Bab 32: Tetangga Bukan ManusiaSuara kukuk burung hantu dan binatang malam yang mulai memecahkan kesunyian menambah kengerian di rumah suster Intan.Para tetangga juga sudah beristirahat. Waktunya mereka beranjak untuk pulang."Sudah jam segini, lebih baik kita pulang saja." Kang Arya mengingatkan sahabatnya itu."Ah iya, kok ya nggak kerasa kita sampai kelupaan seperti ini!" jelas Rendy sampai hampir menepuk dahinya sendiri.Suster Intan dan Serina mengantarkan mereka sampai depan pintu."Kami mau pulang dulu!" seru Rendy."Hati-hati di jalan, kita bahas lagi besok!" suster Intan datang pada mereka dan berpesan."Iya, kalian juga istirahat yang tenang. Jangan aneh-aneh, nanti kamu nggak diajak Kang Arya loh!" sindir Rendy pada Serina sambil mencubit hidungnya."Ih, jahat." Serina tak sempat mengelak dari keisengan tingkah Rendy itu.Kang Arya lalu berpamitan, dan segera mengambil motor dengan Rendy untuk pulang ke rumah masing-masing."Antar aku ke tempat Tondo sebentar, aku mau bicar
Bab 33: Akibat Kurangnya Didikan AgamaPagi ini tak ada yang bisa dilakukan selain hanya beraktifitas keseharian. Namun ada saat Kang Arya merasa perlu mencari tahu tentang kisah yang sebenarnya dialami oleh pemilik rumah kosong semalam.Sempat Kang Arya mencari tahu sendiri kejadian apa saja yang pernah dialami tetangga sekitar rumah kosong itu.Beberapa memang tak pernah merasa takut dan tak tertarik untuk membahasnya. Ada juga yang menganggap hal seperti itu sudah biasa. Namun, bagi beberapa yang memang tertarik pada kisah mereka menjelaskan bagaimana kisah yang dialami penghuni rumah itu pada Kang Arya. Satu tetangga di seberang rumah itu mengingat saat pemilik rumah yang berisi empat anggota keluarga itu selalu menyapa mereka setiap bertemu.Mereka saat itu adalah salah satu keluarga terpandang yang berkelakuan baik. Bahkan tak mungkin mereka sampai berurusan dengan klenik.Mereka menebusnya dengan nyawa mereka, saat bepergian. Mereka meninggal karena mobil yang mereka tumpangi te
Bab 34: Maksud Dibalik SegalanyaKang Arya mulai merasa kalau makin lama ia jadi mengingkari janjinya untuk setia kawan dalam persaingan mencari simpati pada Rinda.Pastinya jika saat ini diketahui oleh yang lainnya, maka bisa dipastikan akan terjadi perselisihan.Kang Arya mengakuinya pada Rinda, dan mencoba untuk lebih introspeksi dirinya saat ini."Aku sebenarnya sangat takut mendekatimu, tapi ..." ucapnya sedikit terbata. Ia ragu saat ini kalau Rinda jadi tidak berpikir sama sepertinya.Takut ada kesalah pahaman, atau malah makin memperkeruh keadaan."Kalau boleh terus terang, sebenarnya Rinda sendiri juga bingung karena beberapa kali Rendy menyatakan perasaannya. Mungkin saja ia mencari celah untuk menjadi yang paling cepat, tapi kenapa sepertinya diriku jadi bahan pertaruhan?" ungkap Rinda dengan polosnya."Apa benar begitu?" tanya Kang Arya yang sudah pasti sedikit tak percaya. Tapi hal ini sudah sewajarnya terjadi, karena iapun hapal dengan sifat sahabat-sahabatnya itu."Putri
