setiap pori-porimu.
“Jika aku memercayai kata-kata tidak berguna yang Richard katakan, aku akan menjadi lembut dan mulai memercayainya. Dia mungkin akan menggunakan aku sebagai alat nanti.” Danar menghela napas dan tidak ingin memiliki pendapat yang negatif terhadap anak berusia 10 tahun.Akan tetapi, dia tetap tidak dapat menahan kekhawatirannya agar tidak mengisi benaknya, jadi dia perlahan kehilangan ketenangannya.Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya, tapi dia tersenyum pada saat itu. Dia merasa situasinya menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Dia telah meninggalkan pintu pada saat itu.Sebelumnya, ketika Danar sedang menuju ke sana, banyak bawahan lainnya ingin bergabung, tapi ditolak oleh Daffa karena mereka memiliki kemampuan bertarung yang kurang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang itu ikut dengan Daffa. Lagi pula, Daffa tidak familier dengan wilayah di sekitarnya.Maka dari itu, sekumpulan bawahan itu, tidak termasuk Danar, akan berada dalam bahay
“Iya, Tuan! Saya sudah siap untuk menjalankan setiap perintah Anda!” jawab Danar.Bibir Daffa berkedut, tapi segera kembali normal seraya dia memberi perintah, “Aku butuh kamu menahan Bart Bakti dan pastikan dia tidak dapat menyerang. Kemudian, bawa dia ke dalam mobil ini supaya kita bisa pergi.”Pandangan Danar gemetar hebat mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya, merasa bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan tugasnya karena itu adalah tugas pertama yang Daffa perintahkan padanya. Meninggikan suaranya, dia dengan antusias berkata, “Baik, Tuan Halim! Saya akan melakukannya sebaik mungkin!”Daffa mengangkat tangannya, melambaikannya sambil menjawab, “Bagus. Pertama-tama, ambilkan tali yang cukup tebal untuk menjaganya tetap terkendali. Kamu akan berjalan di belakang kami begitu kamu telah mengambilkan talinya.”Dia lalu bersandar ke sofa dan menoleh ke arah Richard dan menambahkan, “Kamu pasti gelisah mengenai apa yang akan terjadi, melihat dari kelopak matamu yang terus berk
Daffa menatap Richard, mengetuk jari-jarinya dengan berirama di sandaran punggung sofa itu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, indranya memberitahunya bahwa ada yang salah dengan tubuh laki-laki di hadapannya.Anehnya, indranya yang tajam juga memberitahunya bahwa anak itu baik. Pesan yang bertentangan itu membuat Daffa tertarik. Dia mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya, lalu memandang Richard dan bertanya, “Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa apa yang kamu katakan adalah benar?”Raut wajah Richard menegang dan kulitnya yang sawo matang menggelap dengan warna kemerahan.Daffa tahu itu berarti Richard marah. Daffa menyandarkan punggungnya dengan nyaman, menyeringai terhibur sambil mengayunkan tangannya dengan acuh tak acuh.Kemudian, Daffa berkata, “Baiklah, kamu tidak perlu marah-marah. Aku percaya kamu telah mengatakan kebenarannya. Demikian pula, aku berterima kasih kamu telah bersedia menyampaikan informasi itu padaku. Sekarang, aku ingin tahu apa rencana kalian setela
Richard menjadi relaks. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu hal-hal yang dia katakan mengejutkan Daffa. “Aku tahu beberapa hal tentang orang berjubah hitam itu dan kurasa kamu akan tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai hal ini dibandingkan apa yang Priska katakan padamu.”Daffa menaikkan sebelah alisnya dan tubuhnya menegak tanpa dia sadari. Malam ini adalah malam penuh kejutan. Kejutan pertama adalah Richard—Daffa tidak tahu berapa usianya, tapi dia telah terpaksa berakting seperti orang bodoh hanya untuk bertahan hidup.Kejutan kedua adalah bahwa Richard mampu mengedukasi dirinya sendiri di bawah situasi yang sulit dan bahkan telah mendapatkan informasi tentang orang berjubah hitam itu. Daffa tidak repot-repot menyembunyikan kekejutannya, membuat Richard menjadi makin relaks.Richard merasa sedikit lebih percaya diri dalam mencapai tujuannya karena Daffa jelas-jelas terlihat tertarik dengan apa yang hendak dia katakan. Dia tersenyum dan berkata, “Priska mengetahui hal in
“Jika kamu bersedia melepaskan dia, kuharap ada seseorang yang bisa membawanya pergi dari sini sebelum kita melanjutkannya.”Mengejutkan semua orang, Mika tiba-tiba memelototi Daffa dan berteriak, “Dasar pembunuh kejam! Kalau kamu membunuh ibuku, sebaiknya bunuh aku juga atau aku bersumpah aku tidak akan berhenti sampai membalas dendamku! Aku tahu kamu mungkin tidak akan memercayaiku karena aku masih muda dan tidak berdaya sekarang, tapi aku akan mengejarmu cepat atau lambat!”Mata Priska membelalak dan dia dengan cepat menutup mulut Mika dengan tangannya. Akan tetapi, dia sudah terlambat. Maka dari itu, untuk pertama kalinya, dia menampar Mika. Hatinya terpelintir dengan menyakitkan saat melakukannya, tapi dia memaksakan dirinya untuk tidak melembut. “Minta maaf pada Daffa sekarang juga!”Mika meringis karena rasa sakitnya, tapi dia tidak meminta maaf. Sebaliknya, kebenciannya pada Daffa menjadi makin dalam. “Aku membencimu dengan setiap sel dari diriku. Karenamu, ibuku menamparku