Setelah beberapa saat Nora turun untuk mengemasi barang serta pakaiannya, kini Boas sudah berada di balkon kamar yang ditempati Radhis dalam Villa A1.“Tuan Muda memanggil saya?” Tanya Boas kepada Radhis yang sedang duduk terdiam bersandar pada sebuah kursi.Setelah itu, Boas diminta untuk duduk di kursi satunya yang juga ada disana.Dengan penuh sikap hormat kepada Radhis, Boas kini mulai duduk di samping Radhis.Boas terdiam untuk beberapa saat, sampai akhirnya Radhis yang memulai pembicaraan di antara mereka.“Kamu tentunya sudah diberitahukan oleh Nora jika kita akan kembali ke Mansion.”“Siap! Sudah Tuan Muda.”Setelah menjawab itu Boas tampak menunduk dan menunjukkan ekspresi bingung.“Kenapa?” Tanya Radhis yang penasaran dengan tanggapan yang diberikan oleh Boas kepadanya.“Maaf Tuan–” “Permisi Tuan!” Saat Boas hendak berbicara, saat itu juga ternyata Nora ada disana untuk memberitahukan jika dirinya sudah selesai berkemas. Bahkan saat itu Nora datang dengan nafas yang tereng
“Sudah. Ayo aku antarkan kamu ke depan.”Rachel menarik tangan Suaminya. Dia benar-benar merasa sedih, tapi dia juga tidak bisa terus-menerus menahan sang suami untuk terus berada di rumah, atau di villa. Itu karena yang dia tahu adalah Radhis harus pergi dari sana untuk kepentingan pekerjaan, meskipun dia sendiri tidak mengetahui pekerjaan apa yang dilakukan oleh suaminya untuk Ed ackerley.Kini sepasang suami istri itu dengan begitu mesrah berjalan keluar dari villa dengan dilihat oleh Tania dan juga Dere.Mereka berdua sama-sama melihat punggung Rachel dn Radhis yang sedang berjalan keluar.Yang berbeda hanyalah ekspresi yang mereka tunjukkan, dimana ekspresi Dere tampak begitu senang, sedangkan Tania menunjukkan ekspresi yang begitu kesal.Itu karena sampai sekarang Tania masih tidak bisa menerima kebersamaan antara Radhis dan Rachel. Entah karena masih merasa kurang dengan apa yang sudah diberikan oleh Radhis. Atau memang Tania membenci Radhis karena alasannya sendiri. Satu h
***“Tuan Muda, apa benar Tuan ingin seperti ini?” Tanya Boas yang perhatian kepada Radhis.Nora yang kini juga duduk di kursi depan, disamping Boas. Juga menoleh ke arah Radhis. Nora menyadari jika Tuan Mudanya itu sekarang sedang merasakan sedih yang teramat.Akan tetapi meskipun begitu, Nora lebih memilih untuk diam.Dia sama sekali tidak berani untuk ikut berbicara. “Aku merasa untuk sementara ini adalah yang terbaik.” ucap Radhis singkat padat dan jelas.Berhenti sejenak, Radhis kembali berbicara.“Nora.”“Iya Tuan Muda?” Jawab Nora dengan cepat.“Bagaimana sikap ibu mertuaku kepadamu saat aku tidak ada di rumah?” Tanya Radhis.Nora diam, dia tampak merasa enggan untuk menjawab.“Sudah kamu bilang saja, aku tidak akan mempermasalahkannya. Kamu bisa jujur.” “Maaf jika terdengar kurang sopan Tuan Muda,” ucap Nora, berhenti sejenak sebelum dia lanjut menjelaskan kepada Radhis.“Saat Tuan Muda Tidak ada …”Nora menjelaskan semuanya. Sikap Tania kepadanya saat Radhir tidak ada d
Mobil yang dinaiki oleh Radhis sampai pada sebuah gerbang yang besar.“Consolatoria Hill”Tulisan itu melengkung besar di atas gapura pagar. Dari gapura kanan terhubung ke gapura sebelahnya.Begitu mobil Radhis datang, pagar besar itu seketika terbuka secara otomatis.Mobil yang dinaiki oleh Radhis masuk tanpa ada hambatan sedikitpun. Ada sekitar empat atau lebih orang berbaju hitam di dekat pagar bagian dalam Consolatoria Hill. Berbaris rapi di sebelah kiri dan kanan jalan yang dilewati, “Selamat datang Tuan Muda!” Secara serempak orang-orang berpakaian hitam itu berteriak dengan badan membungkuk.Mobil mereka masuk semakin dalam ke wilayah Consolatoria Hill.Saat Mobil yang mereka naiki sudah tidak terlihat dari wilayah Gerbang Luar.Orang-orang berbaju hitam berbadan tegap tadi kembali pada posisi siap, menjaga keamanan di wilayah mereka.Saat itu juga Mobil yang dari tadi mengikuti Mobil Radhis berhenti di depan gerbang.“Aku melihat tadi ke arah sini. Tapi kenapa sekarang tidak
