Rachel tersenyum, sebelum akhirnya dia kembali berbicara.“Bukan kah aku benar?” Tanya Rachel yang kini sudah benar-benar berani menghadapi neneknya.Seolah istilah durhaka tidak lagi ada di kamusnya saat harus berbicara atau melawan nenek Xion.Rachel merasa jika selama ini sudah cukup bagi dirinya mengalah.Rachel tidak ingin lagi, ditindas oleh nenek Xion.“Nenek yang sudah mengambil Wish Corp dan nenek juga yang sekarang memimpin Wish Corp.” Ucap Rachel dengan membuang muka seolah benar-benar menantang nenek Xion.“Jadi…” Rachel menghentikan sejenak ucapannya.Membuat nenek Xion dan Adams serta orang yang ada disana, memasang muka ke arah Rachel seolah sedang menunggu apa yang akan di katakan oleh Rachel untuk selanjutnya.Rachel dengan kaki erlang kini kembali melanjutkan ucapannya.“Bukankah harusnya cukup nenek yang berterima kasih kepadanya?”“Rachel!” Bentak Marot, paman nya, yang ikut mendengarkan.“Kenapa paman?” Tanya Rachel dengan ekspresi santai dan tampak benar-benar me
“Maaf Nona, Suara barusan….”Orang itu bertanya kepada Rachel tentang apa yang baru saja dia dengarkan.Tentunya itu adalah ucapan nenek Xion yang cukup keras dan terdengar oleh diriya.“Oh… maaf-maaf.” Ucap Rachel saat dirinya dengan suara yang sedikit tertawa, melanjutkan.“Anggap saja itu adalah suara yang tidak perlu didengarkan, karena sebenarnya aku sendiri sedang bersama dengan beberapa orang yang—”Rache menghentikan ucapannya untuk mencari kalimat yang cocok untuk menggambarkan orang-orang yang saat ini ada di dekatnya.“Bagaimana saya bilang nya…”“Tidak perlu dijelaskan Nona, saya tahu.” ucap laki-laki di panggilan telepon itu.“Baiklah-baiklah, sekali lagi saya minta maaf.” Ucap Rachel dengan nada ceria kepada lawan bicaranya di telepon itu.“Tidak perlu meminta maaf Nona, jangan terlalu sopan kepada saya, saya takut akan membuat saya mendapatkan masalah, nantinya.” Jawab laki-laki itu dengan suaranya yang terdengar sangat ramah.“Baiklah, dimana kita bisa bertemu?” Tanya
“Kamu?” Ucap Radhis saat dirinya melihat adanya Kimy disana.Dia benar-benar terkejut, kenapa gadis manis dan lucu itu ada disana.“Hai!!” Ucap Kimy sambil berlari kecil dan kemudian memeluk Radhis.“Kamu semakin seperti anak kecil.” Ucap Radhis dengan tetap membiarkan dirinya di peluk oleh Kimy.Dengan mengerucutkan bibirnya Kimy berbicara kepada Radhis,“Aku seperti anak kecil ini hanya di depanmu, apa ada yang salah?”“Sudah-sudah… duduklah lebih dulu.” Ucap Radhis saat dirinya dengan lembut melepaskan pelukan dari Kimy.Kimy memalingkan mukanya dan setelah itu mendengus dengan ekspresi lucu serta mata terpejam.“Gak– ma–u.” Ucap kimy dengan lucunya.“Sudah… jangan marah lagi …” ucap Radhis saat dengan lembut, memutar kepala Kimy ke arahnya.“Bagaimana kalau kita berbelanja dan juga sekaligus mencari makan malam, nanti.” Ucap Radhis dengan tetap memegang kedua pipi Kimy.Kimy memegang kedua tangan Radhis yang sedang memegang pipinya.“Benarkah?” Tanya Kimy dengan begitu manja.Radh
“Aku mengira kalian memang dekat … tapi, aku tak menyangka akan benar-benar sedekat ini.” Ucap Vivian kepada mereka berdua.“Maaf!” Vivian buru-buru melanjutkan ucapannya.“Kalian tenang saja, aku tidak akan berbicara apapun kepada Rachel, janji.” Tambah Vivian.Kimy dan Radhis yang mendengar itu seketika saling menatap satu sama lain.Alih-alih marah, keduanya justru tersenyum dan menahan tawa. Entah apa yang sebenarnya terjalin di antara keduanya.Vivian dengan tampang yang polos hanya bisa bingung dengan sikap kedua orang itu.“Sudah-sudah… Lebih baik setelah ini Kamu ikut makan bersama
Vivian yang tahu jika dirinya masih harus bekerja sama dengan orang itu, lebih memilih untuk tidak mencari perkara atau bahkan tidak ingin berdebat lebih lanjut.Karena hal itu, dia hanya menjawab perkataan orang itu dengan sebuah senyuman.“Nona… jika Nona ada waktu kenapa kita tidak makan malam bersama setelah ini?” tanya laki-laki itu lagi.Belum sempat Vivian menjawab, orang itu masih saja menambahkan beberapa kalimat yang mungkin bisa dianggap sebagai rayuan untuk Vivian.“Sebenarnya, Saya tadi tidak sengaja melihat seorang gadis yang sangat cantik, merasa sedikit mengenal dan saya berusaha untuk mengeceknya secara langsung, sungguh tidak menyangka jika itu adalah Anda, Nona Vivian, Mitra kerja Saya sendiri.” Ucap laki-laki dengan perawakan tidak terlalu tinggi itu, dengan perut yang sedikit lebih maju dari pada bagian dadanya.“Ha ha ha”Vivian yang mendengarnya hanya bisa mencoba tertawa, meskipun itu tampak sekali dipaksakan.Bagaimanapun juga, Vivian bukan orang kecil atau o
“Itu hanya perasaanmu.” Ucap Radhis dengan entengnya.Radhis bukanlah tidak tahu apa yang sudah dikatakan oleh Kimy.Dia hanya tidak ingin memikirkannya.Radhis lebih memilih untuk fokus memikirkan sang istri dan cara supaya dirinya bisa menemukan siapa yang sudah mencelakai orang tua nya.“Terserah. Tapi sebagai wanita aku mengerti betul tentang sikapnya.” Ucap Kimy lagi.“Tidak mungkin kamu cemburu, kan?” Ucap Radhis lagi dengan sangat enteng dan bahkan masih melihat ke arah ponselnya.“Bugh!!” Sebuah pukulan mendarat di lengan Radhis.Radhis sebenarnya tidak merasakan apa-apa sama sekali, tapi seolah ingin menghibur gadis itu, Radhis sedikit meringis dan mengeluh, “Aauhh… Sakit.”“Lemah!” Ucap Kimy yang setelah itu berjalan lebih dulu.Kimy pergi menuju ke kasir untuk membayar tas yang sudah dipilih olehnya tadi.“Nona, ini tas limit edition, Nona sangat pintar memilih.” Ucap penjaga kasir outlet.Kimy hanya tersenyum.Bagi dirinya Fashion adalah hal yang lumrah.Mungkin dia tidak
Diwaktu yang sama kini di Auckland.Rachel sedang pergi untuk menemui orang yang sudah menghubungi dirinya sebelumnya.Mereka bertemu di sebuah restoran cina dengan makanan yang cukup terkenal.Tempat itu tidak begitu jauh dari pusat kota.Rachel berangkat kesana dengan mengendarai mobil miliknya, tentunya di antarkan oleh Boas dan juga ditemani oleh Nanny sebagai asistennya, sekaligus pengawal pribadinya.“Nona, selamat datang.” Ucap laki-laki yang tidak diketahui namanya itu.Yang jelas dia adalah orang yang pernah menjalin kerja sama dengan Wish Corp sewaktu posisi direktur masih dijabat oleh Rachel.“Rachel… Kamu disini?” terdengar sebuah yang menyebut nama Rachel.Ternyata sewaktu Rachel melihat ke arah sumber suara, dia melihat adanya Deon disana.Deon berada disana dengan anggota keluarganya yang lain.Sepertinya mereka sedang makan malam bersama.“Sudah cukup lama kita tidak berjumpa.” Ucap Deon yang sepertinya tangannya sudah sembuh total, dari cederanya akibat insiden di Vil
Nanny yang berdiri di dekat Rachel kini melihat jelas senyum dari bibir laki-laki brengsek itu.Nanny sendiri sebenarnya sudah di suruh duduk oleh mereka.Akan tetapi, dia tidak mau karena alasannya sendiri.Nanny memilih untuk berdiri karena dia merasa jika berdiri bisa membuat dirinya jauh lebih bebas untuk bergerak jika ada apa-apa yang terjadi kepada Rachel.Seperti biasanya, saat ini sebenarnya di luar restoran beberapa orang juga sudah mengawasi, atau menjaga mereka.Radhis sudah berpesan kepada orang-orang nya termasuk Rocky untuk mengawasi dan menjaga sang istri saat dirinya tidak berada di Auckland.Hal itu membuat keselamatan Rachel menjadi sebuah prioritas.“Pergi kemana dia?” Tanya Sandra dengan nadanya yang masih saja terdengar ketus karena ketidaksukaan dirinya kepada Radhis.Alih-alih tidak suka, Sandra sebenarnya sangat menggilai uang.Dari awal dirinya hanya ingin memasuki keluarga Wish karena tahu juga keluarga Wish sebenarnya memiliki masa depan yang bagus.Belum la
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia