Bab 2: Berkeliling di Hutan Ditemani Penonton Live Kang Arya mulai mengeluarkan kamera dari dalam tas dan mulai menekan tombol untuk menyalakannya. Setelah itu ia mengarahkan kamera itu menghadap ke wajahnya. Sumber penerangannya hanya ada dari lampu yang terpasang di kepala. Kang Arya mengatur ekspresinya selama vlog yang akan dirinya upload di sosial media itu. Maka dari itu ia memberikan tampilan menarik untuk para penonton setianya. Kang Arya berhenti untuk bersiap-siap menyapa fansya dari berbagai kalangan umur. Momen seperti ini harus diabaikan, apalagi semua orang yang ada di sini adalah penjelajah malam. “Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokaaatuh. Eh iya, dari tadi kita belum kenalan guys,” sapa Kang Arya dengan logat khas Jawa itu sedang live stream Youtube dengan kamera yang baru saja dihidupkan. Kang Arya mengambil wajah-wajah pucat yang sedari tadi kelelahan setelah menempuh pendakian yang sangat menantang. Terlihat dalam live stream formasi lengkap para Penjelaja
Bab 3: Tragedi Malam Ini Dikarenakan Putra merasa kecapekan, alhasil perjalanan ini dihentikan. Dia hampir saja pingsan, tapi Kang Arya dan yang lainnya langsung membawa Putra untuk istirahat di bawah pohon. Kebetulan cuaca sedang gerimis, Putra terlihat begitu lelah. Mereka memberikan Putra air mineral, sekarang masalahnya adalah air mineral yang mereka habis tidak ada persediaan. Mereka membiarkan Putra memulihkan tenaga lewat air dan bekal roti yang mereka bawa. Tak lupa Kang Arya menyuruh Putra untuk banyak-banyak istighfar, karena di sini bukan hanya ada mereka saja. Tapi ada juga makhluk tak kasat mata yang mungkin terganggu dengan kehadiran mereka di sini. “Bagaimana keadaan dirimu?” tanya Kang Arya. “Sudah sedikit lebih baik dari sebelumnya,” balas Putra. “Lain kali jika tidak kuat kau bilang saja. Jangan memaksakan diri, untung saja kita lihat ke belakang. Kalau enggak kau bisa tertinggal jauh di sini,” omel Ryan. “Iya deh, maaf. Lagian aku pikir tenaga ku akan kembal
Bab 4: Challenge Yang Gagal Karena Challenge kemarin gagal, mereka kembali ke rumah masing-masing. Termasuk juga Kang Arya, banyak sekali pengalaman mistis di hutan itu. Tentunya juga banyak pelajaran yang mereka dapat, salah satunya selalu ingat kepada Allah dan bersikap sopan terhadap tempat-tempat yang baru saja didatangi untuk pertama kalinya. Sore hari ini Kang Arya berada di masjid, dengan tujuan utama melihat anak pak Ustadz yang sedang mengajar ngaji. Parasnya begitu menawan dengan suara yang indah, menjadikannya candu untuk di dengar. Ia pikir hanya ada dirinya sendiri di sini, ternyata Deny dan Rendy turut menyusul. Tentu saja ia kesal, sebab fokus pandangan dari Rinda bukan ke arahnya saja. Mau mangusir pun tidak bisa, pasti Rinda berpikiran buruk tentang dirinya. Apalagi ia harus menjaga image di depan Rinda. Intinya Rinda hanya tahu dirinya yang baik, bukan yang buruk. Mau tak mau ia membiarkan Deny dan Rendy berada di sini, meski tatapan mereka sama-sama menyorot ke
Bab 5: Pembahasan Tragedi Di Tengah Hutan Gunung Lawu Kang Arya dan yang lainnya berkumpul di rumah Kang Arya untuk membicarakan tantangan apa saja yang harus dihadapi agar bisa mendapatkan hati Rinda. Mereka semua tidak bekerja untuk membicarakan masalah ini, karena menurut mereka ini sangat penting. Menyangkut masa depan diri mereka sendiri. Kang Arya menceritakan apa saja yang dilihat oleh fansnya, ketika ia melakukan siaran langsung. Rendy dan yang lainnya bergidik ngeri mendengar cerita dari Kang Arya. Banyak yang tidak masuk akal, tapi kejadian itu benar-benar mereka alami. Tidak hanya itu saja, sosok tak kasat mata hadir dan bisa mereka lihat dengan mata telanjang. “Di komen, ada yang bilang kita diikuti oleh orang berbaju hitam sampai ke tempat pasar ghaib itu. Bahkan live kita di screenshot waktu sosok itu menampakkan diri,” ucap Kang Arya. “Berbaju hitam? Pakai capil enggak?” tanya Rendy. “Pakai sih, janggutnya katanya panjang banget. Juga ada suara anak kecil lari-lar
Bab 6: Kilas Balik Pesantren Kilat Rendy memang sudah lama memiliki sifat yang hanya semaunya sendiri saat memiliki ambisi.Semua yang sedang terjadi pada para penjelajah berawal dari sebuah janji mereka saat masih sama-sama mondok di pesantren kilat milik Pak Ustadz Solihun. Saat itu mereka masih belum mengerti huruf Hijaiyah yang tak memiliki tanda baca atau istilahnya huruf pego.Mereka saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar tingkat kelima. Rata-rata dari mereka adalah anak orang biasa yang tidak terlalu fasih dengan ilmu agama. Kecuali Kang Arya yang sedari kecil memang sudah dididik untuk menjadi Hafidzoh itu oleh keluarganya. Saat itu Rendy sempat tidak mampu membaca huruf gundul yang membuatnya iri saat Pak Ustadz memuji Kang Arya. Teringat jelas dimata Deny, Putra dan Ryan yang saat itu juga tak seberapa mampu tapi tidak memiliki rasa iri seperti dirinya. Wajah Abinya yang sedikit banyak berasal dari keturunan Arab memang sangat pantas untuk dijadikan ahli ilmu agama.
