Rupa-rupanya, sebelum nenek Xion sampai di Wis Corp tadi sudah ada seseorang yang memasuki ruangan nenek Xion.Seseorang yang tidak diketahui itu meletakkan secarik kertas di meja yang berisi pesan untuk orang yang duduk di kursi direktur itu.“Kenapa Bu?” Tanya Sea.Sea merasa jika, sebelumnya nenek Xion sangat senang membicarakan tentang Adams. Namun, kenapa kali ini nenk Xion seolah tidak ingin menyambut kedatangan Adams.“Nenek … Dia sudah berada di bawah …” Ucap Sea yang masih merasa jika dirinya harus menjemput, atau lebih tepatnya menyambut kedatangan Adams.Tapi seperti apa yang disampaikan oleh nenek Xion sebelumnya, Sea dilarang untuk menjemput Adams dibawah.“Itu tidak perlu…aku yakin dia akan diantarkan oleh seseorang ke sini.” Ucap nenek Xion.Nenek sien sendiri sebenarnya tidak bermaksud untuk melarang cucunya.Namun apa yang dia baca membuat dirinya merasa jika akan lebih baik Sea tidak turun kebawah.“Sebenarnya kenapa nenek melarangku untuk—”“Diam! sekali aku bilang,
“Ada apa ini?” tanya Adams yang sepertinya merasa janggal dengan sikap mereka.Adams merasa jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh ketiga orang itu.Tapi meskipun begitu, Adams tidak semudah itu mendapatkan jawaban dari mereka bertiga. Justru kini Sea yang bergelendotan di lengannya dan mengalihkan perhatian dari Adams.Sea melakukan itu karena dirinya tidak ingin dimarahi oleh nenek nya.Selain itu, Sea masih berharap agar Adams bisa dia manfaatkan.Di sisi Sea, Dia masih berharap jika Adams akan dapat menggantikan Jhon di hidupnya. Merawatnya, serta menyayanginya.Mengingat jika dirinya memang sudah menikah, tapi menikah dengan orang yang terlewat tua dari dirinya.Karena itu Sea merasa jika dirinya masih membutuhkan pasangan yang usianya masih bisa dijangkau olehnya.“Duduklah…” Ucap Sea saat dirinya bergelantungan dengan manja di lengan Adams dan menariknya untuk menuju ke sofa yang ada di dekat mereka, di sudut ruangan direktur Wish Corp, yang kini dijabat oleh nenek Xion setel
Disaat yang sama dengan waktu si Rachel bersin.Di Kediaman utama keluarga Zond sedang berkumpul beberapa orang.Lebih tepatnya orang-orang yang sebelumnya menginap disana kini sudah terbangun dan mulai berkumpul untuk sekedar berbicara dan menyantap makanan-makanan yang tentunya adalah makanan mewah kelas atas.Tidak seperti saat berada di Auckland.Kali ini Ester bangun sedikit telat dari biasanya, dikarenakan semalam, dirinya tidak bisa tidur, dan tidak ada yang tahu akan hal itu.Terlebih lagi.Alasan dirinya hampir terjaga sepanjang malam adalah karena dirinya sedang membayang kan keesokan harinya, lebih tepatnya hari ini, disaat dirinya akan kembali berjumpa dengan Radhis.Itu adalah saat-saat yang ditunggu oleh Ester, alhasil dia tidak dapat tidur sepanjang malam dan baru tertidur pada saat menjelang pagi.Kembali ke perjamuan, Ester berjalan dengan kondisi selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian yang cukup santai, seperti layaknya di kediamannya sendiri.Sebuah kemeja yang
Disaat Matty masih mencoba untuk meyakinkan ayahnya itu, dan serta kakek Zond yang menjawabnya dengan santai, karena memang saat ini mereka sudah tidak tahu jika kepemilikan aset terbesar telah dimiliki oleh Radhis.“Sudah kalian jang—” belum selesai kakek Zond berbicara, secara tiba-tiba ada seorang dengan pakaian seperti kepala pelayan masuk.“Tuan. Diluar ada tamu yang mengaku sebagai asisten nona Ester.” Ucap laki-laki paruh baya yang ternyata memang benar adala kepala pelayan di Mansion itu.Mendengar apa yang dikatakan oleh kepala pelayan tadi, membuat kakek Zond dan Ester saling menatap satu sama lain. Kakek Zond benar-benar tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Kepala pelayan miliknya. Bahkan, Ester sendiri pun tidak tahu. Dia merasa tidak pernah memberi tahu kepada siapapun tentang keberadaan nya saat ini. Namun, kenapa ada orang yang mencarinya bahkan mengaku sebagai asisten nya?"Suruh dia menunggu di depan! " Perintah kakek Zond kepada kepala pelayan. Begitu mereka berada
Zig, dan Matty segera menyingkir dari jalan merekaKakek Zond berjalan masuk kedalam mansion besar itu dengan diikuti oleh Ester di belakangnya, serta ada Radhis yang mengikuti juga paling belakang.Setelahnya, barulah Zig dan Matty yang mengikuti mengikuti dari arah belakang mereka. Untuk Matty sama sekali tidak menunjukkan rasa penasaran ataupun keterkejutan, berbeda dengan Zig yg masih seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh mata nya.Dia merasa jika laki-laki bernama Radhis ini adalah seorang laki-laki yang sangat mirip dengan mendiang kakak nya.Sementara, yang dia tahu adalah anak dari keluarga mendiang kakak nya itu telah lama meninggal, bersama dengan Anggota keluarga nya yang lain."Lantas… kenapa pemuda ini sangat mirip dengan mendiang kak Raymond?" Itulah sebuah pertanyaan yang terbesit di pikiran nya.Dengan menggeleng Zig masuk kedalam Mansion mengikuti kakaknya. Setelahnya, kini mereka semua duduk di ruang tamu.Tentunya hanya Radhis yang berdiri di antara me
Kedatangan Fast yang tiba-tiba membuat beberapa orang yang berada disana mengalihkan fokus mereka dari kakek Zond kepada dirinya.Fast berjalan dengan memegang sebuah ponsel di tangannya serta, menatap ke layar ponsel itu.Mungkin Fast cukup tampan dan badannya cukup tinggi. Namun, dia masih kalah tinggi dari Radhis dan kalah karisma dari Radhis. Karena itu, bagi Ester, Fast tidaklah lebih menggoda dari Radhis.“Cukup tampan juga asistenmu.” Celetuk Fast saat kini dirinya duduk di samping Clea, dengan mengarahkan pandangannya ke arah Radhis.Beberapa saat setelahnya barulah, Fast lantas kembali melihat ke arah ponselnya, setelah sesaat dia melihat ke arah Radhis dan menilai Radhis dengan tatapan yang sedikit tampak merendahkan.Bahkan, kakek Zond juga sadar jika Fast saat ini sedang merendahkan Rahdis.Tapi bagaimanapun juga, kakek Zond tidak ingin apa yang direncanakan oleh Radhis menjadi berantakan.“Memang… sejujurnya….” Clea menghentikan ucapannya, disaat dia kembali melihat ke ar
Mendengar apa yang di diucapkan oleh kakek Zond, Ester lebih memilih untuk diam, dia tidak berani berbicara karena dia takut akan membuat semuanya lepas dari kontrol kakek Zond dan juga Radhis.Ester membiarkan kakek Zond dan Radhis untuk saling berbicara sesuai dengan apa yang mereka rencanakan masing-masing.Mungkin ada beberapa ketimpangan di rencana mereka, tapi Ester yakin mereka berdua adalah kake dan cucu yang hebat.Karena itu, Ester yakin jika mereka memang memiliki sebuah rencana di balik setiap apa yang mereka bicarakan.Setelah semua terdiam dengan apa yang diucapkan oleh kakek Zond, Radhis mulai berbicara kembali.“Mereka akan merasa bingung, jika Tuan Besar tidak menjelaskan nya.” Ucap Radhis.Kakek Zond tertawa dengan begitu kerasnya.Setelah itu, dengan masih menahan tawanya kakek Zond mulai berbicara kepada mereka.“Yang aku maksudkan adalah dia ingin aku jodohkan dengan Ester, dan dia telah aku angkat sebagai cucu angkatku.” Ucapan kakek Zond terang membuat semua or
Clea dan Fast saling melihat dan saling memandangi.Mereka berdua saling tertegun dan saling menatap satu sama lain.Seolah keduanya sedang berbicara melalui tatapan mata mereka.Dengan penuh maksud keduanya akhirnya memilih untuk pamit pergi dari sana.Fast mencoba untuk mewakili dirinya dan juga Clea untuk berbicara, berpamitan.“Kami akan pergi keluar dul–”Namun, belum sampai mereka beranjak, dan sebelum Fast menyelesaikan kalimatnya, kakek Zond sudah lebih dulu menahan mereka dengan cara memotong ucapan Fast, dengan kalimat “berhenti!”Pantat milik keduanya, yang baru terangkat satu jengkal dari sofa itu kini harus duduk kembali.“Kenapa kakek?” Tanya Fast tepat disaat pantatnya menempel kembali di sofa.Kakek Zond hanya diam.Tapi, dengan diam nya kakek Zond, justru membuat orang-orang yang ada disana terkecuali Radhis dan Ester, merasa sedikit bingung akan sebuah perasaan tertekan.Matty dan anak-anaknya kini hanya bisa diam.Sedangkan Zig kini masih saja bergelut dengan pemiki