Bab 20: Sesuatu Yang Tak Bisa DitukarUstadz Solihun telah lebih dulu berpamitan karena ada keperluan sebagai petugas sosial wilayahnya. Beliau lantas meninggalkan mereka setelah semuanya menta'dzim beliau.Kini tinggal mereka dan Pak Ndan yang mengisi waktu dengan mengisahkan satu cerita dari pengalamanannya ketika masih menyukai aktifitas naik gunung untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.Pak Ndan saat itu baru berusia tujuh belas tahun, saat masih tinggal di pesantren. Iapun membuka lembaran memori yang sudah lama terpendam."Saat itu ada aku dan teman-temanku tinggal di pesantren. Menyambut datangnya bulan Ramadhan, biasanya ada acara nyekar atau ziarah. Tapi sebelum datangnya bulan puasa biasanya kami ini suka naik gunung."Beliau mengingat jelas ada sebuah kisah masa lalu yang selalu ada dalam ingatannya. Seperti yang kelima pemuda ini rasakan.Pak Ndan melanjutkan ceritanya, "Aku, Fachrul, dan Hussein bersahabat sampai sekarang. Tapi saat itu kami berjumlah total sepuluh
Bab :21 Pertemuan Yang Tak DisangkaRupanya Pak Ustadz sedang dirawat intesif di ICU rumah sakit yang sama dengan korban kecelakaan tempo hari.Saat berjalan menuju ruang beliau, Rendy berkali-kali menyembunyikan wajahnya dari ruangan yang ia lewati. Sudut gelap, toilet, serta kamar mayat. Ia masih sangat trauma akan penampakan makhluk tinggi besar itu.Apa yang dirasakan oleh Rendy adalah rasa trauma saat melihat sosok hitam tinggi besar itu. Meskipun saat ini ia tak sendiri dan keadaanya sangat ramai. Banyak pengunjung rumah sakit yang masih ada di sepanjang koridor. Tidak seperti saat Rendy datang waktu itu, lewat jam besuk dan hampir tengah malam hingga tak ada satupun yang lewat.Ia melihat satu ruangan di samping koridor yang pernah ia kenal, dimana itu adalah ruangan si korban tabrakan itu.Yang Rendy pikirkan saat ini supaya mampu menyelesaikan semua masalahnya bersama Kang Arya. Iapun mencoba mengajak Kang Arya bertemu dengan perempuan itu setelah menjenguk Pak Ustadz tentunya
Bab 22: Belum Siap MenikahDisaat yang lain sedang mempertahankan hidup, rupanya ada satu yang mempermainkannya. Itulah Rendy yang saat ini berusaha memperbaiki sikapnya yang membuat nyawa orang lain hampir menghilang.Ia belum dapat membuktikan kesalahannya itu tak berhubungan secara langsung dengannya, tapi mencoba menutup rahasia dengan cara apapun itu merupakan tanda ia belum sepenuhnya dewasa."Aku mau kamu merahasiakan kedatangan kami ke pasien Serina. Karena kami ini merasa ikut bersalah atas kejadian yang menimpanya." Begitu Kang Arya memaparkan permasalahan pelik yang Rendy sebabkan.Ia memakai kata 'kami' sekedar ingin membuat suster yang wajahnya sangat lembut itu sedikit bersimpati pada mereka berdua."Apa masalahnya yang membuat kalian ini yang bukan keluarganya merasa seperti itu?" tanyanya kemudian.Suster Intan adalah sosok yang ramah, baik, dan selalu bersikap sederhana sejak awal berteman dengan Kang Arya. Ia bukan perempuan yang suka berteman dengan banyak orang. Bi
Bab 23: Diantara Dua PilihanRendy tak mampu menolak permintaan Kang Arya dan suster Intan. Alhasil iapun menyanggupinya. Tapi sepertinya masih ada yang mengganjal. Keputusan itu agaknya masih ia perhitungkan bagaimana nantinya. Agar ia sendiri tak merasa ditinggalkan semua rekan-rekannya dalam bersaing memperebutkan Rinda.Suster Intan menyerahkan semuanya pada mereka, dan iapun pergi untuk merawat pasien lain. Tinggal mereka berdua saja yang masih duduk ditempat itu meneruskan obrolan mereka.Rendy kembali menegaskan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. "Aku sih nggak masalah kalau harus pura-pura, toh ini juga demi menyelamatkan dia. Niatku menikah hanya untuk pilihan hatiku masih berlaku kan?" sanggahnya pada pencetus ide. Meskipun jauh dalam hatinya ada rasa kecewa yang mendalam, tapi ini adalah satu bentuk perjuangan.Ia masih ingin menikahi Rinda, meskipun banyak sekali yang memutar pemikirannya itu. Baginya ini tantangan terberat yang melebihi ketakutannya saat naik gunu
