Bab :18 Akibat Berulah Berujung Masalah"Ada saksi yang melihat bahwa kamu sedang berurusan dengan anak kampung sebelah."Begitu ungkap Kang Arya, padahal sebenarnya melalui Putrilah ia mendapatkan kejelasan apa sebab Rendy selalu saja menjauh dan seolah tak mau mengikuti rencana para team Penjelajah Malam itu.Mendengar itu tentu saja yang diajak bicara mendadak terkejut. Tapi entah kenapa ia masih merasa aman karena Kang Arya bukan orang yang suka menjahati teman-temannya."Rendy, aku tanya sekali lagi. Apa kamu mengenal pemotor yang menyebabkan kecelakaan itu?" ulang Kang Arya."A_ku tidak tau apa-apa tentang itu!" elak Rendy tetap berusaha tenang meski iapun mulai merasa tak nyaman. Ekor matanya mengitari sisi kanan dan kirinya, seakan acuh pada Kang Arya."Masih saja kamu mengelak, aku sudah tau semuanya. Jadi tak perlu lagi kamu tutupi. Kita semua pasti mau mendengar dan membantumu, kenapa kamu mesti berbohong pada kita?" sambung Kang Arya sembari menggelengkan kepala keheranan.
Bab 19: Tim Syiar PenjelajahPengajian hari itu berjalan dengan cukup khidmat, dan berlangsung hanya sampai Isya' karena dilanjutkan dengan sholat berjamaah di Masjid dekat rumah Kang Arya.Selepas pengajian itu, semua pengikut segera pulang dan tersisa kelima sahabat saja yang membicarakan masalah semalam dengan Pak Ndan dan Pak Ustadz Solihun yang sekaligus Ketua RW setempat.Hidangannya hanya sekedar untuk mengisi obrolan, seperti pisang goreng, teh, kopi dan kacang rebus. Meski begitu semuanya sangat senang dan merasa cukup.Saat ini kelimanya sedang dihadapkan pada kekuatan makhluk lain yang menampakkan wujudnya. Semuanya mulai tak berjalan seperti biasa, dan perlu segera berbenah agar kedepannya tidak semakin salah jalan.Awal mula kejadian mereka ungkapkan, tentang apa yang mereka takutkan jika tak kembali ke Gunung Lawu. Karena banyak yang tidak bisa pulang kembali setelah bermain-main dengan dunia mereka.Mereka meminta do'a agar tak terkendala apapun saat melakukan perjalana
Bab 20: Sesuatu Yang Tak Bisa DitukarUstadz Solihun telah lebih dulu berpamitan karena ada keperluan sebagai petugas sosial wilayahnya. Beliau lantas meninggalkan mereka setelah semuanya menta'dzim beliau.Kini tinggal mereka dan Pak Ndan yang mengisi waktu dengan mengisahkan satu cerita dari pengalamanannya ketika masih menyukai aktifitas naik gunung untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.Pak Ndan saat itu baru berusia tujuh belas tahun, saat masih tinggal di pesantren. Iapun membuka lembaran memori yang sudah lama terpendam."Saat itu ada aku dan teman-temanku tinggal di pesantren. Menyambut datangnya bulan Ramadhan, biasanya ada acara nyekar atau ziarah. Tapi sebelum datangnya bulan puasa biasanya kami ini suka naik gunung."Beliau mengingat jelas ada sebuah kisah masa lalu yang selalu ada dalam ingatannya. Seperti yang kelima pemuda ini rasakan.Pak Ndan melanjutkan ceritanya, "Aku, Fachrul, dan Hussein bersahabat sampai sekarang. Tapi saat itu kami berjumlah total sepuluh
Bab :21 Pertemuan Yang Tak DisangkaRupanya Pak Ustadz sedang dirawat intesif di ICU rumah sakit yang sama dengan korban kecelakaan tempo hari.Saat berjalan menuju ruang beliau, Rendy berkali-kali menyembunyikan wajahnya dari ruangan yang ia lewati. Sudut gelap, toilet, serta kamar mayat. Ia masih sangat trauma akan penampakan makhluk tinggi besar itu.Apa yang dirasakan oleh Rendy adalah rasa trauma saat melihat sosok hitam tinggi besar itu. Meskipun saat ini ia tak sendiri dan keadaanya sangat ramai. Banyak pengunjung rumah sakit yang masih ada di sepanjang koridor. Tidak seperti saat Rendy datang waktu itu, lewat jam besuk dan hampir tengah malam hingga tak ada satupun yang lewat.Ia melihat satu ruangan di samping koridor yang pernah ia kenal, dimana itu adalah ruangan si korban tabrakan itu.Yang Rendy pikirkan saat ini supaya mampu menyelesaikan semua masalahnya bersama Kang Arya. Iapun mencoba mengajak Kang Arya bertemu dengan perempuan itu setelah menjenguk Pak Ustadz tentunya
