Sementara itu.waktu yang sama dengan Radhis yang sedang kembali ke hotelnya, Di Auckland, nenek Xion dan Adams sedang merencanakan beberapa hal untuk membuat Rachel takluk kepada mereka.Sedang kan di sisi lain, mereka tidak tahu jika nenek Xion kini sedang diintai oleh seseorang dan ancaman sedang menunggu dirinya.Dengan begitu santainya mereka saat ini sedang menikmati minum teh di sore hari nya.Tentunya mereka masih berada di Villa A1, milik Radhis.Tanpa ada rasa sungkan atau segan, nenek Xion seolah menganggap Villa itu adalah Villa miliknya.Bahkan, kini dia sedang minum teh dengan Adams di tempat biasa Rachel beristirahat, di taman.Tempat yang semula menjadi tempat ternyaman Rachel untuk beristirahat dan menenangkan diri, kini sudah dikuasai oleh nenek Xion.Rachel baru saja datang, saat dirinya melihat nenek Xion dan beberapa orang berada di pergola miliknya.“Huh!” Gerutu Rachel saat dirinya berjalan masuk ke Villa nya.“Kenapa?” tanya Dere, ayahnya, disaat tidak sengaja
“Kenapa lagi…” gerutu Rachel dengan suara lirih namun tetap bisa didengar oleh Dere karena dia sedang duduk di samping nya.Dengan berat hati Rachel berdiri dan menuju ke tempat nenek Xion, tanpa menjawab perkataan dari paman nya.“Ada apa nek?” Tanya Rachel saat berada di pergola miliknya, dimana nenek nya berada.“Duduklah dulu.” Ucap Sang nenek kepada Rachel dengan begitu lembut.Tidak seperti biasanya, nenek Xion berucap dengan lembut kepada cucu yang sebelumnya selalu dia sia-siakan itu dengan tujuan nya sendiri.Tidak lain tujuanya adalah agar Rachel mau untuk sedikit menurut kepada dirinya.Nenek Xion tahu jika, kini tidak bisa membuat Rachel menurutinya dengan tekanan atau perkataan yang keras.Rachel tidak mau ada masalah, akhirnya dia memilih untuk duduk bersama dengan mereka.Sebelumnya Rachel tidak bisa dengan jelas, melihat siapa saja yang ada disana.Kini dia tahu jika yang duduk di pergola nya adalah Nenek Xion dan Adams, selain itu juga ada Dere, serta Nori yang baru s
Disaat Kakek Zond sedang berbicara dengan Ester, disaat yang sama juga Rachel sedang berbicara dengan nenek Xion.Nenek Xion Sedang berusaha untuk memancing omongan terkait Rachel dan Radhis, tidak lupa juga di sela-sela itu nenek Xion mencoba untuk bertanya terkait dengan pekerjaan Rachel saat ini sebagai aktris atau model iklan.“Aku cukup menikmati pekerjaan ku…” Ucap Rachel.Setelah itu, Rachel masih mencoba untuk berbicara kepada sang nenek jika dirinya tidak ingin mereka membahas sang suami.“Kenapa tidak boleh membahasnya?” Tanya nenek Xion.“Laki-laki yang tidak bekerja seperti dirinya itu sama saja hanya menjadi beban bagi kehidupanmu.” Ucap nenek Xion menambahkan.Rachel seketika merubah ekspresi wajahnya dan menatap tajam kepada nenek Xion.Rachel sebelumnya sudah mencoba untuk berbicara baik-baik kepada nenek nya itu, “jangan membicarakan dia nek…”Bukan karena Rachel sedang ada masalah dengan Radhis atau apapun, itu hanya karena dia tidak ingin laki-laki yang berharga unt
Rachel tersenyum, sebelum akhirnya dia kembali berbicara.“Bukan kah aku benar?” Tanya Rachel yang kini sudah benar-benar berani menghadapi neneknya.Seolah istilah durhaka tidak lagi ada di kamusnya saat harus berbicara atau melawan nenek Xion.Rachel merasa jika selama ini sudah cukup bagi dirinya mengalah.Rachel tidak ingin lagi, ditindas oleh nenek Xion.“Nenek yang sudah mengambil Wish Corp dan nenek juga yang sekarang memimpin Wish Corp.” Ucap Rachel dengan membuang muka seolah benar-benar menantang nenek Xion.“Jadi…” Rachel menghentikan sejenak ucapannya.Membuat nenek Xion dan Adams serta orang yang ada disana, memasang muka ke arah Rachel seolah sedang menunggu apa yang akan di katakan oleh Rachel untuk selanjutnya.Rachel dengan kaki erlang kini kembali melanjutkan ucapannya.“Bukankah harusnya cukup nenek yang berterima kasih kepadanya?”“Rachel!” Bentak Marot, paman nya, yang ikut mendengarkan.“Kenapa paman?” Tanya Rachel dengan ekspresi santai dan tampak benar-benar me
“Maaf Nona, Suara barusan….”Orang itu bertanya kepada Rachel tentang apa yang baru saja dia dengarkan.Tentunya itu adalah ucapan nenek Xion yang cukup keras dan terdengar oleh diriya.“Oh… maaf-maaf.” Ucap Rachel saat dirinya dengan suara yang sedikit tertawa, melanjutkan.“Anggap saja itu adalah suara yang tidak perlu didengarkan, karena sebenarnya aku sendiri sedang bersama dengan beberapa orang yang—”Rache menghentikan ucapannya untuk mencari kalimat yang cocok untuk menggambarkan orang-orang yang saat ini ada di dekatnya.“Bagaimana saya bilang nya…”“Tidak perlu dijelaskan Nona, saya tahu.” ucap laki-laki di panggilan telepon itu.“Baiklah-baiklah, sekali lagi saya minta maaf.” Ucap Rachel dengan nada ceria kepada lawan bicaranya di telepon itu.“Tidak perlu meminta maaf Nona, jangan terlalu sopan kepada saya, saya takut akan membuat saya mendapatkan masalah, nantinya.” Jawab laki-laki itu dengan suaranya yang terdengar sangat ramah.“Baiklah, dimana kita bisa bertemu?” Tanya
“Kamu?” Ucap Radhis saat dirinya melihat adanya Kimy disana.Dia benar-benar terkejut, kenapa gadis manis dan lucu itu ada disana.“Hai!!” Ucap Kimy sambil berlari kecil dan kemudian memeluk Radhis.“Kamu semakin seperti anak kecil.” Ucap Radhis dengan tetap membiarkan dirinya di peluk oleh Kimy.Dengan mengerucutkan bibirnya Kimy berbicara kepada Radhis,“Aku seperti anak kecil ini hanya di depanmu, apa ada yang salah?”“Sudah-sudah… duduklah lebih dulu.” Ucap Radhis saat dirinya dengan lembut melepaskan pelukan dari Kimy.Kimy memalingkan mukanya dan setelah itu mendengus dengan ekspresi lucu serta mata terpejam.“Gak– ma–u.” Ucap kimy dengan lucunya.“Sudah… jangan marah lagi …” ucap Radhis saat dengan lembut, memutar kepala Kimy ke arahnya.“Bagaimana kalau kita berbelanja dan juga sekaligus mencari makan malam, nanti.” Ucap Radhis dengan tetap memegang kedua pipi Kimy.Kimy memegang kedua tangan Radhis yang sedang memegang pipinya.“Benarkah?” Tanya Kimy dengan begitu manja.Radh
“Aku mengira kalian memang dekat … tapi, aku tak menyangka akan benar-benar sedekat ini.” Ucap Vivian kepada mereka berdua.“Maaf!” Vivian buru-buru melanjutkan ucapannya.“Kalian tenang saja, aku tidak akan berbicara apapun kepada Rachel, janji.” Tambah Vivian.Kimy dan Radhis yang mendengar itu seketika saling menatap satu sama lain.Alih-alih marah, keduanya justru tersenyum dan menahan tawa. Entah apa yang sebenarnya terjalin di antara keduanya.Vivian dengan tampang yang polos hanya bisa bingung dengan sikap kedua orang itu.“Sudah-sudah… Lebih baik setelah ini Kamu ikut makan bersama
Vivian yang tahu jika dirinya masih harus bekerja sama dengan orang itu, lebih memilih untuk tidak mencari perkara atau bahkan tidak ingin berdebat lebih lanjut.Karena hal itu, dia hanya menjawab perkataan orang itu dengan sebuah senyuman.“Nona… jika Nona ada waktu kenapa kita tidak makan malam bersama setelah ini?” tanya laki-laki itu lagi.Belum sempat Vivian menjawab, orang itu masih saja menambahkan beberapa kalimat yang mungkin bisa dianggap sebagai rayuan untuk Vivian.“Sebenarnya, Saya tadi tidak sengaja melihat seorang gadis yang sangat cantik, merasa sedikit mengenal dan saya berusaha untuk mengeceknya secara langsung, sungguh tidak menyangka jika itu adalah Anda, Nona Vivian, Mitra kerja Saya sendiri.” Ucap laki-laki dengan perawakan tidak terlalu tinggi itu, dengan perut yang sedikit lebih maju dari pada bagian dadanya.“Ha ha ha”Vivian yang mendengarnya hanya bisa mencoba tertawa, meskipun itu tampak sekali dipaksakan.Bagaimanapun juga, Vivian bukan orang kecil atau o