Bab 24: Pesan Dalam Secarik KertasWadah aluminium tempat makan pasien terlepas dari pegangan tangan suster Intan.Itu karena suster Intan tak menyangka. Jelas ia sangat kaget saat Serina membentaknya seperti itu.Saat ini Serina juga sedang dalam masa frustasinya, ia sampai memegangi kepalanya karena bunyi tadi agaknya memekakkan telinganya."Maaf maaf, aku tidak sengaja!" ucap suster Intan.Serina menceritakan apa sebab ia murka setelah membaca pesan singkat Ibunya. "Aku yang semestinya minta maaf, suster. Ini semua karena keluargaku yang terus-terusan memaksaku menuruti keinginannya," sesal Serina.Ia berujar bahwa pernikahannya segera akan dilangsungkan setelah ia telah pulih dan kembali dari rumah sakit.Hal inilah yang membuat emosinya meledak, ia tak mungkin menerima keputusan sepihak ini begitu saja.Ada pengharapan yang tidak terpenuhi yang hanya akan menyiksanya lambat laun. Ia takut jika nasibnya akan setragis kawan-kawannya di kampung yang tak berhasil menolak pernikahan
Bab 25: Membuka Lembaran BaruKang Arya baru saja membuka ponselnya, rupanya tadinya sedang mengisi daya hingga terpaksa mematikannya dini hari tadi.Kang Arya baru saja membaca pesan dari suster Intan, lalu Rendy. Iapun segera menelpon kembali sahabatnya itu.Rendy yang merasa mendapatkan kesempatan untuk melepas rengkuhan tangan Serina, segera saja menepikan motornya di sisi jalan yang sepi.Sambil mengamati sekitar, iapun mengatakan pada Serina apa yang ingin ia sampaikan."Maaf, mau nerima telepon dulu. Kita berhenti sebentar di tikungan," pinta Rendy yang berusaha tak menyakiti perasaan Serina.Serinapun mendengar bunyi yang dihasilkan oleh ponsel Rendy. Iapun mau melepaskan pegangannya di pinggang Rendy.Saat ini Serina merasa sangat nyaman dan merasa Rendy adalah pria paling tepat yang telah dikirim oleh Alloh padanya.Ia seakan sudah mengenal Rendy sejak lama. Mungkin ini sebabnya ia tetap mengikuti gerak-gerik Rendy meski sedang menelpon. Pandangannya tak mau lepas dari sosok
Bab 26: Siasat Terselubung Suster IntanPagi ini Kang Arya, Rendy dan Putra berencana membesuk Tondo. Ryan dan Deny tidak ikut dengan mereka karena masih ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan.Pada Kang Arya, Ryan dan Deny memberikan satu pesan agar mereka tidak dilibatkan dengan masalah kecelakaan itu. Mereka akan fokus membantu Pak Ustadz sampai bisa pulih kembali."Kita harus lebih hati-hati dengan masalah ini Kang," Rendy berpesan. Ia merasa ada buntut dari ini semua. Mungkin Tondo memiliki musuh atau preman lain yang ia berikan bagian uang dari Rendy kala itu."Aku sih merasa tidak akan ada masalah, karena ini semua kan murni kesalahan Tondo yang berkendara dengan kebut!" Kang Arya mengutarakan opininya.Disinyalir Tondo memang agak sedikit mabuk setelah menghadiri hajatan. Itulah kabar yang Kang Arya dapatkan dari beberapa sumber di kampung lain tempat terakhir Tondo singgah.Kini yang mereka upayakan uang untuk membebaskannya yang mungkin saja tak sedikit, dan yang paling m
Bab 27: Sang Penafsir MimpiSelepas sholat, ia masih saja memikirkan mimpi itu. Hal ini membuatnya resah.Tidurnya tak lagi nyaman, rasa yang sangat menyiksanya saat ini. Beberapa kali Kang Arya mengubah posisi tidurnya yang mestinya miring ke kanan.Meski Kang Arya menyangsikan sendiri mimpi yang membuatnya ngeri itu, tapi ia tetap ingin mencari tahu jawabannya.Mungkin jika mimpi itu adalah satu firasat, maka tak ada salahnya ia berusaha memecahkannya lewat bantuan orang yang paham atau memiliki keistimewaan seperti penafsir mimpi.Ia jadi teringat salah satu temannya yang pernah menanyakan pada teman lain yang memang memiliki kemampuan seperti itu.Namanya Fauz, ia adalah salah satu murid penghafal Al-Qur'an di kampungnya. Teman Putri yang juga sering menjadi pentugas Iqomah di Masjid itu.Kang Arya mencoba meminta nomor kontak pada temannya, karena ia ingin segera mengirimkan pesan pada Fauz, dan berharap ia mampu memberikan pandangan untuk kedepannya.Fauz yang menerima pesan itu