Berselang beberapa menit kemudian.Adams sudah tiba di Wish Corp.Dia datang ditemani dengan seorang pemuda tampan. Tidak lebih tampan dari Radhis, tapi juga tidak kalah jauh tampan nya dari suami Rachel itu.“Adams kamu akhirnya datang.” Sapa Sea saat melihat kedatangan Adams.Seperti biasa, Sea adalah bentuk dari wanita yang bisa di anggap tidak tahu diri.Terbukti, kini matanya tertuju kepada pria yang ada di belakang Adams.Matanya menatap tanpa berkedip.Dia seperti itu karena melihat jika laki-laki itu selain tampan juga dapat dipastikan memiliki uang yang banyak.Hal itu tergambarkan dari apa yang melekat di badannya.Mulai dari jas, kemeja, dan juga celana dari penjahit terkenal.Kacamata yang dapat dipastikan bermerk, dan juga satu yang pasti.Jam di pergelangan tangannya.Sea tahu jika jam itu berharga jutaan dolar.Hampir seharga dengan mobil yang mereka miliki.“Adams… Dia…” Ucap Sea bertanya saat melihat ke arah Gun.“Nanti kamu akan tahu. Mana Nenekmu?” tanya Adams.“Di
“Baiklah, Aku dengar kalian sedang menghadapi suatu masalah?” tanya Gun.Mendengar pertanyaan dari Gun.Nenek Xion langsung dengan penuh semangat menjelaskan kepadanya.Nenek Xion menjelaskan semuanya dari awal hingga sekarang, mereka bertemu.“Cukup baik juga mereka. Dapat meretas sebuah sistem di perusahaan ini.” Ucap Gun yang sepertinya sangat memahami apa yang sudah terjadi.“Terus apa yang harus kami lakukan Tuan? Rekening kami dikuras habis. Hampir seluruh perusahaan juga memutuskan kontrak dengan kami.” Ucap nenek Xion dengan berdiri memegang tongkatnya.“Padahal baru saja kami bekerjasama dengan mereka. Kami juga belum mendapatkan keuntungan sama sekali. Kini justru harus mengembalikan dana kepada mereka.” Ucap Sea menambahkan dengan nada bicaranya yang lembut.Masih saja terlihat jika Sea sedang mencoba untuk mencari perhatian dari pria itu.Sedari awal hanya tahu dia adalah seorang pria tampan dan kaya saja sudah membuat dirinya tertarik.Bahkan kini dia tahu jika pria itu a
“Ini untukmu.” Ucap Gun dengan menyodorkan sekeping kartu bank kepada Sea.“Terimakasih Tuan Muda.” Jawab Sea dengan genit, saat dirinya dengan cepat mengambil kartu bank yang diulurkan oleh Gun.Hal itu membuat Adams merasa cukup kesal dan ingin berkata jika dirinya tidak terima dengan apa yang dilihat oleh dirinya saat ini.Tapi tentu saja, dia tidak berani berkata apa-apa dan bahkan tidak berani untuk berbicara sepatah katapun. Mengingat Gun adalah bentuk dari kekuasaan yang tidak bisa disentuh olehnya.Tidak hanya sekeping kartu.Setelah Sea berdiri dari posisi membungkuknya.Gun kembali berbicara kepada orang-orang yang berada disana.“Berapa Dana yang dibutuhkan oleh perusahaan ini?” Tanya Gun.“I-itu…” Ucap nenek Xion dengan gugup.“Apa 300 juta cukup?” Tanya Gun dengan santai, seolah uang itu tidak ada apa-apanya untuk dirinya.“Cukup! Itu sudah lebih dari cukup Tuan!” Jawab nenek Xion dengan cepat.Baginya 300 juta dolar sudah lebih dari cukup untuk memulihkan perusahaannya.
