Di Wish Corp. Rachel duduk di sofa yang ada di ruangannya, saat ini dia ditemani oleh Nany.Sementara Nora kembali ke Villa dengan menaiki Taxi karena ada sesuatu yang harus dia lakukan, termasuk untuk melihat kinerja para asisten rumah tangga yang lainnya. Dia berada disana karena dia mengikuti Radhis, tapi karena itu juga dia tetap harus memasak untuk Radhis dan juga Rachel. Saat ini, terkadang Nora juga diberikan beberapa jadwal Rachel, oleh Nanny. Itu dikarenakan Nanny sekarang sudah benar-benar Fokus untuk pekerjaan sebagai sekretaris Rachel di kantor, dan juga menjaga keselamatannya. Karena itulah tadi pagi Rachel memanggil Nora dan meminta kepada Nora untuk ikut bersamanya ke kantor karena Nanny sudah berangkat lebih dulu dari dirinya karena sebuah pekerjaan yang harus dia lakukan. ***Kembali ke Rachel yang sedang berada di Wish Corp. Sementara Nanny menenangkan Nonanya yang sedang menangis, Boas hanya berdiri di sampingnya dengan posisi tegap. Menjaga kedua wanita itu. D
Saat ini Radhis sudah berada di Consolatoria Hill, bersama dengan Kimy.“Wahhh… besar sekali…” celetuk Kimy saat pertama dia sampai di Consolatoria Hill, Mansion milik Radhis.Radhis hanya terdiam dan tersenyum saat melihat Kimy yang begitu ceria masuk ke dalam Mansion meninggalkan dirinya, dan membiarkan Radhis menarik koper miliknya.Gadis itu seolah menggoda Radhis dengan gurauannya.Karena itu, Radhis memilih untuk diam dan tidak menanggapinya.Justru kali ini, Radhis pergi mencari Loren, kepala Maid di Mansion Consolatoria Hill.“Selamat datang Tuan muda, saya disini siap menerima perintah Tuan Muda!” Ucap Loren dengan sedikit membungkuk kepada Radhis.“Antarkan Dia ke kamar kosong di lantai dua.” Ucap dengan mengulurkan gagang koper ke tangan Loren.“Baik Tuan!” jawab Loren dengan menerima uluran koper dari tangan Radhis.“Hai!! Panggil saya Kimy.” Kimy menyapa Loren, kepala Maid di Mansion Radhis.“Saya Loren, Nona Kimy. Nona Bisa panggil saya Loren.” Jawab Loren dengan membun
“Ester.” Jawab Radhis dengan santai.“Apakah itu Ester cucu dari keluarga Esfor itu?” Tanya Kimy yang sepertinya tahu siapa Ester dan latar belakang belakang keluarganya.“Seperti yang kamu tahu, dia adalah cucu dari keluarga Esfor yang digadang akan menjadi penerus keluarga itu juga.” Jawab Radhis membenarkan apa yang diucapkan oleh Kimy.“Ngomong-ngomong, apa kita bisa berangkat sekarang?” Radhis bertanya kepada Kimy.“Apakah kita akan pergi ke tempat yang kamu bilang sebelumnya?” Tanya Kimy..“Benar… aku butuh kamu dan produk itu untuk membangkitkan salah-satu perusahaan yang telah ku akuisisi di Auckland ini.” kata Radhis yang sedang memaparkan keinginannya.“Kalau begitu, mari kita kesana dulu, biarkan aku melihat dulu bagaimana tanggapan mereka…” jawab Kimy.Radhis menuruti apa yang dikatakan oleh Kimy, karena Radhis tidak mau terlalu memaksa kepada Kimy, gadis yang tidak diketahui oleh orang lain siapa sebenarnya dia untuk Radhis.Kedua orang itu kini berada di dalam mobil, mob
Radhis memasuki gedung Hi-Hant bersama dengan Kimy.Sebelum itu, Radhis tidak semena-mena masuk meskipun sebenarnya tanpa diketahui oleh banyak orang jika dia adalah pemegang saham terbesar di Hi-Hant saat ini.Radhis melakukan semuanya sesuai dengan standar operasional perusahaan, dimana tamu akan melapor dulu di resepsionis, menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke Hi-Hant.“Ada yang bisa saya bantu Tuan?” Tanya resepsionis wanita dengan tatapan matanya yang melihat Radhis dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya.“Saya ingin bertemu dengan Tuan Gienis, saya sudah membuat janji dengannya.” Jawab Radhis masih bersikap sopan.“Hey Bukankah—”“Tolong, panggilkan dia.” Sahut Radhis saat Kimy hendak me-maki Resepsionis yang menyadari jika Resepsionis itu melihat Radhis dari ujung kaki sampai ke ujung rambut dengan tatapan yang seperti meremehkan.Radhis menarik Kimy menjauh dari meja resepsionis dan duduk di sebuah sofa tunggu.Kimy masih saja menggerutu dengan melirik ke arah reseps
