Halo, mohon maaf, terjadi kendala dalam update. Namun, untuk kalian yang sudah buka kunci bab yang baru tidak perlu khawatir, karena nanti bab barunya akan saya isi dengan bab selanjutnya, Jadi, dukung terus author, ya! Terima kasih.
Jam 9 pagi di wish Corp.Nenek Xion sedang berada di lorong tepat di depan kantor Direktur yang kini kembali dijabat olehnya.Selain itu, Nenek Xion berjalan dengan anak dan cucunya yang paling dia sayangi.Siapa lagi jika bukan Marot dan SeaTentunya pada saat itu mereka sedang membicarakan perihal bantuan yang akan diberikan oleh Adams. Di mata mereka kini, Huang sudah tidak lagi memiliki harga diri ataupun harapan terhadapnya.Dari segi kekayaan mungkin Huang adalah orang yang cukup berada saat ini akan tetapi apa yang telah mereka lakukan bersama membuat si nenek Xion beserta keluarganya memilih untuk tidak memiliki hubungan kembali dengan nya.Bagi mereka Huang sekarang tidak lebih cangkang kerang tanpa isi.Meskipun sesukses apa Huang sekarang, tapi bagi nenek Wish beserta dengan keluarga kesayangannya, tidak berguna.Itu karena Bagi mereka Huang kini tidak bisa kembali ke Auckland, sesuai dengan apa yang mereka tahu dan sesuai fakta setelah Sea berbincang dengannya melalui tele
Rupa-rupanya, sebelum nenek Xion sampai di Wis Corp tadi sudah ada seseorang yang memasuki ruangan nenek Xion.Seseorang yang tidak diketahui itu meletakkan secarik kertas di meja yang berisi pesan untuk orang yang duduk di kursi direktur itu.“Kenapa Bu?” Tanya Sea.Sea merasa jika, sebelumnya nenek Xion sangat senang membicarakan tentang Adams. Namun, kenapa kali ini nenk Xion seolah tidak ingin menyambut kedatangan Adams.“Nenek … Dia sudah berada di bawah …” Ucap Sea yang masih merasa jika dirinya harus menjemput, atau lebih tepatnya menyambut kedatangan Adams.Tapi seperti apa yang disampaikan oleh nenek Xion sebelumnya, Sea dilarang untuk menjemput Adams dibawah.“Itu tidak perlu…aku yakin dia akan diantarkan oleh seseorang ke sini.” Ucap nenek Xion.Nenek sien sendiri sebenarnya tidak bermaksud untuk melarang cucunya.Namun apa yang dia baca membuat dirinya merasa jika akan lebih baik Sea tidak turun kebawah.“Sebenarnya kenapa nenek melarangku untuk—”“Diam! sekali aku bilang,
“Ada apa ini?” tanya Adams yang sepertinya merasa janggal dengan sikap mereka.Adams merasa jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh ketiga orang itu.Tapi meskipun begitu, Adams tidak semudah itu mendapatkan jawaban dari mereka bertiga. Justru kini Sea yang bergelendotan di lengannya dan mengalihkan perhatian dari Adams.Sea melakukan itu karena dirinya tidak ingin dimarahi oleh nenek nya.Selain itu, Sea masih berharap agar Adams bisa dia manfaatkan.Di sisi Sea, Dia masih berharap jika Adams akan dapat menggantikan Jhon di hidupnya. Merawatnya, serta menyayanginya.Mengingat jika dirinya memang sudah menikah, tapi menikah dengan orang yang terlewat tua dari dirinya.Karena itu Sea merasa jika dirinya masih membutuhkan pasangan yang usianya masih bisa dijangkau olehnya.“Duduklah…” Ucap Sea saat dirinya bergelantungan dengan manja di lengan Adams dan menariknya untuk menuju ke sofa yang ada di dekat mereka, di sudut ruangan direktur Wish Corp, yang kini dijabat oleh nenek Xion setel
Disaat yang sama dengan waktu si Rachel bersin.Di Kediaman utama keluarga Zond sedang berkumpul beberapa orang.Lebih tepatnya orang-orang yang sebelumnya menginap disana kini sudah terbangun dan mulai berkumpul untuk sekedar berbicara dan menyantap makanan-makanan yang tentunya adalah makanan mewah kelas atas.Tidak seperti saat berada di Auckland.Kali ini Ester bangun sedikit telat dari biasanya, dikarenakan semalam, dirinya tidak bisa tidur, dan tidak ada yang tahu akan hal itu.Terlebih lagi.Alasan dirinya hampir terjaga sepanjang malam adalah karena dirinya sedang membayang kan keesokan harinya, lebih tepatnya hari ini, disaat dirinya akan kembali berjumpa dengan Radhis.Itu adalah saat-saat yang ditunggu oleh Ester, alhasil dia tidak dapat tidur sepanjang malam dan baru tertidur pada saat menjelang pagi.Kembali ke perjamuan, Ester berjalan dengan kondisi selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian yang cukup santai, seperti layaknya di kediamannya sendiri.Sebuah kemeja yang