“Mungkin aku akan mengecewakan kalian.” Ucap Adams secara tiba-tiba masuk.“Adams kamu dari kapan berada disana?” Tanya Sea.Sea seolah tidak ingin disalah pahami oleh Adams.Sepertinya, Sea sudah benar-benar nyaman dengan Adams.Karena, dia sendiri tidak tahu jika sebenarnya di awal tujuan Adams adalah Rachel.“Cukup lama sampai aku bisa mendengar apa yang kalian bicarakan.” Ucap Adams dengan santai tapi ekspresi wajahnya tampak sedang menahan suatu emosi.“Ka–kamu…” Ucap sea dengan suaranya yang terbata-bata.“Tenang saja. Aku tidak masalah.” Ucap Adams dengan santai. Meskipun sebenarnya saat ini dia merasakan sebuah rasa kesal dalam hatinya.Dia menutupi perasaan itu dengan sekuat tenaganya karena dia sebenarnya masih beranggapan jika kehadiran Sea hanyalah sebagai pemuas hasratnya semata.“Adams… A–aku…” Sea bingung apa yang ingin dia ucapkan kepada Adams.“Aku hanya akan menyampaikan sebuah berita buruk untuk Anda, Nek.”Adams menatap nenek Xion seolah sedang di selimuti sebuah
Ditengah rasa bimbang yang dirasakan oleh Sea, diwaktu yang sama saat ini Rachel sedang bersama dengan Nanny di dalam mobil dengan di supiri oleh Boas, seperti biasa.Mereka tidak ada perbincangan sama sekali, lebih tepatnya untuk saat ini perbincangan mereka sudah selesai dan mereka sudah hampir sampai di Villa A1.Dia sudah hampir di villa karena dirinya sudah sedari tadi dalam perjalanan pulang, selain itu, setelah dia selesai melakukan sesi pemotretan sebelumnya dia langsung menuju ke Villa nya karena dia tidak kembali ke kantor. Dia merasa lelah, selain itu dia bertanya kepada manajer di lapangan, dan mereka mengizinkan dia untuk pulang, karena menurut manajer itu Direktur mereka ada keperluan, jadi agenda makan-makan yang akan dilakukan setelah pengambilan gambar dibatalkan.Itu bertepatan setelah Adams pergi ke Wish Corp, karena mendapatkan panggilan dari Sea.“Untunglah… aku tidak perlu bertemu dengan orang-orang itu untuk sementara.” Ucap Rachel tadi saat dirinya mendapatkan
Sebenarnya, saat ini Tania sudah memiliki sebuah rencana.Sata dia bertanya kepada Rachel terkait dimana Radhis berada sekarang, dan mendapatkan jawaban dari Rachel, Tania mendapatkan sebuah ide.Masih saja, Tania ingin agar putrinya, Rachel, menjalin hubungan dengan laki-laki lain yang sudah dia pilih.Siapa lagi laki-laki itu kalau bukan Deon.“Iya sudah… kalau memang dia belum bisa pulang biarkan saja.” Ucap Tania.“Iya…” Ucap Rachel.Sebenarnya saat ini Rachel sudah mulai menaruh sedikit curiga kepada Tania.Dia merasa curiga karena melihat seberapa lembut ucapan Tania saat ini.Sebelumnya, Tania selalu seolah tidak ingin mendengar nama Radhis di sebut.“Kalau begitu aku akan berangkat dulu.” Ucap Tania.Tania kini pergi.Tidak menunggu jawaban dari putrinya, bahkan dari sang suami.Saat ini di waktu yang sama.Di Geneve, Ester sedang menyusun beberapa berkas pekerjaan perusahaan.Dia adalah seorang wanita yang giat bekerja.Terbukti, begitu dirinya sampai di Auckland. Dia langsu
“Ra–Rachel?” tanya Ester yang kemudian berdiri dari tempat duduknya.Seolah Ester ingin memastikan apa yang baru saja disebutkan oleh sepupunya.“Iya, Rache.” jawab Gun.Gun merasa jika sepertinya Ester mengenal gadis bernama Rachel, yang dia temui.“Apa kamu kenal Rachel?” Tanya Gun, untuk memastikan.Ester dengan keras duduk kembali di kursinya.Dia duduk dengan keras karena dia merasa terkejut dengan nama yang sudah disebutkan oleh Gun.Mungkin dia memang menyimpan rasa untuk Radhis.Tapi dia juga tahu jika Radhis sepertinya sangat menyayangi istrinya.Belum lagi, terlepas dari Rachel adalah istri Radhis.Ester juga menganggap Rachel sebagai sahabat barunya.Hal itu membuat dia tidak menyangka jika semuanya akan menjadi seperti ini.Menjadi rumit.Rumit menurutnya karena dia tahu siapa Gun dan bagaimana tingkah lakunya.Karena itu dia merasa jika ini adalah sesuatu yang berbahaya.Berbahaya karena dia tahu bagaimana kelakuan dari Gun.Untuk Rachel, Gun bisa dipastikan adalah orang
“Tidak. Tidak ada apa-apa sayang.” Ucap Sea yang kemudian menempelkan wajahnya ke telinga Gun.Sea menahan semua rasa kesalnya.Rasa kesal dimana dirinya akan susah untuk bersanding dengan Adams.“Kalau begitu apakah kamu sudah siap?” tanya Gun.Sea menunduk, bersikap manis, tapi juga seolah menunggu untuk di terkam oleh Gun.Sampai pada akhirnya mereka melanjutkan aktivitas ranjang nya.Sementara itu, Adams kini sedang makan malam bersama nenek Xion, Marot, dan juga Nori. Tidak lupa juga, berada dalam gendongan Nori kini ada seorang balita, anak Sea.Mereka sebelumnya sudah merencanakan makan malam ini.Lebih tepatnya, nenek Xion.Itu karena dia, masih ingin tetap menjilat Adams sampai dirinya benar-benar mendapatkan dukungan dari Gun.Karenanya, nenek Xion mengajak Adams untuk makan malam bersama, sambil membicarakan beberapa kepentingan terkait Wish Corp.Nenek Xion juga menyuruh Marot untuk menjemput istrinya agar supaya Adams lebih merasa dianggap keluarga oleh mereka, dan semaki