*** Di China, kini nenek Xion dan anak serta cucu kesayangannya sedang duduk di sebuah ruang tamu.Mereka berbincang-bincang. satu hal yang beda saat ini adalah Sea yang sudah menggendong seorang balita yang sepertinya baru lahir.“Jadi kapan kita akan kembali ke Auckland?” Tanya nenek Xion.“Bu, Sea baru saja melahirkan. Bahkan usia bayinya masih belum genap satu bulan.” Marot mencoba untuk berbicara baik-baik kepada ibunya.“Ayah Marot benar.” Huang mencoba untuk membantu Marot berbicara kepada nenek Xion.“Iya Bu, Kita sebaiknya menunggu kondisi Sea benar-benar sehat dahulu.” Nenek Xion terdiam, dia berpikir bagaimana cara agar dirinya bisa segera kembali ke Auckland. Dan segera membalaskan dendamnya kepada Radhis. Belum lama dia pergi ke china dan entah memulai bisnis apa disana, yang jelas dia sekarang sudah merasa jika dapat menandingi Radhis.Dia belum benar-benar sadar siapa Radhis, seberapa jenjang di antara mereka.Kebencian yang dimiliki oleh nenek Xion selah semakin te
Huang diam. Dia hanya berpikir, sampai sejauh mana nenek Xion akan bertindak untuk memuaskan hasratnya membalas dendam kepada Radhis.Nenek Xion dan Marot kini seolah sudah setuju dengan apa yang disarankan oleh Huang. Bagaimanapun juga jika mereka harus menunggu kesehatan Sea benar-benar pulih, maka itu akan memakan waktu yang lama. Selain itu akan lebih memudahkan mereka jika Sea dan anaknya berada Di sini bersama dengan Huang, mereka akan lebih bebas untuk bergerak. Disaat semua orang sedang mencoba untuk meyakinkan dirinya dengan rencana ini, Huang tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya. "Aku akan menghubungi orang-orang ku, biarkan mereka menyiapkan semuanya." Huang berjalan keluar untuk menjauh dari sana dengan mengeluarkan ponsel di sakunya. Saat Huang sudah pergi dari tempat keluarga itu berkumpul, Sea segera bertanya kepada Neneknya. "Apa Nenek yakin akan melakukan ini?" Dengan raut muka yang berubah menjadi serius dan mata menyipit. "Tentu saja!!" Tak cukup disitu,
Sesuai dengan apa yang diminta oleh Radhis kepada Ed Ackerley.Kini saat waktu sudah menunjukkan jam setengah delapan malam, beberapa mobil kini sudah berada di depan pintu masuk mansion.Dari mobil pertama turun orang yang selama ini sudah menjadi orang kepercayaan Radhis sekaligus keluarganya. “Ed Ackerley.” Dari mobil belakangnya, ada yang turun juga, dan ini adalah pemimpin dunia bawah daerah Auckland, yang tentunya sudah menjadi orang Radhis cukup lama, tapi diperintahkan untuk istirahat karena suatu hal. “Rocky.”Kini mereka masih berada di depan pintu utama Mansion Radhis.Mereka tidak langsung masuk ke dalam, melainkan mereka masih merapikan pakaiannya terlebih dahulu. Mereka berhati-hati agar mereka tidak sampai membuat kesan yang buruk dihadapan Radhis.Disela-sela itu, Rocky memberi salam kepada Ed.Sehebat apapun Rocky di Auckland, dia masih punya kewajiban untuk memberikan salam kepada Ed, karena bagaimanapun juga, posisi Ed di Auckland cukup tinggi dibanding dirinya. D
“Pergi dari Auckland?” “Apa yang Tuan Muda bicarakan?” Rocky dan Ed sama-sama bingung.Mereka berdua secara bergantian melemparkan pertanyaan kepada Radhis.Mereka sama-sama tidak memahami apa yang sudah dibicarakan oleh Radhis. Lebih tepatnya, mereka berdua sama-sama tidak mau memahami apa yang sudah diucapkan oleh Radhis. Itu karena mereka menganggap jika Radhis pergi dari sana maka mereka tidak akan bisa mengabdikan dirinya lagi.Radhis segera membuat semuanya menjadi jelas. “Kalian salah paham.”Radhis tertawa. Ini adalah kali pertama Ed melihat Radhis tertawa seperti itu. Ketulusan tawa-nya, seolah sedang menutupi perasaannya yang sebenarnya.“Salah paham?” Tanya Rocky.Radhis segera menjelaskan kepada keduanya.Sedari awal Radhis tidak ada niatan aneh-aneh, apalagi sampai meninggalkan Auckkland untuk seterusnya. Bagaimanapun juga istrinya masih ada disana.“Aku pergi dari Auckland karena ada suatu tempat yang ingin aku kunjungi. Hitung-hitung Aku ingin sekalian menenangkan