Bab 7: Menemukan Sesuatu Yang Berharga Rendy selalu saja memulai perseteruan setiap bersama-sama dalam satu tempat dengan sahabat-sahabatnya. Adanya persaingan yang ia rasa harus ia menangkan adalah sebab utamanya. Kendati demikian, ia sebenarnya memiliki kepribadian yang cukup rasional dalam berbagai hal. Bahkan ia lebih cocok berprofesi sebagai seorang pebisnis karena kemampuan tawar menawarnya yang lihai. Ia juga kerap mengatakan bahwa ialah yang paling kaya suatu saat nanti. Kembali pada kisah yang saat ini sedang mereka hadapi sebagai team Sang Penjelajah Malam. Kini mereka sudah memiliki banyak subscriber dan hanya tinggal beberapa ratus lagi maka jumlahnya akan mencapai jutaan. Pagi ini Kang Arya mengumpulkan semua sahabatnya itu ke rumahnya, seperti biasa. Sepertinya akan mengadakan penjelajahan lagi untuk mencari konten lagi. Semua harus datang setelah Ashar, dan sebelum itu mereka sudah harus menyelesaikan semua pekerjaan masing-masing. Waktu telah menunjukkan pukul tig
Bab 8: Penampakan Perempuan di Warung Selepas sholat Maghrib, merekapun beranjak untuk mencari makanan. Mengisi tenaga setelah terkuras karena seharian bekerja itu. Malam ini Putra yang paling sumringah karena ia memiliki nafsu makan paling besar diantara semuanya. Jelas saja karena dialah yang paling subur diantara rekan-rekan lainnya dan di hadapannya telah tersaji makanan yang membuatnya menelan saliva berkali-kali. Kang Arya sedari awal sudah menjadi leader team Penjelajah Malam merasa sangat bertanggung jawab dengan segala tindakan dan pengambilan keputusan yang mereka buat. Sampai masalah makanan juga tak lepas dari tanggungannya. Setelah sholat di masjid dekat rumah Kang Arya, merekapun makan malam bersama di warung pinggiran atau istilah dalam daerahnya disebut angkringan. Biasanya mereka mencari yang buka tengah malam karena banyak karyawan dan penghuni kos biasa mangkal. "Kita makan di warung penyetan Bu Surya," ajak Kang Arya pada keempat lainnya. Saat ini mereka mema
Bab 9: Penampakan di Tempat Kejadian Kecelakaan Tubuh Ryan sampai berkeringat dingin, wajahnyapun terlihat sedikit pucat. Hari ini tak ada yang menyangka akan ada kejadian naas si pemakai jalan yang menjadi korban tabrakan itu. Meskipun pelakunya saat ini sedang dibawa ke kantor polisi terdekat untuk diinterogasi lebih lanjut. Ryan yang sedang melihat hasil potretannya melihat kosong ke arah benda pipih itu. Dari situlah ketiga lainnya menanyakan apa yang ia lihat sampai ketakutan seperti itu. Deny yang pertama kali sampai melongok didekat Ryan. Ia masih belum paham apa yang membuat Ryan sebegitu kagetnya. Ia bahkan sampai mengeraskan suaranya tadi dan nyaris membuat kegaduhan. Putrapun tak kalah ingin tahu, sehingga tak lama iapun menyulut pertanyaan penyebab Ryan seperti itu. "Kamu ini melihat apa sih sampai panik seperti itu?" tanya Putra dimana kini mereka saling memperhatikan satu sama lain. Termasuk Kak Arya yang juga ingin jawaban dari Ryan. "Ak_u lihat ada penampakan hant