Bab 35: Upaya Menyelamatkan SahabatJelas saja Ryan jadi bertanya padanya, "Minta tolong apa, Kang?""Kita harus bantu Serina, tapi panggil Rinda dan Putri dulu," ucap Kang Arya.Disaat mereka semua sedang memikirkan tentang acara untuk membersihkan aura negatif rumah kosong itu, termasuk membuang benda-benda yang menyesatkan bagi penduduk, terbersit satu pemikiran Kang Arya untuk memanggil Serina."Aku mana bisa bantu sih, Kang?" elak Ryan."Bisa, nanti kuatur sebuah rencana. Kamu hanya harus bisa mengalihkan perhatian Rendy saja." Begitu anjuran Kang Arya demi kebaikan mereka bersama.Kang Arya memilih Rinda dan Putri yang nantinya membantu Serina dengan menemaninya jika sampai Rendy keterlaluan.Tapi Kang Arya memerintahkan agar mereka tetap merahasiakannya saja, agar Serina tidak terguncang psikisnya.Apalagi saat ini Serina sedang berada dalam masa pemulihannya, dan jelas sangat riskan kondisinya jika ia jadi makin stress.Meskipun hati Serina sudah memilih Rendy, tapi belum tent
Bab 36: Perkumpulan Yang MeresahkanKang Arya mulai sering menemui Tondo, sekedar ingin tahu lebuh jelas tentang segala rencana yang Rendy sembunyikan darinya dan yang lainnya.Saat ini, Kang Arya sedang berada di teras rumah Tondo. Padanya, Tondo menceritakan saat itu ada satu kelompok yang menamakan dirinya Gank Klenger."Jadi dia itu sedang ingin memata-matai ketua Gank Klenger." Begitu ia menuturkan pada Kang Arya.Tampak di wajah Tondo, ada satu ketakutan yang tak bisa ia jelaskan. Melihat situasi yang tak berjalan seperti seharusnya, hanya karena kecerobohannya sendiri.Udara malam mulai dingin, tapi tak sekalipun menyurutkan upaya Kang Arya untuk segera menuntaskan segala unek-unek akan rasa keingin tahuannya itu.Kembali ia menuturkan detail yang menceritakan tentang kelompok yang masih terhitung baru ada itu. Berawal saat penjabaran tentang profil mereka. Dimana istilah 'klenger' sendiri jika diartikan adalah suatu keadaan saat orang sedang mabuk. Dalam konteksnya mereka selal
Bab 37: Perseteruan Rendy dan TondoEsoknya, Kang Arya mulai mendatangi rumah Ryan kembali. Mereka masih membahas seputar acara pengajian yang sudah harus mereka sebarkan undangannya.Beberapa jam mereka habiskan untuk menyelesaikan tugas itu, dan saatnya mereka kembali ke rumah Ryan."Alhamdulillah, semuanya sudah beres." Kang Arya dan Ryan menghela nafas setelah seharian membagikan undangan pada ketua RT setempat."Laporan gih sama Pak Ndan!" celetuk Ryan.Siang itu Kang Arya tidak bekerja, dan akan merapelnya sepulangnya dari rumah Ryan."Nanti aku ke Masjid, sekalian tanya apa ada yang bisa aku beli." Kang Arya menyesap suguhan teh hangat yang dibuat Ryan."Kita ini sangat beruntung, masih bisa menjalankan aktifitas kita selaras dengan urusan akhirat, meskipun kerja itu juga termasuk ibadah.""Iya, kita beruntung tidak terlalu mengikuti arus perkembangan jaman yang semakin tidak jelas mengarah kemana."Percakapan mereka mendadak harus terhenti karena ada nomor tak dikenal masuk ke
Bab 38: Mencoba Mengulang KembaliDisaat Kang Arya mulai jengah dengan segala kelakuan sahabatnya itu, ada satu kabar yang membuatnya urung niat untuk pergi."Ada telepon dari Rinda!" ujarnya tak dirahasiakan agar Rendy mau sedikit melihat padanya.Rendy tak ayal seperti musang yang terkena jebakan pemburu, dia tampak salah tingkah."Wa'alaikumussalam, ada apa Rinda?" tanya Kang Arya lembut dan nampak memanas-manasi siapapun yang memiliki perasaan pada Rinda.Pasti emosi Rendy sedang mendidih dan risih mendengar intonasi Kang Arya yang seakan dibuat-buat itu.Tapi Rendy tentu saja memahami bahwa Kang Arya sengaja melakukan itu agar ia merasa cemburu. Rendypun mulai menenangkan emosinya yang meletup tadi Kang Arya kembali melanjutkan obrolannya, "Baiklah, aku dan Rendy segera ketempatmu." Begitu pembicaraan antara keduanya diakhiri.Suara Kang Arya yang tadinya naik beberapa oktaf, kini mulai normal."Rendy, kamu masih mau disini atau ikut aku?" tawaran untuk mengajak itu keluar dari
Bab 39: Rahasia Terdalam SerinaAda saatnya semua yang sangat mereka harapkan, mulai saat ini mengubah hari-hari mereka. Seperti tak akan dipenuhi oleh kegelisahan sekian lama menyelimuti pikiran mereka. Mereka pastikan akan berjalan lurus kedepan, melupakan masa lalu yang tak perlu untuk diingat kembali."Alhamdulillah, kita harusnya lebih banyak bersyukur karena Alloh memberikan kita kesempatan untuk bersahabat." Kang Arya berucap sembari menatap arah langit dari teras tempat mereka bercengkrama malam ini.Bulanpun tampak terlihat sangat padu dengan udara yang tak begitu dingin. Bintang dengan bermacam kerlipnya, turut menghias aksen warna biru gelap.Mendengar itu, Serina dan Rinda ikut mengucapkan bacaan yang sama dengannya."Lalu, kalau boleh tanya. Bagaimana kalau kalian mulai menjalin hubungan saja!" saran Serina selaras dengan isi pikiran keduanya yang menunggu untuk saling memulai.Wajah Rindapun sedikit memerah, dan tampak seperti sedang menyembunyikan perasaan yang sama deng
Bab 80: Akhir Sebuah Keputus-asaan Semuanya kini dihadapkan pada satu keadaan yang sulit, dimana segalanya pasti akan berakhir, seperti saat pertama kali memulai. Segala perwujudan kuasa Sang Khalik yang memaknai perjalanan itu, dimana tak ada detik waktu terbuang percuma untuk menemukan kesejatian diri yang pada awalnya terabaikan. Serupa manusia yang lalai meski juga banyak yang sadar siapa dirinya saat segala rintangan menghadang. Meski waktu yang mereka lalui masih sangat singkat. Perjalanan kali ini semestinya menyadarkan semuanya bahwa mereka berpacu dengan tambahan dinginnya angin di ketinggian ratusan meter diatas laut. Diantara rindang dan desau hembusan angin yang perlahan memasuki kerongkongan mereka setelah sebegitu beratnya digunakan untuk bernafas. Para pendaki Gunung Lawu malam ini sudah sampai ke tempat yang mereka tuju. Dinginnya angin meresap ke dalam pori-pori. Bulan yang tadinya bersinar terang, kini mulai meredup. Suasana temaram yang sangat kental terasa o
Bab 79: Kedatangan Sesepuh Ke Lokasi Pendakian"Kata sesepuh lebih baik kita duduk saja. Jangan berbuat apa-apa selain kita bacakan do'a. Biarkan saja si Cahyo begitu, atau kita ikat saja biar tidak lepas!" kata Adhya pada Agung. Mereka membuat satu keputusan ditengah kegentingan situasi itu. Sesepuh mereka yang memberikan saran seperti itu sebelumnya.Tak banyak bicara, Edi segera mengambil tali yang ia bawa dalam backpacknya. "Diikat dimana memangnya? Jangan bikin masalah lagi pokoknya, nanti bisa-bisa kita semua disini yang kena resikonya!" keluhnya meski tetap akan ia lakukan saja apapun yang bisa ia lakukan."Santai saja lah, yang penting Cahyo tidak lepas. Kan kita jadi capek kalau memegangi dia terus menerus!" balas Adhya.Mereka langsung membawa Cahyo dengan sedikit kesulitan lalu mengikat tangannya kebelakang badannya agar tidak banyak memberikan perlawanan yang pastinya membuat semuanya harus kerja keras lagi nantinya.Cahyo masih dalam kondisi tak sadar, seperti pada fase d