Disaat Matty masih mencoba untuk meyakinkan ayahnya itu, dan serta kakek Zond yang menjawabnya dengan santai, karena memang saat ini mereka sudah tidak tahu jika kepemilikan aset terbesar telah dimiliki oleh Radhis.“Sudah kalian jang—” belum selesai kakek Zond berbicara, secara tiba-tiba ada seorang dengan pakaian seperti kepala pelayan masuk.“Tuan. Diluar ada tamu yang mengaku sebagai asisten nona Ester.” Ucap laki-laki paruh baya yang ternyata memang benar adala kepala pelayan di Mansion itu.Mendengar apa yang dikatakan oleh kepala pelayan tadi, membuat kakek Zond dan Ester saling menatap satu sama lain. Kakek Zond benar-benar tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Kepala pelayan miliknya. Bahkan, Ester sendiri pun tidak tahu. Dia merasa tidak pernah memberi tahu kepada siapapun tentang keberadaan nya saat ini. Namun, kenapa ada orang yang mencarinya bahkan mengaku sebagai asisten nya?"Suruh dia menunggu di depan! " Perintah kakek Zond kepada kepala pelayan. Begitu mereka berada
Zig, dan Matty segera menyingkir dari jalan merekaKakek Zond berjalan masuk kedalam mansion besar itu dengan diikuti oleh Ester di belakangnya, serta ada Radhis yang mengikuti juga paling belakang.Setelahnya, barulah Zig dan Matty yang mengikuti mengikuti dari arah belakang mereka. Untuk Matty sama sekali tidak menunjukkan rasa penasaran ataupun keterkejutan, berbeda dengan Zig yg masih seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh mata nya.Dia merasa jika laki-laki bernama Radhis ini adalah seorang laki-laki yang sangat mirip dengan mendiang kakak nya.Sementara, yang dia tahu adalah anak dari keluarga mendiang kakak nya itu telah lama meninggal, bersama dengan Anggota keluarga nya yang lain."Lantas… kenapa pemuda ini sangat mirip dengan mendiang kak Raymond?" Itulah sebuah pertanyaan yang terbesit di pikiran nya.Dengan menggeleng Zig masuk kedalam Mansion mengikuti kakaknya. Setelahnya, kini mereka semua duduk di ruang tamu.Tentunya hanya Radhis yang berdiri di antara me
Kedatangan Fast yang tiba-tiba membuat beberapa orang yang berada disana mengalihkan fokus mereka dari kakek Zond kepada dirinya.Fast berjalan dengan memegang sebuah ponsel di tangannya serta, menatap ke layar ponsel itu.Mungkin Fast cukup tampan dan badannya cukup tinggi. Namun, dia masih kalah tinggi dari Radhis dan kalah karisma dari Radhis. Karena itu, bagi Ester, Fast tidaklah lebih menggoda dari Radhis.“Cukup tampan juga asistenmu.” Celetuk Fast saat kini dirinya duduk di samping Clea, dengan mengarahkan pandangannya ke arah Radhis.Beberapa saat setelahnya barulah, Fast lantas kembali melihat ke arah ponselnya, setelah sesaat dia melihat ke arah Radhis dan menilai Radhis dengan tatapan yang sedikit tampak merendahkan.Bahkan, kakek Zond juga sadar jika Fast saat ini sedang merendahkan Rahdis.Tapi bagaimanapun juga, kakek Zond tidak ingin apa yang direncanakan oleh Radhis menjadi berantakan.“Memang… sejujurnya….” Clea menghentikan ucapannya, disaat dia kembali melihat ke ar
Mendengar apa yang di diucapkan oleh kakek Zond, Ester lebih memilih untuk diam, dia tidak berani berbicara karena dia takut akan membuat semuanya lepas dari kontrol kakek Zond dan juga Radhis.Ester membiarkan kakek Zond dan Radhis untuk saling berbicara sesuai dengan apa yang mereka rencanakan masing-masing.Mungkin ada beberapa ketimpangan di rencana mereka, tapi Ester yakin mereka berdua adalah kake dan cucu yang hebat.Karena itu, Ester yakin jika mereka memang memiliki sebuah rencana di balik setiap apa yang mereka bicarakan.Setelah semua terdiam dengan apa yang diucapkan oleh kakek Zond, Radhis mulai berbicara kembali.“Mereka akan merasa bingung, jika Tuan Besar tidak menjelaskan nya.” Ucap Radhis.Kakek Zond tertawa dengan begitu kerasnya.Setelah itu, dengan masih menahan tawanya kakek Zond mulai berbicara kepada mereka.“Yang aku maksudkan adalah dia ingin aku jodohkan dengan Ester, dan dia telah aku angkat sebagai cucu angkatku.” Ucapan kakek Zond terang membuat semua or
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia