Zig, dan Matty segera menyingkir dari jalan merekaKakek Zond berjalan masuk kedalam mansion besar itu dengan diikuti oleh Ester di belakangnya, serta ada Radhis yang mengikuti juga paling belakang.Setelahnya, barulah Zig dan Matty yang mengikuti mengikuti dari arah belakang mereka. Untuk Matty sama sekali tidak menunjukkan rasa penasaran ataupun keterkejutan, berbeda dengan Zig yg masih seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh mata nya.Dia merasa jika laki-laki bernama Radhis ini adalah seorang laki-laki yang sangat mirip dengan mendiang kakak nya.Sementara, yang dia tahu adalah anak dari keluarga mendiang kakak nya itu telah lama meninggal, bersama dengan Anggota keluarga nya yang lain."Lantas… kenapa pemuda ini sangat mirip dengan mendiang kak Raymond?" Itulah sebuah pertanyaan yang terbesit di pikiran nya.Dengan menggeleng Zig masuk kedalam Mansion mengikuti kakaknya. Setelahnya, kini mereka semua duduk di ruang tamu.Tentunya hanya Radhis yang berdiri di antara me
Kedatangan Fast yang tiba-tiba membuat beberapa orang yang berada disana mengalihkan fokus mereka dari kakek Zond kepada dirinya.Fast berjalan dengan memegang sebuah ponsel di tangannya serta, menatap ke layar ponsel itu.Mungkin Fast cukup tampan dan badannya cukup tinggi. Namun, dia masih kalah tinggi dari Radhis dan kalah karisma dari Radhis. Karena itu, bagi Ester, Fast tidaklah lebih menggoda dari Radhis.“Cukup tampan juga asistenmu.” Celetuk Fast saat kini dirinya duduk di samping Clea, dengan mengarahkan pandangannya ke arah Radhis.Beberapa saat setelahnya barulah, Fast lantas kembali melihat ke arah ponselnya, setelah sesaat dia melihat ke arah Radhis dan menilai Radhis dengan tatapan yang sedikit tampak merendahkan.Bahkan, kakek Zond juga sadar jika Fast saat ini sedang merendahkan Rahdis.Tapi bagaimanapun juga, kakek Zond tidak ingin apa yang direncanakan oleh Radhis menjadi berantakan.“Memang… sejujurnya….” Clea menghentikan ucapannya, disaat dia kembali melihat ke ar
Mendengar apa yang di diucapkan oleh kakek Zond, Ester lebih memilih untuk diam, dia tidak berani berbicara karena dia takut akan membuat semuanya lepas dari kontrol kakek Zond dan juga Radhis.Ester membiarkan kakek Zond dan Radhis untuk saling berbicara sesuai dengan apa yang mereka rencanakan masing-masing.Mungkin ada beberapa ketimpangan di rencana mereka, tapi Ester yakin mereka berdua adalah kake dan cucu yang hebat.Karena itu, Ester yakin jika mereka memang memiliki sebuah rencana di balik setiap apa yang mereka bicarakan.Setelah semua terdiam dengan apa yang diucapkan oleh kakek Zond, Radhis mulai berbicara kembali.“Mereka akan merasa bingung, jika Tuan Besar tidak menjelaskan nya.” Ucap Radhis.Kakek Zond tertawa dengan begitu kerasnya.Setelah itu, dengan masih menahan tawanya kakek Zond mulai berbicara kepada mereka.“Yang aku maksudkan adalah dia ingin aku jodohkan dengan Ester, dan dia telah aku angkat sebagai cucu angkatku.” Ucapan kakek Zond terang membuat semua or
Clea dan Fast saling melihat dan saling memandangi.Mereka berdua saling tertegun dan saling menatap satu sama lain.Seolah keduanya sedang berbicara melalui tatapan mata mereka.Dengan penuh maksud keduanya akhirnya memilih untuk pamit pergi dari sana.Fast mencoba untuk mewakili dirinya dan juga Clea untuk berbicara, berpamitan.“Kami akan pergi keluar dul–”Namun, belum sampai mereka beranjak, dan sebelum Fast menyelesaikan kalimatnya, kakek Zond sudah lebih dulu menahan mereka dengan cara memotong ucapan Fast, dengan kalimat “berhenti!”Pantat milik keduanya, yang baru terangkat satu jengkal dari sofa itu kini harus duduk kembali.“Kenapa kakek?” Tanya Fast tepat disaat pantatnya menempel kembali di sofa.Kakek Zond hanya diam.Tapi, dengan diam nya kakek Zond, justru membuat orang-orang yang ada disana terkecuali Radhis dan Ester, merasa sedikit bingung akan sebuah perasaan tertekan.Matty dan anak-anaknya kini hanya bisa diam.Sedangkan Zig kini masih saja bergelut dengan pemiki
***Waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam.Kini Radhis sudah kembali ke Hotel tempatnya menginap.Kembali ke beberapa waktu yang lalu,tepat disaat Radhis mau kembali ke hotel, Ester masih sempat mengikuti Radhis sampai ke depan Mansion.“Tunggu….” Ester teriak perlahan dengan berlari kecil.Ester memanggil Radhis, saat Radhis berada di depan Mansion dan baru saja mau pergi ke mobil yang sudah dipesan olehnya.Saat ini Radhis sengaja tidak memakai mobil pribadi dan lebih memilih untuk memesan taksi online karena dirinya tidak ingin terlalu mencolok di hadapan orang-orang di keluarga Zond.“Kamu ada tempat untuk istirahat?” Tanya Ester.“Kamu tidak perlu khawatir, tentunya ada…” jawab Radhis.“Sepertinya aku salah bertanya…” Ucap Ester lagi dengan tertunduk seperti sedang menahan malu, karena wajahnya pun kini sedang dalam keadaan merah merona.“Aku bertanya seperti itu kepada orang besar sepertimu, Aneh sekali.” Tambah Ester.Setelah itu, Ester hanya menunduk dan terdiam.Dia seol
Sementara itu.waktu yang sama dengan Radhis yang sedang kembali ke hotelnya, Di Auckland, nenek Xion dan Adams sedang merencanakan beberapa hal untuk membuat Rachel takluk kepada mereka.Sedang kan di sisi lain, mereka tidak tahu jika nenek Xion kini sedang diintai oleh seseorang dan ancaman sedang menunggu dirinya.Dengan begitu santainya mereka saat ini sedang menikmati minum teh di sore hari nya.Tentunya mereka masih berada di Villa A1, milik Radhis.Tanpa ada rasa sungkan atau segan, nenek Xion seolah menganggap Villa itu adalah Villa miliknya.Bahkan, kini dia sedang minum teh dengan Adams di tempat biasa Rachel beristirahat, di taman.Tempat yang semula menjadi tempat ternyaman Rachel untuk beristirahat dan menenangkan diri, kini sudah dikuasai oleh nenek Xion.Rachel baru saja datang, saat dirinya melihat nenek Xion dan beberapa orang berada di pergola miliknya.“Huh!” Gerutu Rachel saat dirinya berjalan masuk ke Villa nya.“Kenapa?” tanya Dere, ayahnya, disaat tidak sengaja
“Kenapa lagi…” gerutu Rachel dengan suara lirih namun tetap bisa didengar oleh Dere karena dia sedang duduk di samping nya.Dengan berat hati Rachel berdiri dan menuju ke tempat nenek Xion, tanpa menjawab perkataan dari paman nya.“Ada apa nek?” Tanya Rachel saat berada di pergola miliknya, dimana nenek nya berada.“Duduklah dulu.” Ucap Sang nenek kepada Rachel dengan begitu lembut.Tidak seperti biasanya, nenek Xion berucap dengan lembut kepada cucu yang sebelumnya selalu dia sia-siakan itu dengan tujuan nya sendiri.Tidak lain tujuanya adalah agar Rachel mau untuk sedikit menurut kepada dirinya.Nenek Xion tahu jika, kini tidak bisa membuat Rachel menurutinya dengan tekanan atau perkataan yang keras.Rachel tidak mau ada masalah, akhirnya dia memilih untuk duduk bersama dengan mereka.Sebelumnya Rachel tidak bisa dengan jelas, melihat siapa saja yang ada disana.Kini dia tahu jika yang duduk di pergola nya adalah Nenek Xion dan Adams, selain itu juga ada Dere, serta Nori yang baru s
Disaat Kakek Zond sedang berbicara dengan Ester, disaat yang sama juga Rachel sedang berbicara dengan nenek Xion.Nenek Xion Sedang berusaha untuk memancing omongan terkait Rachel dan Radhis, tidak lupa juga di sela-sela itu nenek Xion mencoba untuk bertanya terkait dengan pekerjaan Rachel saat ini sebagai aktris atau model iklan.“Aku cukup menikmati pekerjaan ku…” Ucap Rachel.Setelah itu, Rachel masih mencoba untuk berbicara kepada sang nenek jika dirinya tidak ingin mereka membahas sang suami.“Kenapa tidak boleh membahasnya?” Tanya nenek Xion.“Laki-laki yang tidak bekerja seperti dirinya itu sama saja hanya menjadi beban bagi kehidupanmu.” Ucap nenek Xion menambahkan.Rachel seketika merubah ekspresi wajahnya dan menatap tajam kepada nenek Xion.Rachel sebelumnya sudah mencoba untuk berbicara baik-baik kepada nenek nya itu, “jangan membicarakan dia nek…”Bukan karena Rachel sedang ada masalah dengan Radhis atau apapun, itu hanya karena dia tidak ingin laki-laki yang berharga unt