Bab 78: Kerasukan Saat Pencarian Tondo dan WildanSaat ini, Kang Arya sesekali melihat Ki Sapta Aji tepat di sampingnya. Betapa kehadiran Ki Sapta Aji sangat penting perannya, membuat perjalanan mereka tak lagi begitu melelahkan. Tenaga yang ia habiskan takkan percuma lagi.Kehadirannya seakan menambah energi baru, layaknya sinar matahari yang datang setelah hujan badai dan petir.Impas membayar segala komitmen dan kerja keras yang telah maksimal mereka kerahkan, bahkan sampai berkorban segalanya.Team SAR kedua akan datang dari arah Selatan, sedangkan team SAR pertama berhasil menemukan jejak kaki ketiganya yang terlihat sangat jelas seperti baru saja dilalui oleh pendaki.Agung selaku ketua, mendapati jejak di atas tanah. Ia menyalakan senternya lalu berkata, "Tunggu, apa kita harus mengikuti arah jejak ini?"Beberapa dari anggotanya spontan ikut melihat, dan tampaknya mereka juga memikirkan hal yang sama."Itu tandanya kita selangkah lebih dekat untuk menemukan mereka, ayo berpencar
Bab 77: Bertemu Dengan Ki Sapta AjiKang Arya kembali menjelaskan, khawatir mereka tidak paham saat melewatinya. Seperti saat mereka mengacaukan pertemuannya dengan Eyang Prabu. Meskipun itu bukan disengaja, tapi setidaknya kali ini sudah bisa diantisipasi. Wujud yang tak tampak pastilah sangat menyulitkan mereka yang tak peka. Seperti menuntun orang buta, meski kenyataannya kondisi mereka malah senormalnya manusia."Gerbang itu hanya berjarak satu meter saja, tapi wujudnya sebenarnya sangat luas. Jadi pas nanti ada dua batuan besar, disitu tempatnya. Tapi kita harus melewatinya dengan mata tertutup. Dan jangan lupa, baca do'a dalam hati!" perintah Kang Arya. Ia mencoba membuat dua rekannya patuh padanya dengan sedikit memprovokasi dengan menutup mata."Terus, kalau kita mengintip saja boleh nggak?" protes Tondo yang selalu antusias menginterupsi. "Kalau merem, takut salah masuk," lanjutnya tanpa menoleh lagi. Ia ingin mengambil peran selama perjalanan itu."Kita berbaris, aku yang di
Bab 76: Mengungkap Wujud Asli Eyang PrabuTentu saja, Kang Arya mengambil langkah panjang seperti setengah berlari. Meninggalkan mereka yang saling terpaku dan berpandangan. Tondo memberi isyarat pada Wildan sembari mengedikkan bahu dengan perasaan bercampur aduk antara mengikutinya atau tidak.Dalam pikiran Tondo saat ini, ia merasa Kang Arya sangat bersikeras dan tidak main-main. Semua itu karena waktunya semakin mendesak untuk terlalu berbicara bertele-tele dan harus mengambil keputusan itu secepatnya.Hal yang juga ada dalam benak Wildan, sesuatu terasa berbeda ia rasakan sebelumnya dari seorang leader itu. Semangat Kang Arya yang tadinya tampak meredup, telah kembali. Sudah sepatutnya ia senang, meski dibaliknya ada rasa takut yang sedikit banyak mendera pikirannya.Takut jika suatu saat Kang Arya berubah lebih jahat ketika kembali terbentur kekecewaan saat yang datang ternyata hanya sebuah kegagalan untuk kesekian kali.Tondo mengedipkan matanya, membuat isyarat pada Wildan, dan
Bab 75: Berdialog Dengan Penduduk Alam JinJalur menuju Pos terlewati satu demi satu tanpa halangan yang berat dan tampaknya mereka benar-benar sangat fokus saat ini. Tak banyak drama yang terjadi meski sesekali mereka mengabadikan momen dengan ponsel yang mereka bawa.Situasi sangat kondusif, tapi meski begitu Tondo tetap ingin menuntaskan rasa penasarannya dengan pertanyaan yang membuatnya seperti ingin mencoba menguji nyali dengan Kang Arya yang berada tak jauh darinya itu.Kaki mereka mulai sedikit merasakan penat, dan yang mereka butuhkan adalah sekedar mengalihkannya adalah dengan hal-hal ringan seperti ini."Setelah ini akan ada apa lagi, Kang?" ucapnya. Tondo menoleh dan berusaha mendekat tanpa takut membuat sedikit kontroversi, apalagi yang diajak bicara sedang dalam kondisi tidak mood sama sekali untuk mengobrol."Apanya? Kamu kalau ngomong yang lengkap sedikit kenapa sih?!" cela Kang Arya dengan wajah masam yang sudah familier dimatanya.Ia mengambil sesuatu dari kantong ran
