Share

Bab 245

Penulis: Benjamin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Sambil berbicara, Daffa mengarahkan pandangannya pada Bakrie. “Dia adalah anggota kepolisian yang hebat. Sayangnya, karena dia berasal dari Keluarga Halim, lebih mudah bagiku untuk mendapatkan informasi pribadinya daripada kamu ataupun anggota kepolisian lainnya.”

Banyak ekspresi terkejut, ragu, tidak percaya, dan panik memutari mata Mulyono. Perasaannya yang kacau sangat berbeda dengan ekspresi Daffa yang datar.

Helaan napas panjang keluar dari bibir Daffa. “Melihat bahwa dia adalah seorang Halim, aku tidak akan meneruskan masalah ini lagi. Meski begitu, aku ingin kepolisian mengetahui ini—mustahil bagi kalian untuk menyalahkan kematian wanita tua itu padaku. Lagi pula, jika aku mau, aku bisa dengan mudah membunuh seseorang.”

Dengan begitu, Daffa mengetuk meja di hadapannya, memberi perintah, “Briana, kamu bisa membawa mereka pergi sekarang.”

Briana muncul saat itu juga. Tatapannya yang setajam belati menusuk Mulyono. Dia lalu mengisyaratkan ke arah pintu. “Lewat sini.”

Mulyono t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 246

    Erin melihat sebuah pesan muncul di layar laptopnya. Di dalamnya, Daffa menjelaskan situasinya saat ini, membuatnya mengerutkan dahi.Dia menatap Briana, menyiagakan, “Tuan Halim sepertinya sedang dalam masalah. Aku tidak yakin apakah dia akan mengalami cedera fisik akibat situasi yang tidak terduga ini.”Saat Briana mendengar kalimat pertamanya, dia menyingkirkan peta yang sedang dia pegang dan bangkit berdiri untuk pergi. Dia baru mendengar kalimat terakhir saat sudah berdiri di pintu. Karena itu, dia berhenti untuk berkata, “Aku memiliki beberapa keraguan.”Erin tersenyum, mengangguk. “Aku mengerti apa yang membuatmu kebingungan, tapi kamu tidak akan merasa begitu setelah membaca keseluruhan dari apa yang Tuan Halim kirimkan pada kita.”Ketenangan Erin meringankan kecemasan Briana saat itu juga. Dia berpikir, “Di antara semua orang yang kukenal, tidak ada yang lebih memedulikan Daffa daripada Erin. Jadi, jika dia tenang, itu berarti Daffa tidak sedang dalam bahaya sungguhan.”B

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 247

    Daffa meletakkan tangannya di sakunya, memandang rendah Bilgi dan meludah. Tanpa berpikir panjang, dia melayangkan kakinya pada perut pria itu, lalu kembali berjalan ke sofa.Bilgi berbaring di lantai. Dia kesulitan menolehkan kepalanya pada Daffa sebelum batuk darah. Barulah saat itu suara seraknya terdengar. “Sepertinya kamu tidak terlalu cerdas, jadi aku akan menghukummu sekarang!”Dia menolehkan kepalanya untuk menghadap kumpulan pria dengan berbagai setelan jas formal di belakangnya. Mereka menatapnya dengan tatapan kosong, membuat napasnya berpacu. Dia menghantamkan kedua telapak tangannya ke lantai, memaksakan dirinya untuk bangkit dari lantai.“Kenapa kalian tidak melakukan apa-apa?” geramnya dengan lantang pada mereka, ludahnya berceceran ke mana-mana seraya dia menunjuk pada Daffa.“Apakah kalian lupa siapa bos yang menghidupi kalian? Aku sekarang memerintahkan kalian semua untuk mematahkan kaki lelaki mainan ini! Mari kita lihat bagaimana dia akan menggunakan tubuhnya un

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 248

    Daffa menatap arlojinya sebelum dengan tenang berkata, “Pestanya akan dimulai dalam empat jam. Kita tidak punya waktu untuk meladeni pria ini lagi. Berdasarkan apa yang dia katakan, penjaga keamanan hotel sedang dalam perjalanan. Kita akan biarkan mereka memutuskan siapa yang harus dipercaya saat mereka tiba.”Erin mengangguk, lalu menepuk tangannya.Staf yang menunggu di luar kamar hotel dan memegangi nampan segera memasuki ruangan. Mereka berdiri dengan rapi di hadapan Daffa, sedikit membungkuk supaya Daffa bisa melihat apa yang ada di atas nampan mereka.Bilgi baru hendak berteriak pada mereka, tapi menutup mulutnya rapat-rapat saat dia melihat sikap para staf itu. Dia tahu perlakuan staf terhadap Daffa di luar gapaiannya, bahkan dengan kekayaannya saat ini.Dugaannya makin meyakinkan saat dia melihat apa yang ada di nampan para staf itu. Mulutnya menganga lebar, membuatnya tidak bisa berkata-kata.Sementara itu, perhatian Daffa tertuju pada nampan-nampan itu.Erin juga memper

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 249

    Mata Bilgi dipenuhi oleh kepercayaan diri. “Daffa Halim, kamu mungkin memiliki kekayaan yang tidak terhitung, tapi ini adalah Kota Almiron! Di sini, kekayaan Keluarga Halim tidak bisa bersanding dengan kekayaan Keluarga Ganendra!”Daffa mengerutkan dahinya, tidak mengatakan sepatah kata pun karena dia merasa bahwa dia tidak perlu mengkonfirmasi ataupun membantah pernyataan Bilgi.Beberapa saat yang panjang berlalu, tapi Bilgi tidak mendapatkan jawaban apa-apa. Kepercayaan dirinya meningkat pesat karena Daffa tidak bereaksi maupun terus memberikan tekanan pada tubuhnya. Dia mengangkat dagunya, dengan bangga berkata, “Jadi, tidak penting sebesar apa kekayaan keluargamu karena kamu harus menghargai peraturannya di sini! Lalu, aku bekerja untuk Keluarga Ganendra. Aku telah melayani mereka dalam waktu yang lama, jadi kamu harus menunjukkan rasa hormat padaku untuk memastikan keamananmu di kota ini.”Dia begitu percaya diri sampai dia melupakan kehadiran Kate sepenuhnya.Kate mengangkat

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 250

    Diskusi Bisnis“Kamu telah membenciku sejak kita pertama bertemu. Ditambah, aku telah melakukan banyak hal jahat padamu. Aku bahkan tidak pernah menawarkan bantuan padamu.” Suara Kate perlahan melembut. Pada saat itu, dia tidak berani untuk menatap mata Daffa.Melihat segugup apa dia, Daffa tersenyum dan dengan tenang berkata, “Itu tidak benar. Kamu sudah membantuku, kamu hanya tidak menyadarinya dan itu membuktikan bahwa kamu adalah orang yang baik. Tindakanmu tidak seburuk itu. Ditambah, Kamu sudah meminta maaf dan menebusnya. Kamu sudah melakukan banyak hal sehingga pantas untuk dimaafkan.”Kate tidak menyangka dia akan mendapatkan perlakuan seperti itu dari Daffa. Namun, dia mau tidak mau merona saat dia mengingat saat terakhir kali Daffa menunjukkan kebaikan padanya. Kate ingin situasinya berjalan sesuai keinginannya, tapi dia tidak berani menyuarakannya.Napasnya berpacu seraya dia berdiri dan menatap Daffa dengan tegas. “Benar. Aku sangat membutuhkan bantuanmu, Daffa Halim.”

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 251

    Keputusan yang Tepat“Jangan melakukan hal-hal yang membuatku jengkel lagi kalau kamu setakut itu padaku. Kalau tidak, aku tidak bisa janji kamu masih akan bernapas saat kamu meninggalkan tempat ini hari ini,” ujar Daffa.Bilgi makin gemetar. Dia menengadah dan melihat Daffa tersenyum, tapi Daffa tampak tidak sungguh-sungguh bahagia. Itu hanya memperparah rasa takut Bilgi, membuat giginya bergemeletuk karena tubuhnya yang gemetar hebat. Dia tahu Daffa tidak bercanda.Dibunuh bukanlah hasil yang Bilgi perkirakan untuk dirinya sendiri dan dia tidak yakin apakah dia bisa menghentikan Daffa agar tidak menjadikan itu kenyataan. Oleh karena itu, lututnya bergoyang seperti jeli sekali lagi, tidak bisa menyokong berat tubuhnya. Otaknya kemudian menjadi kosong selama beberapa waktu.Saat lututnya mengenai lantai, menimbulkan sensasi yang tajam di kakinya, dia akhirnya kembali tersadar dari lamunannya.Saat itu terjadi, Bilgi mau tidak mau mengeluarkan teriakan yang membuat kulit semua oran

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 252

    Pemimpin penjaga keamanan itu pun panik. Dia membungkuk dalam, menjelaskan, “Maafkan saya, Tuan Halim. Kami ingin mengusir dia keluar dari hotel, tapi manajer lobi hotel sebelumnya, Samantha Wibisana, menelepon kami dan memberikan perintah tegas untuk tidak melukai pria ini. Dia juga menyuruh kami untuk membebaskan dia.”Seraya dia berbicara, dia dengan berhati-hati melirik Daffa sebelum langsung menatap ke arah lantai.Daffa menyadari tindakan orang itu, tapi tidak menyuarakan keluhannya. Lagi pula, dia tahu penjaga keamanan itu tidak bisa membantah, jadi mereka tidak bersalah. Dia meletakkan kedua tangannya pada pinggangnya, menghela napas.“Jadi, sebagai ketua keamanan, kamu seharusnya bisa membuat penilaianmu sendiri.”Pemimpin mereka mau tidak mau gemetar. Dia bisa merasakan agresi di balik perkataan Daffa dan dia merasa telah melakukan keputusan yang salah sebelumnya, membahayakan posisinya saat ini.Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain meredakan amarah Daffa supaya d

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 253

    KetakutanAlicia sekarang terlihat seperti wanita karier yang kuat.Daffa bertatapan dengannya dan baru hendak berbicara, tapi Alicia tiba-tiba berlari ke arahnya. Hal itu membuat seringai terbentuk di wajah Daffa karena dia tahu bahwa Alicia masih sama, gadis polos di hati. Seraya Daffa berdiri di sana dan menatapnya, rahangnya yang terkatup mengendur.Sepanjang waktu, Erin berdiri di samping Daffa. Dia memperhatikan ekspresinya yang berubah, kekecewaan getir terbentuk dalam hatinya. Akan tetapi, Erin tidak menyampaikan perasaannya ataupun menunjukkannya di wajahnya.Dia tahu hal-hal seperti itu akan sering terjadi di masa depan, terutama jika dia ingin terus berada di samping Daffa sebagai lebih dari sekretarisnya. Dia harus terbiasa dengan popularitas Daffa di antara para wanita.Meski begitu, Daffa tidak tahu sedikit pun apa yang sedang Erin pikirkan, juga Alicia.Pada saat itu, Alicia telah sampai di hadapan Daffa dan membungkuk secara formal untuk menyapanya dan Erin. “Teri

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 417

    “Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 416

    Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 415

    Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 414

    “Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 413

    “Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 412

    Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 411

    “Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 410

    Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 409

    Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt

DMCA.com Protection Status