Berbeda dengan sebelumnya, kini Dere berada di balkon yang ditempati Radhis dan tentu saja dia berada disana dengan Radhis.Untuk beberapa saat Dere sebenarnya juga sama dengan Rachel, sempat merasa canggung saat harus berbicara dengan Radhis. Itu membuat mereka terdiam sampai saat Dere mencoba untuk memberanikan diri untuk berbicara dengan Radhis.“Radhis– bagaimana kabarmu selama ini?” Radhis dengan ekspresi wajahnya yang masih saja dingin seperti biasa menjawab pertanyaan dari ayah mertuanya, “Seperti yang terlihat, tuan Ed benar-benar merawat saya dengan baik.”“Kau benar.” Ucap Dere yang saat itu bertepatan dengan datangnya Nora mengantarkan Teh untuk mereka. Dengan melihat itu, Dere mengerti atau bisa dibilang dapat menyimpulkan sendiri jika memang Radhis sangat diperhatikan oleh Ed Ackerley.“Silahkan Tuan,” “Terimakasih,” Dere menjawab dengan tersenyum karena mencoba untuk memberikan kesan baik kepadanya. Bagaimanapun juga kehadiran Nora di kediaman keluarga mereka seolah
Kembali ke kediaman Dere, saat ini Radhis sudah selesai bersiap.Dia juga sudah mengenakan pakaian yang tadi disiapkan oleh Nora. Dia kini memakai sebuah setelan yang tampak formal, menambah kesan berwibawa dirinya.Saat Radhis membuka pintu kamarnya, Nora sudah menunggu di depan pintu.“Tuan,” ucap Nora dengan membungkuk. “Kamu bisa istirahat, jangan terlalu memaksakan diri.” ucap Radhis kepada Maid pribadinya itu.Seakan mengerti apa yang dimaksudkan oleh tuannya, Nora menjawabnya dengan senyumnya yang manis, “Siap Tuan.”Setelah merasa cukup Radhis segera turun kebawah, dimana Rachel sudah menunggunya di lantai satu.“Maaf lama menunggu,” ucap Radhis saat dirinya menjumpai Rachel di dekat tangga dengan memakai setelan kantor.“Tidak–, Tidak apa-apa.” jawab Rachel.“Tuan,” Boas sudah siap menunggu mereka.“Mobil sudah siap?” tanya Radhis.Dengan sikap sopan, Boas menjelaskan kepada Radhis jika dia sudah menyiapkan mobilnya, karena tadi Nora sudah memberitahukan kepada Boas jika Ra
Radhis seolah tidak mau menanggapi Deon.Dia hanya berjalan berlalu melewati Deon, meskipun Deon berdiri dengan ekspresi tidak percaya dengan apa yang dia lihat, karena Radhis keluar dari Villa Rachel pagi itu.Deon sadar betul jika saat ini Radhis sama sekali tidak menganggap keberadaannya, dan dia juga sadar jika dirinya diabaikan oleh Radhis, itulah kenapa Radhis dengan tanpa bicara berjalan melewati dirinya.Mendapati hal itu, Deon mencoba untuk sedikit menggunakan fisiknya, dia seakan punya niatan ingin menarik pundak Radhis. Berharap terlihat jantan di hadapan Rachel. Sayangnya itu hanya angannya. Jangankan menarik ke belakang, bahkan sebelum berhasil menyentuh pundak Radhis, Tangannya sudah ditepis oleh Boas.Setelah menepisnya, Boas sigap mengunci pergelangan tangan Deon ke belakang punggungnya sendiri, dengan satu tangan yang lain mendorong bagian bahu dan membuat Deon tersungkur.“Apa yang kau lakukan?!” Bentak Deon yang sedang meringis menahan sakit.Radhis menolehkan kepa
27 menit telah berlalu.Kini mobil yang disopiri oleh Boas, lebih tepatnya mobil dimana Radhis dan Rachel sedang duduk di bangku belakang dengan suasana canggung, sudah sampai di sebuah Cafe mewah.“Disini Nona?” Tanya Boas kepada Rachel.“Iya.” Jawab Rachel yang setelah itu menatap Radhis dengan pandangan matanya yang saat itu terlihat begitu dalam.“Ada apa?” Tanya Radhis.“Oh tidak, aku hanya merasa— Ayo kita turun, Vivian sepertinya sudah menunggu kita.”Saat itu Rachel sebenarnya ingin menyampaikan perasaannya kepada sang suami, tapi dia mengurungkan niatnya. Hal itu tidak lain karena tiba-tiba saja ada bayangan Ester dalam pikiran Rachel. Entah karena masih meragukan Radhis, karena cemburu, atau arena firasat wanitanya yang berkata jika Ester memang menyukai suaminya. Yang jelas Rachel mencoba mendalami terlebih dahulu perasaannya.Kini Radhis dan Rachel turun dari mobil dan mereka segera memasuki Cafe itu untuk mencari keberadaan Vivian.Mudah sekali menemukannya, karena Vivi
***“Terimakasih sayang, pelayananmu memang yang terbaik.”Ucap seorang laki-laki yang kini sedang berada di atas tubuh seorang wanita, dengan keringat di sekujur tubuh mereka yang tidak terbalut sehelai benangpun.Mereka adalah Dave dan Kally.Dimana kally sendiri sebenarnya adalah istri dari Goma Esfor, mitra kerja dari Dave itu sendiri.Hubungan mereka tetap berlangsung sampai sekarang, meskipun beberapa saat yang lau Dave masuk rumah sakit karena di hajar habis-habisan oleh Radhis atas perbuatanya menculik dan bersikap tidak sopan kepada Ester.Saat ini, masih di waktu yang sama tepat dengan waktu Radhis dan Rachel yang berada di Cafe bersama dengan Vivian.Saat dimana kenyamanan mata Rachel yang melihat sang suami baru bisa dia nikmati kembali, tanpa dia sadari bahaya seolah masih saja akan segera menghampiri.Bagaimana tidak, saat ini ternyata kebersamaan Dave dan Kally dalam sebuah kamar hotel itu bukan hanya sekedar untuk melampiaskan hasrat terlarang mereka. Namun, mereka me
***Setelah beberapa saat pergulatan,“Apa kamu serius ingin aku menghamilimu?” Tanya Dave pada Kally saat mereka berdua sama-sama akan mencapai puncak masing-masing.“Iya~” jawab Kally lirih.“Biarkan aku mengandung anakmu,” tambahnya, dengan melingkarkan kedua tangannya di leher Dave yang kini sedang dalam posisi menindih dirinya yang terbaring di atas sofa.Mendapati itu dari Kally, dengan penuh niat dan keyakinan Dave semakin mempercepat ritmenya nafas mereka saling memburu.Hal itu dilakukan oleh Dave sampai mereka berdua sama-sama mengerang merasakan kenikmatan, baru saat itulah Dave berhenti dan lanjut menghujamkan tubuhnya dalam-dalam ke tubuh Kally.“Terimakasih sayang,” ucap Kally dengan mengelus perutnya sendiri.Dave menjawab itu kecupan mesrah di dahinya.Saat seperti itu, mereka berdua seolah bukan pasangan terlarang. Jika mengesampingkan tentang Goma, Kally dan Dave justru seperti sepasang suami istri yang sesungguhnya.Saat nafas masing-masing sudah mulai teratur, me
Sebenarnya, kenapa Vivian sekarang bisa berada di kediaman Rachel adalah berawal dari beberapa jam yang lalu. Lebih tepatnya adalah saat mereka berada di cafe dan baru saja selesai proses penandatanganan kontrak baru antara Wish Corp dan Mighty Mall.Mereka baru saja menandatangani kontrak.Vivian saat itu mencoba untuk mencari bahan pembicaraan dengan Rachel dan Radhis.Untuk Rachel merasa bahwa itu hal biasa, karena mereka sendiri lepas dari kontrak yang mereka tanda tangani ini sebelumnya adalah teman sekolah.Namun, untuk Radhis, Dia sadar betul jika Vivian ini tampak sedang mencari-cari bahan pembicaraan karena sepertinya berniat untuk menahan Rachel dan Radhis untuk tetap berada disana.“Eh Rachel-”Vivian menutup mulutnya sendiri menggunakan tangannya.“Maaf, karena kita sudah selesai urusan kontrak, bolehkan aku memanggilmu seperti biasanya?” lanjut Vivian bertanya kepada Rachel dengan mengarahkan pandangannya ke arah Radhis.Rachel pun ikut menatap ke arah Radhis.Hal itu mem
Mau tidak mau, akhirnya Rachel menurut saja saat tangannya ditarik oleh Vivian.Tetap seperti itu sampai mereka berada di depan mobil milik Radhis.“Nona, Tuan,” sapa Boas kepada Rachel yang tangannya sedang di genggam oleh Vivian, dan Radhis yang ada di belakangnya berjalan mengikuti.Radhis berjalan beberapa langkah ke depan, melewati Rachel dan Vivian.“Kita pulang.” Ucap Radhis kepada Boas yang berdiri di dekat pintu mobil.Boas segera membuka pintu bagian belakang dari mobil Radhis.Radhis segera mengambil posisi untuk memasuki mobil, Satu kakinya baru saja masuk kedalam mobil, Vivian bertanya kepada Rachel, “Apa aku bisa ikut kalian?”“Hah?” Sontak Rachel terheran mendengar ucapan Vivian.“Kamu mau ikut di mobil kami?” tanya Rachel memastikan.“Iya. Boleh bukan?” Tanya Vivian lagi.Rachel diam, dia hanya melihat dan seolah menghitung jumlah orang yang ada disana, Radhis dirinya dan Boas. Kemungkinan tidak akan nyaman untuk Vivian berkendara dengan mereka, karena jika itu terj