Bab 74: Tugas Yang Diemban Kang AryaMalam itu dalam penginapan, mereka tertidur pulas. Hari yang dirasa singkat bagi jiwa-jiwa yang teramat lelah sedang mencari jawaban atas harapan yang tersisa, dan ribuan pertanyaan dalam benak mereka saat ini.Kang Arya masih belum bisa mengistirahatkan diri sepenuhnya ditambah suara dengkuran dua kawannya yang lainnya.Tersembul segala pemikiran dalam benak Kang Arya saat ini. Apakah ia sanggup mengembalikan semuanya? dan bagaimana harusnya ia menghadapi pertanyaan dari pihak keluarga mereka nantinya?Atau, bagaimana jika ia tidak pernah lagi bisa membawa mereka dalam keadaan utuh? Atau lebih parahnya lagi, jika mereka kehilangan sahabatnya untuk selama-lamanya tanpa ada penjelasan pasti.Seribu pertanyaan kian santer mendera diri Kang Arya sampai tak sadar iapun akhirnya terlelap. Hingga beberapa menit berlalu, belum juga lepas dari pikiran buruk, ia mengalami kejadian aneh yang datang lewat mimpinya.Dalam mimpinya, ia melihat bayangan putih men
Bab 73: Kekuatan Yang Hampir SempurnaKang Arya dengan kekuatan barunya yang kini mulai terbakar dengan api amarah, semakin keras memberikan perlawanan. Dengan lantang, ia terus meneriakkan satu nama untuk menantang duel dengan sosok pembawa petaka itu.Kata-katanya bagai menembakkan peluru angin yang menyasar ke segala penjuru, ditambah kekuatan suaranya yang terdengar gahar dan mengerikan."Kau makhluk terkutuk bernama Argadhana!! Keluar kau sekarang! Dasar pengecut!!" pekiknya dengan suara bergema sampai beberapa meter jauhnya. Membuat anginpun enggan bertiup. Keadaan hening, langitpun semakin gelap.Seperti sebuah skema di alam semesta yang mengikuti perputaran Matahari, begitupun saat ia berteriak, menggelegar, hingga bagi siapapun yang mendengar pasti ciut nyalinya.Karena ia benar-benar yakin semua ini adalah ulahnya. Tanpa berpikir panjang lagi, berdasarkan hasil penerawangannya dan ditambah hipotesanya. Ia mulai mencari wujud sosok yang dianggap bertanggung jawab atas hilang
Bab 72: Perubahan Rencana Barisan kerikil tajam yang menghadang, tak lagi mereka rasakan. Akan terus mereka terjang dengan berjalan diantara lintasan menanjak yang melelahkan yang tak lagi mereka risaukan. Yang terpenting saat ini adalah segera menemukan kemana hilangnya rekan mereka dalam team PURADEMO.Kini saat mereka sedang berada di antara kebimbangan, tak terlihat ujungnya sampai seseorang dari mereka bertutur, "Terpaksa kita meminta bantuan mereka sekarang. Bagaimana, kalian setuju kan?" usul Kang Arya agar segera meminta bantuan team SAR sebagai upaya mempersingkat waktu.Tondopun menegaskan dengan menjawab, "Loh, ya memang harus. Jangan sampai kita terlambat meminta bantun team SAR secepatnya, Kang!""Setuju, kita mestinya gerak lebih cepat mengeksekusinya. Jangan sampai kita gagal dalam misi ini!"sambung Wildan yang mulai terkuras tenaganya."Baik, kalau begitu biar aku hubungi sekarang," sahut Kang Arya mengakhiri keputusannya. Ia mengirimkan pesan teks ke kode nomor team S