Bab 10: Tugas Pencarian Oleh Kang Arya Kang Arya merasa ada yang perlu ia selidiki, sehingga iapun berkeinginan untuk kembali ke rumah Rendy. Maka seperti meneladani etika masyarakat, iapun meminta ijin Pak Ndan seraya berucap kalimat pertanyaan, "Jadi Rendy pergi begitu selesai sholat Isya' Pak?""Benar, setelah itu dia pergi ke arah Timur." Begitu ucap Pak Ndan yang membuatnya seketika langsung buru-buru menta'dzim beliau."Terimakasih ya Pak, saya dan teman-teman mau berkabar. Sepertinya saya punya firasat kalau dia masih ada di kota ini." Kang Arya mengambil motornya setelah mengucapkan salam pada lelaki paruh baya itu. Namun saat ia hendak memutar arah kemudinya, ada perempuan yang menyapanya dan berjalan kearahnya."Loh, Mas Arya kan?" Sapa satu suara yang ternyata milik Putri. Rupanya ia baru saja selesai mengajar di Masjid."Loh, ini kan temannya Rendy?" salam Kang Arya yang telah sejak lama mengetahui satu cerita di masa lalu Rendy. Waktu yang berlalu sangat cepat, membua
Bab 11: Bertemu Dengan Korban Kecelakaan Rendy mendatangi rumah sakit karena merasa mengenal penabraknya adalah orang yang ia bayar untuk mencari tahu siapa saja kompetitornya dalam memperebutkan hati sang pujaan hati bernama Rinda. Kang Arya memang sangat peka dengan apapun yang rekan satu teamnya itu perbuat. Karena dari masih kecil mereka selalu saja bersama-sama kan. Rendy datang, tapi ia menuju ke Masjid dan menemui Putri. Disana iapun mulai terbuka dan menceritakan sebagian besar kejadian pada waktu itu. Kang Arya tak segera mengejar Rendy, tapi ia malah menuju ke sebuah panti sosial. Kang Arya sedang ikhtiar untuk memperbanyak sedekah. Ia merasa segala yang terjadi pada rekan-rekannya tak lepas dari tulah yang mungkin saja mereka harus bersihkan dengan ibadah. Baginya sedekah adalah salah satu upaya untuk membayar tulah buruk yang ikut bersama mereka. Disana Kang Arya melihat satu sosok yang tak mungkin ia acuhkan. Karena ia adalah Rinda, sang pujaan hatinya. Rinda saat i
Bab 12: Kejadian Aneh Semalam Kang Aryapun memberi kabar pada ketiga lainnya karena semakin lama mereka merasakan ketakutan. Begitu beragam cerita mistis yang nampaknya bukan hanya dialami oleh Rendy dan Ryan, pun juga oleh Putra dan Deny. Siang itu mereka yang mendengar kabar terbaru dari Rendy berinisiatif untuk bersama-sama mencari Kang Arya. Kang Aryapun mengumpulkan mereka di Masjid. Kepada Kang Arya mereka berdua mengungkapkan kalau semalam mereka mengalami sleep paralysis atau istilah awamnya ketindihan. Sebuah kejadian yang biasanya dialami jika melakukan hal-hal yang mengundang datangnya gangguan dari mereka yang telah berbeda alam. Meskipun secara medis hal itu tak berkaitan langsung dengan hal-hal mistis. Awal mulanya Ryan melihat sosok dalam kamera ponselnya, dan di malam yang sama Ryan mimpi tentang lebih banyak lagi makhluk yang serupa dengan sosok yang sempat ia ambil fotonya saat terjadi kecelakaan itu. "Semalam apakah kalian bermimpi yang aneh-aneh?" tanya Kang
Bab 13: Perbedaan Pendapat Yang Tak Kunjung Usai Kang Arya mengeryitkan dahinya sambil menepuk-nepuk pundak Rendy sambil berujar, "Kamu ini belum paham atau bagaiamana sih sebenarnya. Tadi kan sudah kau dengar sendiri Pak Ndan bilang apa? atau ada sesuatu yang kau simpan?!" Kang Arya melihat ada satu hal yang Rendy tengah sembunyikan dan tampaknya sangat penting baginya. "Ayo, ngomong saja jangan kamu rahasiakan pada kami. Kenapa kamu jadi tidak memperhatikan bahasan kita tadi?" sambung Ryan membela Kang Arya. "Sumpah demi Alloh, aku nggak ada rahasia sama kalian. Okey, aku salah tapi ini murni untuk kebaikan kalian juga." Begitu Rendy beralasan sambil mengisyaratkan agar semuanya menghentikan interogasi itu, dengan kedua telapak tangannya yang ia ayunkan. Rendy yang seenaknya mengatakan hal itu, seperti tidak akan ada masalah saja. Padahal ia juga telah mendapatkan penglihatan yang membuat dirinya ketakutan sampai pingsan di rumah sakit. Putri yang juga hendak menuju ke rumah R
Bab 14: Salah Arah di Perjalanan Pulang Baru saja mereka merasa sedikit tenang dan jadi lebih berani, ada saja masalah yang datang. Segala arahan dan do'a yang mereka dapatkan tadi sempat membuat nyali mereka kembali. Tapi karena satu hal ini, nyali mereka jadi ciut."Jadi bagaimana rencana kalian?" tanya Pak Rustam pada Kang Arya, Rendy, Ryan, Putra dan Deny saling berurutan."Kami manut saja sama Bapak, toh kami ini jauh-jauh kesini juga karena butuh bantuan dari Bapak." Kang Arya memulai jawaban itu."Betul itu, tadinya kami dilarang keluar rumah ba'da Maghrib sama Pak Ndan, ustadz di Masjid dekat rumah kami." Kali ini Putra yang menjelaskan maksud dibalik larangan Pak Ustadz yang tadinya melarang mereka untuk bepergian."Tapi kami tetap berusaha mendatangi tempat Bapak, jadi kami sudah tidak bisa lagi memikirkan cara lain," Ryan menambahi."Kami akan kembali ke tempat itu, dan berharap saat ini ada solusi dari Bapak," lanjut Deny."Kalau saya sih, yang mana yang terbaik saja," tut
Bab :15 Memasuki Alam Lelembut"Khu ... khu ... khu," sayup terdengar suara burung hantu dari balik rimbunnya ranting pepohonan yang pasti sudah berusia lebih dari puluhan tahun.Suara degub jantung yang makin lama makin cepat, berlomba dengan lantunan ayat suci dari bibir mereka. Tak terkecuali Rendy yang paling susah diatur itu. Ia jadi sedikit menurut sejak bertemu dengan Pak Rustam tadi.Kali ini mereka sudah tak dapat berpikir jernih. Kabut mulai menutup jalanan. Malampun sudah semakin larut, hingga membuat mata mereka tak lagi menemukan sinar untuk jalan pulang kecuali dari lampu LED mobil mereka saja.Kini mereka tengah dihadapkan pada satu keadaan yang memaksa mereka berserah pada Tuhan."Kita berdzikir saja, jangan takut!" ucap saran Kang Arya yang memberikan energi positif untuk melawan rasa takut.Sudah lebih dari dua jam, mereka bahkan tak bisa keluar dari jalan terjal yang sempit dan berbatu itu.Kang Arya membaca tiga bacaan Dzikir, Tasbih, Tahmid dan Takbir. Subhanallah
Bab 16: Kilas Balik Kehidupan di Masa LaluKang Arya menggertak Nenek yang semakin membuatnya terbawa emosi itu."Jangan berani-berani kau mengganggu kami Nenek! lebih baik keluarkan kami dari alammu!"Gertakan itu rupanya berhasil.Suaranya mulai menghilang menjadi bisikan. Dan akhirnya yang terdengar hanya suara angin."Apa sebenarnya yang dia mau?" tukas Kang Arya saat ia segera menutup telponnya."Kenapa dia mau main-main sama kita?" tegas Putra."Kang, sepertinya ada pesan yang ingin ia sampaikan." Kali ini Ryan mengutarakan pendapatnya."Memangnya ada yang salah dengan kalian?" Rendy mempersalahkan salah satu dari dua orang yang berhasil melakukan panggilan itu."Aku sih nggak ada keturunan yang dibilang Pak Rustam, tapi kalau batu akik peninggalan Kakek sih ada." Putra menyahut, ia membuktikan ucapannya dengan mengeluarkan batu akik warna merah dari saku celananya."Tapi ini hanya jimat saja, tidak digunakan untuk maksud musyrik." Kembali Putra memaparkan penjelasannya pada Rend
Bab 17: Menjadi Tauladan dan Pengabdi MasyarakatSepulangnya mereka dari kediaman Pak Rustam, mereka secepatnya menuju rumah masing-masing.Matahari telah memancarkan teriknya. Hingga membuat mereka sangat kelaparan. Mereka menyempatkan makan di rumah Putra. "Kalian nanti malam kumpul di rumah, aku mau adain pengajian." Kang Arya mengabarkan pada yang lainnya sebelum diantar pulang satu-persatu."Siap, Insya Alloh," ucap mereka semua.Kini yang ada di benak mereka masing-masing adalah keinginan untuk bagaimana jika tidak kembali ke Gunung Lawu.Saat itu, sempat Kang Arya mendapatkan satu pesan masuk dari Putri, yang ternyata baru terkirim saat ini. Iapun lantas membacanya secara sembunyi-sembunyi agar Rendy tak mengetahuinya.Isinya tentang pemberiannya pada Rinda saat itu yang telah diterima Rinda, dan selain itu juga Putri menceritakan apa masalah Rendy.Sepertinya Kang Arya tidak salah menebak, Rendy memang ada hubungan dengan kejadian kecelakaan itu secara tak langsung. Tapi lebi