Bab 22: Belum Siap MenikahDisaat yang lain sedang mempertahankan hidup, rupanya ada satu yang mempermainkannya. Itulah Rendy yang saat ini berusaha memperbaiki sikapnya yang membuat nyawa orang lain hampir menghilang.Ia belum dapat membuktikan kesalahannya itu tak berhubungan secara langsung dengannya, tapi mencoba menutup rahasia dengan cara apapun itu merupakan tanda ia belum sepenuhnya dewasa."Aku mau kamu merahasiakan kedatangan kami ke pasien Serina. Karena kami ini merasa ikut bersalah atas kejadian yang menimpanya." Begitu Kang Arya memaparkan permasalahan pelik yang Rendy sebabkan.Ia memakai kata 'kami' sekedar ingin membuat suster yang wajahnya sangat lembut itu sedikit bersimpati pada mereka berdua."Apa masalahnya yang membuat kalian ini yang bukan keluarganya merasa seperti itu?" tanyanya kemudian.Suster Intan adalah sosok yang ramah, baik, dan selalu bersikap sederhana sejak awal berteman dengan Kang Arya. Ia bukan perempuan yang suka berteman dengan banyak orang. Bi
Bab 23: Diantara Dua PilihanRendy tak mampu menolak permintaan Kang Arya dan suster Intan. Alhasil iapun menyanggupinya. Tapi sepertinya masih ada yang mengganjal. Keputusan itu agaknya masih ia perhitungkan bagaimana nantinya. Agar ia sendiri tak merasa ditinggalkan semua rekan-rekannya dalam bersaing memperebutkan Rinda.Suster Intan menyerahkan semuanya pada mereka, dan iapun pergi untuk merawat pasien lain. Tinggal mereka berdua saja yang masih duduk ditempat itu meneruskan obrolan mereka.Rendy kembali menegaskan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. "Aku sih nggak masalah kalau harus pura-pura, toh ini juga demi menyelamatkan dia. Niatku menikah hanya untuk pilihan hatiku masih berlaku kan?" sanggahnya pada pencetus ide. Meskipun jauh dalam hatinya ada rasa kecewa yang mendalam, tapi ini adalah satu bentuk perjuangan.Ia masih ingin menikahi Rinda, meskipun banyak sekali yang memutar pemikirannya itu. Baginya ini tantangan terberat yang melebihi ketakutannya saat naik gunu
Bab 24: Pesan Dalam Secarik KertasWadah aluminium tempat makan pasien terlepas dari pegangan tangan suster Intan.Itu karena suster Intan tak menyangka. Jelas ia sangat kaget saat Serina membentaknya seperti itu.Saat ini Serina juga sedang dalam masa frustasinya, ia sampai memegangi kepalanya karena bunyi tadi agaknya memekakkan telinganya."Maaf maaf, aku tidak sengaja!" ucap suster Intan.Serina menceritakan apa sebab ia murka setelah membaca pesan singkat Ibunya. "Aku yang semestinya minta maaf, suster. Ini semua karena keluargaku yang terus-terusan memaksaku menuruti keinginannya," sesal Serina.Ia berujar bahwa pernikahannya segera akan dilangsungkan setelah ia telah pulih dan kembali dari rumah sakit.Hal inilah yang membuat emosinya meledak, ia tak mungkin menerima keputusan sepihak ini begitu saja.Ada pengharapan yang tidak terpenuhi yang hanya akan menyiksanya lambat laun. Ia takut jika nasibnya akan setragis kawan-kawannya di kampung yang tak berhasil menolak pernikahan
Bab 25: Membuka Lembaran BaruKang Arya baru saja membuka ponselnya, rupanya tadinya sedang mengisi daya hingga terpaksa mematikannya dini hari tadi.Kang Arya baru saja membaca pesan dari suster Intan, lalu Rendy. Iapun segera menelpon kembali sahabatnya itu.Rendy yang merasa mendapatkan kesempatan untuk melepas rengkuhan tangan Serina, segera saja menepikan motornya di sisi jalan yang sepi.Sambil mengamati sekitar, iapun mengatakan pada Serina apa yang ingin ia sampaikan."Maaf, mau nerima telepon dulu. Kita berhenti sebentar di tikungan," pinta Rendy yang berusaha tak menyakiti perasaan Serina.Serinapun mendengar bunyi yang dihasilkan oleh ponsel Rendy. Iapun mau melepaskan pegangannya di pinggang Rendy.Saat ini Serina merasa sangat nyaman dan merasa Rendy adalah pria paling tepat yang telah dikirim oleh Alloh padanya.Ia seakan sudah mengenal Rendy sejak lama. Mungkin ini sebabnya ia tetap mengikuti gerak-gerik Rendy meski sedang menelpon. Pandangannya tak mau lepas dari sosok