27 menit telah berlalu.Kini mobil yang disopiri oleh Boas, lebih tepatnya mobil dimana Radhis dan Rachel sedang duduk di bangku belakang dengan suasana canggung, sudah sampai di sebuah Cafe mewah.“Disini Nona?” Tanya Boas kepada Rachel.“Iya.” Jawab Rachel yang setelah itu menatap Radhis dengan pandangan matanya yang saat itu terlihat begitu dalam.“Ada apa?” Tanya Radhis.“Oh tidak, aku hanya merasa— Ayo kita turun, Vivian sepertinya sudah menunggu kita.”Saat itu Rachel sebenarnya ingin menyampaikan perasaannya kepada sang suami, tapi dia mengurungkan niatnya. Hal itu tidak lain karena tiba-tiba saja ada bayangan Ester dalam pikiran Rachel. Entah karena masih meragukan Radhis, karena cemburu, atau arena firasat wanitanya yang berkata jika Ester memang menyukai suaminya. Yang jelas Rachel mencoba mendalami terlebih dahulu perasaannya.Kini Radhis dan Rachel turun dari mobil dan mereka segera memasuki Cafe itu untuk mencari keberadaan Vivian.Mudah sekali menemukannya, karena Vivi
***“Terimakasih sayang, pelayananmu memang yang terbaik.”Ucap seorang laki-laki yang kini sedang berada di atas tubuh seorang wanita, dengan keringat di sekujur tubuh mereka yang tidak terbalut sehelai benangpun.Mereka adalah Dave dan Kally.Dimana kally sendiri sebenarnya adalah istri dari Goma Esfor, mitra kerja dari Dave itu sendiri.Hubungan mereka tetap berlangsung sampai sekarang, meskipun beberapa saat yang lau Dave masuk rumah sakit karena di hajar habis-habisan oleh Radhis atas perbuatanya menculik dan bersikap tidak sopan kepada Ester.Saat ini, masih di waktu yang sama tepat dengan waktu Radhis dan Rachel yang berada di Cafe bersama dengan Vivian.Saat dimana kenyamanan mata Rachel yang melihat sang suami baru bisa dia nikmati kembali, tanpa dia sadari bahaya seolah masih saja akan segera menghampiri.Bagaimana tidak, saat ini ternyata kebersamaan Dave dan Kally dalam sebuah kamar hotel itu bukan hanya sekedar untuk melampiaskan hasrat terlarang mereka. Namun, mereka me
***Setelah beberapa saat pergulatan,“Apa kamu serius ingin aku menghamilimu?” Tanya Dave pada Kally saat mereka berdua sama-sama akan mencapai puncak masing-masing.“Iya~” jawab Kally lirih.“Biarkan aku mengandung anakmu,” tambahnya, dengan melingkarkan kedua tangannya di leher Dave yang kini sedang dalam posisi menindih dirinya yang terbaring di atas sofa.Mendapati itu dari Kally, dengan penuh niat dan keyakinan Dave semakin mempercepat ritmenya nafas mereka saling memburu.Hal itu dilakukan oleh Dave sampai mereka berdua sama-sama mengerang merasakan kenikmatan, baru saat itulah Dave berhenti dan lanjut menghujamkan tubuhnya dalam-dalam ke tubuh Kally.“Terimakasih sayang,” ucap Kally dengan mengelus perutnya sendiri.Dave menjawab itu kecupan mesrah di dahinya.Saat seperti itu, mereka berdua seolah bukan pasangan terlarang. Jika mengesampingkan tentang Goma, Kally dan Dave justru seperti sepasang suami istri yang sesungguhnya.Saat nafas masing-masing sudah mulai teratur, me
Sebenarnya, kenapa Vivian sekarang bisa berada di kediaman Rachel adalah berawal dari beberapa jam yang lalu. Lebih tepatnya adalah saat mereka berada di cafe dan baru saja selesai proses penandatanganan kontrak baru antara Wish Corp dan Mighty Mall.Mereka baru saja menandatangani kontrak.Vivian saat itu mencoba untuk mencari bahan pembicaraan dengan Rachel dan Radhis.Untuk Rachel merasa bahwa itu hal biasa, karena mereka sendiri lepas dari kontrak yang mereka tanda tangani ini sebelumnya adalah teman sekolah.Namun, untuk Radhis, Dia sadar betul jika Vivian ini tampak sedang mencari-cari bahan pembicaraan karena sepertinya berniat untuk menahan Rachel dan Radhis untuk tetap berada disana.“Eh Rachel-”Vivian menutup mulutnya sendiri menggunakan tangannya.“Maaf, karena kita sudah selesai urusan kontrak, bolehkan aku memanggilmu seperti biasanya?” lanjut Vivian bertanya kepada Rachel dengan mengarahkan pandangannya ke arah Radhis.Rachel pun ikut menatap ke arah Radhis.Hal itu mem
Mau tidak mau, akhirnya Rachel menurut saja saat tangannya ditarik oleh Vivian.Tetap seperti itu sampai mereka berada di depan mobil milik Radhis.“Nona, Tuan,” sapa Boas kepada Rachel yang tangannya sedang di genggam oleh Vivian, dan Radhis yang ada di belakangnya berjalan mengikuti.Radhis berjalan beberapa langkah ke depan, melewati Rachel dan Vivian.“Kita pulang.” Ucap Radhis kepada Boas yang berdiri di dekat pintu mobil.Boas segera membuka pintu bagian belakang dari mobil Radhis.Radhis segera mengambil posisi untuk memasuki mobil, Satu kakinya baru saja masuk kedalam mobil, Vivian bertanya kepada Rachel, “Apa aku bisa ikut kalian?”“Hah?” Sontak Rachel terheran mendengar ucapan Vivian.“Kamu mau ikut di mobil kami?” tanya Rachel memastikan.“Iya. Boleh bukan?” Tanya Vivian lagi.Rachel diam, dia hanya melihat dan seolah menghitung jumlah orang yang ada disana, Radhis dirinya dan Boas. Kemungkinan tidak akan nyaman untuk Vivian berkendara dengan mereka, karena jika itu terj
***Suasana makan siang.Di meja makan, kini sudah duduk Radhis di kursi tuan rumah, dengan hidangan makan siang yang berbeda dengan yang lainnya.Mereka kini menikmati hidangan masing-masing, suap demi suap.Namun, meskipun makanan sudah terhidang di meja makan, sekali waktu Vivian masih mencuri-curi pandang ke arah Radhis.“Kenapa dia begitu menggoda? Seolah ada sesuatu yang membuat aku penasaran tentangnya.” Ucap Vivian dalam hati.”“Vivian. Kamu jangan merasa sungkan.” Tania sangat ramah kepada Vivian.“Terima kasih tante, aku sangat senang bisa makan siang bersama kalian.” ucap Vivian yang tak lupa masih melirik ke arah Radhis.“Oh iya, tadi kamu belum menjawab pertanyaan tante,” Tania mencoba untuk mengingatkan Vivian terkait pertanyaan sebelumnya.Vivian tampak seolah mencoba untuk mengingat apa yang sudah ditanyakan oleh Tania kepadanya, karena sejujurnya konsentrasinya pecah karena dari tadi dia melihat terus ke arah RAdhis.Tania paham jika Vivian sepertinya lupa dengan apa
“Radhis. Apa memang kamu harus tinggal disana?”Dere bertanya untuk mewakili anaknya.Dia menyadari jika Rachel merasa sedih. Dere begitu pengertian dengann apa yang dirasakan oleh anaknya, jadi dia mencoba untuk membantunya.“Benar Ayah. Sebenarnya bisa saja aku tetap tinggal disini. Tapi akan lebih memudahkanku jika aku tinggal di tempat yang disediakan oleh tuan Ed.”“Bagaimana dengan proyek baru Wish Corp?” Gantian Vivian yang kini bertanya kepada Radhis.“Mengenai itu nona Vivian tenang saja, jika memang ada yang diperlukan biar istriku menghubungiku.” Ucap Radhis dengan menatap kea rah Rachel di penghujung katanya.Dengan berat hati Rachel hanya bisa mengangguk kearah Radhis.Setelah merasa cukup berbicara, Radhis segera berdiri untuk pergi dari meja makan.Sebelum melangkahkan kakinya, Radhis sempat berbiacara beberapa kata kepada mereka semua yang ada disana, “kalau begitu aku permisi ke atas dulu.”Disaat Radhis pergi dari sana, dia merasa sangat sedih dan hatinya teriris.Ba
Tania mulai berbicara kepada Vivian yang kini sedang mendengarkannya dengan seksama.Keseriusan tergambar di wajah Vivian.“Alasan kenapa semua tidak setuju adalah karena Radhis itu adalah seorang pria dengan asal usul yang tidak jelas.” “Tidak jelas bagaimana Tante?” Vivian berpura-pura merasa bingung dengan apa yang dia dengar dari Tania. Dia seperti itu karena berharap Tania akan semakin membongkar rahasia keluarga mereka.“Radhis itu dulu di bawah pulang oleh kakeknya Rachel yaitu ayah mertuaku, untuk menjadi pesuruhnya. Dan saat itu Ayah mertuaku, sama sekali tidak menjelaskan siapa Radhis. Yang dia bilang hanya Radhis adalah seorang yatim piatu yang ingin dia asuh seperti keluarga sendiri.” Terang Tania dengan ekspresi wajah yang sangat serius.“Jadi begitu?” refleks Vivian menjawab penjelasan Tania.“Benar.” jawab Tania lagi. Dasar Tania adalah seorang wanita yang tidak tahu diri, tentu saja dia tidak berhenti menjelaskan. Tania masih menambahkan kalimatnya.“Itulah kenapa a