Bab 14: Salah Arah di Perjalanan Pulang Baru saja mereka merasa sedikit tenang dan jadi lebih berani, ada saja masalah yang datang. Segala arahan dan do'a yang mereka dapatkan tadi sempat membuat nyali mereka kembali. Tapi karena satu hal ini, nyali mereka jadi ciut."Jadi bagaimana rencana kalian?" tanya Pak Rustam pada Kang Arya, Rendy, Ryan, Putra dan Deny saling berurutan."Kami manut saja sama Bapak, toh kami ini jauh-jauh kesini juga karena butuh bantuan dari Bapak." Kang Arya memulai jawaban itu."Betul itu, tadinya kami dilarang keluar rumah ba'da Maghrib sama Pak Ndan, ustadz di Masjid dekat rumah kami." Kali ini Putra yang menjelaskan maksud dibalik larangan Pak Ustadz yang tadinya melarang mereka untuk bepergian."Tapi kami tetap berusaha mendatangi tempat Bapak, jadi kami sudah tidak bisa lagi memikirkan cara lain," Ryan menambahi."Kami akan kembali ke tempat itu, dan berharap saat ini ada solusi dari Bapak," lanjut Deny."Kalau saya sih, yang mana yang terbaik saja," tut
Bab :15 Memasuki Alam Lelembut"Khu ... khu ... khu," sayup terdengar suara burung hantu dari balik rimbunnya ranting pepohonan yang pasti sudah berusia lebih dari puluhan tahun.Suara degub jantung yang makin lama makin cepat, berlomba dengan lantunan ayat suci dari bibir mereka. Tak terkecuali Rendy yang paling susah diatur itu. Ia jadi sedikit menurut sejak bertemu dengan Pak Rustam tadi.Kali ini mereka sudah tak dapat berpikir jernih. Kabut mulai menutup jalanan. Malampun sudah semakin larut, hingga membuat mata mereka tak lagi menemukan sinar untuk jalan pulang kecuali dari lampu LED mobil mereka saja.Kini mereka tengah dihadapkan pada satu keadaan yang memaksa mereka berserah pada Tuhan."Kita berdzikir saja, jangan takut!" ucap saran Kang Arya yang memberikan energi positif untuk melawan rasa takut.Sudah lebih dari dua jam, mereka bahkan tak bisa keluar dari jalan terjal yang sempit dan berbatu itu.Kang Arya membaca tiga bacaan Dzikir, Tasbih, Tahmid dan Takbir. Subhanallah
Bab 16: Kilas Balik Kehidupan di Masa LaluKang Arya menggertak Nenek yang semakin membuatnya terbawa emosi itu."Jangan berani-berani kau mengganggu kami Nenek! lebih baik keluarkan kami dari alammu!"Gertakan itu rupanya berhasil.Suaranya mulai menghilang menjadi bisikan. Dan akhirnya yang terdengar hanya suara angin."Apa sebenarnya yang dia mau?" tukas Kang Arya saat ia segera menutup telponnya."Kenapa dia mau main-main sama kita?" tegas Putra."Kang, sepertinya ada pesan yang ingin ia sampaikan." Kali ini Ryan mengutarakan pendapatnya."Memangnya ada yang salah dengan kalian?" Rendy mempersalahkan salah satu dari dua orang yang berhasil melakukan panggilan itu."Aku sih nggak ada keturunan yang dibilang Pak Rustam, tapi kalau batu akik peninggalan Kakek sih ada." Putra menyahut, ia membuktikan ucapannya dengan mengeluarkan batu akik warna merah dari saku celananya."Tapi ini hanya jimat saja, tidak digunakan untuk maksud musyrik." Kembali Putra memaparkan penjelasannya pada Rend
Bab 17: Menjadi Tauladan dan Pengabdi MasyarakatSepulangnya mereka dari kediaman Pak Rustam, mereka secepatnya menuju rumah masing-masing.Matahari telah memancarkan teriknya. Hingga membuat mereka sangat kelaparan. Mereka menyempatkan makan di rumah Putra. "Kalian nanti malam kumpul di rumah, aku mau adain pengajian." Kang Arya mengabarkan pada yang lainnya sebelum diantar pulang satu-persatu."Siap, Insya Alloh," ucap mereka semua.Kini yang ada di benak mereka masing-masing adalah keinginan untuk bagaimana jika tidak kembali ke Gunung Lawu.Saat itu, sempat Kang Arya mendapatkan satu pesan masuk dari Putri, yang ternyata baru terkirim saat ini. Iapun lantas membacanya secara sembunyi-sembunyi agar Rendy tak mengetahuinya.Isinya tentang pemberiannya pada Rinda saat itu yang telah diterima Rinda, dan selain itu juga Putri menceritakan apa masalah Rendy.Sepertinya Kang Arya tidak salah menebak, Rendy memang ada hubungan dengan kejadian kecelakaan itu secara tak langsung. Tapi lebi
Bab :18 Akibat Berulah Berujung Masalah"Ada saksi yang melihat bahwa kamu sedang berurusan dengan anak kampung sebelah."Begitu ungkap Kang Arya, padahal sebenarnya melalui Putrilah ia mendapatkan kejelasan apa sebab Rendy selalu saja menjauh dan seolah tak mau mengikuti rencana para team Penjelajah Malam itu.Mendengar itu tentu saja yang diajak bicara mendadak terkejut. Tapi entah kenapa ia masih merasa aman karena Kang Arya bukan orang yang suka menjahati teman-temannya."Rendy, aku tanya sekali lagi. Apa kamu mengenal pemotor yang menyebabkan kecelakaan itu?" ulang Kang Arya."A_ku tidak tau apa-apa tentang itu!" elak Rendy tetap berusaha tenang meski iapun mulai merasa tak nyaman. Ekor matanya mengitari sisi kanan dan kirinya, seakan acuh pada Kang Arya."Masih saja kamu mengelak, aku sudah tau semuanya. Jadi tak perlu lagi kamu tutupi. Kita semua pasti mau mendengar dan membantumu, kenapa kamu mesti berbohong pada kita?" sambung Kang Arya sembari menggelengkan kepala keheranan.
Bab 19: Tim Syiar PenjelajahPengajian hari itu berjalan dengan cukup khidmat, dan berlangsung hanya sampai Isya' karena dilanjutkan dengan sholat berjamaah di Masjid dekat rumah Kang Arya.Selepas pengajian itu, semua pengikut segera pulang dan tersisa kelima sahabat saja yang membicarakan masalah semalam dengan Pak Ndan dan Pak Ustadz Solihun yang sekaligus Ketua RW setempat.Hidangannya hanya sekedar untuk mengisi obrolan, seperti pisang goreng, teh, kopi dan kacang rebus. Meski begitu semuanya sangat senang dan merasa cukup.Saat ini kelimanya sedang dihadapkan pada kekuatan makhluk lain yang menampakkan wujudnya. Semuanya mulai tak berjalan seperti biasa, dan perlu segera berbenah agar kedepannya tidak semakin salah jalan.Awal mula kejadian mereka ungkapkan, tentang apa yang mereka takutkan jika tak kembali ke Gunung Lawu. Karena banyak yang tidak bisa pulang kembali setelah bermain-main dengan dunia mereka.Mereka meminta do'a agar tak terkendala apapun saat melakukan perjalana
Bab 20: Sesuatu Yang Tak Bisa DitukarUstadz Solihun telah lebih dulu berpamitan karena ada keperluan sebagai petugas sosial wilayahnya. Beliau lantas meninggalkan mereka setelah semuanya menta'dzim beliau.Kini tinggal mereka dan Pak Ndan yang mengisi waktu dengan mengisahkan satu cerita dari pengalamanannya ketika masih menyukai aktifitas naik gunung untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.Pak Ndan saat itu baru berusia tujuh belas tahun, saat masih tinggal di pesantren. Iapun membuka lembaran memori yang sudah lama terpendam."Saat itu ada aku dan teman-temanku tinggal di pesantren. Menyambut datangnya bulan Ramadhan, biasanya ada acara nyekar atau ziarah. Tapi sebelum datangnya bulan puasa biasanya kami ini suka naik gunung."Beliau mengingat jelas ada sebuah kisah masa lalu yang selalu ada dalam ingatannya. Seperti yang kelima pemuda ini rasakan.Pak Ndan melanjutkan ceritanya, "Aku, Fachrul, dan Hussein bersahabat sampai sekarang. Tapi saat itu kami berjumlah total sepuluh
Bab :21 Pertemuan Yang Tak DisangkaRupanya Pak Ustadz sedang dirawat intesif di ICU rumah sakit yang sama dengan korban kecelakaan tempo hari.Saat berjalan menuju ruang beliau, Rendy berkali-kali menyembunyikan wajahnya dari ruangan yang ia lewati. Sudut gelap, toilet, serta kamar mayat. Ia masih sangat trauma akan penampakan makhluk tinggi besar itu.Apa yang dirasakan oleh Rendy adalah rasa trauma saat melihat sosok hitam tinggi besar itu. Meskipun saat ini ia tak sendiri dan keadaanya sangat ramai. Banyak pengunjung rumah sakit yang masih ada di sepanjang koridor. Tidak seperti saat Rendy datang waktu itu, lewat jam besuk dan hampir tengah malam hingga tak ada satupun yang lewat.Ia melihat satu ruangan di samping koridor yang pernah ia kenal, dimana itu adalah ruangan si korban tabrakan itu.Yang Rendy pikirkan saat ini supaya mampu menyelesaikan semua masalahnya bersama Kang Arya. Iapun mencoba mengajak Kang Arya bertemu dengan perempuan itu setelah menjenguk Pak Ustadz tentunya