“Saya mengerti, kalian mungkin tidak akan percaya. Tapi saya ada disini karena saya tahu jika perusahaan ini sudah hampir jatuh pada titik terendah.” Ucap Radhis saat dirinya kembali duduk di kursi yang seharusnya kursi itu biasa diduduki oleh Gienis.Semuanya terdiam saat mendengar apa ayng baru saja di ucapkan oleh Radhis.Beberapa orang disana sudah mulai tenang. Dari pada tenang, mereka lebih pantas di sebut takut akan sesuatu. Hal itu tergambar dari ekspresi mereka yang hanya bisa menunduk dan diam seribu bahasa.Ketakutan itu akrena apa yang sudah disampaikan oleh Radhis adalah sebuah fakta yang benar-benar nyata, dimana sesuai dengan apa yang sudah di sampaikan oleh Gienis sebelumnya, yaitu perusahaan memang benar-benar dalam kondisi jatuh. Kesalahan yang telah terjadi pada produk membuat perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar.“Keberadaanku di sini saat ini selain untuk menunjukkan kepada kalian semua jika aku adalah pemegang saham terbesar disini, aku juga berniat
Dalam perjalanan keluar gedung perkantoran Hi-Hant, Jolly ikut mengantarkan Radhis dan dua wanita tadi.Jolly berjalan dengan Ester di bagian belakang Radhis yang berjalan dengan Gienis di samping kirinya dan Kimy di samping kanannya.Jolly mengajak Ester berbicara dengan nada pelan, itu karena dia tidak ingin membuat Radhis merasa kesal kepadanya.Jolly bertanya kepada Ester, “Adakah waktu untuk mereka makan malam?”Ester menjawab dengan tersenyum, “Sepertinya tidak…”Jolly menunduk menahan rasa kecewa.Ester menyadari jika Jolly kecewa, Ester segera berkata kepada Jolly jika mereka mungkin tidak bisa makan malam berdua, akan tetapi mereka masih bisa bertemu dengan agenda penyerahan berkas kerjasama antara Hi-Hant dengan Geneve.Ester tidak tahu jika hal itu akan dianggap peluang oleh Jolly untuk mendekati dirinya.wajah Jolly kembali bercahaya.Meskipun Jolly sudah sedikit berubah, Ester sebenarnya tidak menyukai Jolly.Akan tetapi, Ester juga tidak mau jika perkataan yang keluar da
“Ayah tahu kau masih merasa kesal karena tuan Radhis telah memiliki Rachel.” Ucap Gienis yang segera merubah ekspresi wajahnya saat berkata seperti itu kepada Jolly.“Ingat… kita bukan siapa-siapa untuknya… aku bahkan menyesal pernah membantu orang-orang dari Moland waktu itu….” Ucap Gienis kepada Jolly.“Aku tahu Ayah….” jawab Jolly atas peringatan yang diberikan oleh ayahnya.“Jika sampai melakukan kesalahan lagi, aku tidak yakin kita masih bisa selamat.” Gienis masih menambahkan peringatan kepada Jolly.“Aku mengerti Ayah… Aku juga tidak ada niatan untuk kembali mengganggu Rachel… Aku hanya merasa penasaran, kenapa Nona kimberly begitu terlihat dekat dengan Radhis—”“Panggil dia Tuan!” ketus Gienis kepada anaknya.“Iya ayah, ‘Tu-an Ra-dhis’, akan aku ingat.” ucap Jolly yang saat ini benar-benar menuruti apa yang diucapkan oleh ayahnya.“Baguslah kalau begitu…” ucap Gienis yang kemudian masuk ke dalam kantornya.“Satu hal lagi yang harus kamu ingat-ingat. Siapapun Nona Kimy, dan apa
Di Geneve.Lebih tepatnya di ruangan milik Radhis. Laki-laki itu sedang mengerjakan beberapa berkas.Ester masuk ke ruangannya dengan ekspresi wajah yang tampak begitu kesal.Radhis tidak mempermasalahkan hal itu, mengingat apa yang telah disampaikan oleh Kimy kepadanya.pada saat ini, Ester tidak terlalu banyak bicara.Setelah memberikan beberapa berkas, Ester lanjut berjalan pergi dari ruangan Radhis.Sebelum Ester benar-benar pergi dari sana, Radhis memanggil namanya.Membuat Ester menghentikan langkahnya dan memutar badannya menghadap ke arah Radhis.“Ada yang Tuan butuhkan?” Tanya Ester dengan nada dan mimik wajah yang seolah menyindir Radhis.Radhis berkata jika Dia tidak butuh apa-apa.Namun, setelahnya Radhis kembali berkata jika dia ingin Ester membantunya.“Apa yang harus saya lakukan?” tanya Ester.Radhis berkata kepada Ester jika Radhis ingin agar dirinya menemani Kimy saat Ester memiliki waktu luang.“Kenapa Tidak Tuan saja yang menemani?” Tanya Ester yang tampak sekali j
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia