Rachel terbangun dengan tubuh masih tertutup selimut sebatas pinggang.Pakaian tidur yang sedikit terbuka dibagian dadanya menambah kesan sexy yang dimiliki oleh nya.Saat dia melihat hari masih sangat pagi, dia tidak terburu-buru untuk bangun dari tempat tidurnya. Melainkan kini dia sedang bersandar di sandaran tempat tidur, dengan memegang sebuah ponsel di tangannya.Jam di layar ponsel menunjukkan angka 06:35.Dia terbangun cukup pagi di pagi hari seperti ini, karena banyak hal yang mengganggu pikirannya.Dengan tatapan mata kosong dia mulai melamun mengingat semua hal yang semalam terjadi.Lebih tepatnya setelah semua penghuni Villa A1 selesai makan malam.Rachel yang waktu itu benar-benar merasa sangat merindukan suaminya mencoba untuk menata hati agar bisa berhadapan dengan Radhis.Tepat saat selesai membereskan sisa makan malam, Rachel menaiki tangga ke lantai dua, tanpa terasa malam itu Rachel justru pergi ke depan kamar Radhis.Dia hanya berdiri di depan kamar Radhis, sesekal
Rachel mencoba untuk menipu dirinya sendiri, kini dia dengan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan kedua orang tuanya Rachel menahan ekspresinya agar tidak terlihat sedih.Saat itulah Tania tiba-tiba datang dan mengagetkannya.“Aw!” Rachel menjerit kecil saat tiba-tiba Tania menepuk pundaknya dari belakang dan membuat dirinya sedikit merasa kaget sampai-sampai tangannya teriris.“Eh! Kenapa kau begitu ceroboh? Tunggu disini aku akan—”Belum selesai Tania berbicara, Radhis sudah berada di hadapan mereka dengan mengulurkan tangan yang memegang sebuah kotak obat untuk Rachel.Setelah dia meletakkan kotak obat itu di meja dapur, Radhis segera menuju ke meja makan untuk sarapan pagi, sepertinya sarapan itu sudah disiapkan oleh Nora sejak tadi pagi sebelum Nora terlihat oleh Rachel memasuki kamar Radhis.“Lihatlah dia, Bahkan dia tidak menawarkan makanannya kepada kita.” Ucap Tania yang terlihat sedang mencoba untuk menghasut putrinya.Rachel kini mencoba untuk lebih kuat lagi, dimana dia
Berbeda dengan sebelumnya, kini Dere berada di balkon yang ditempati Radhis dan tentu saja dia berada disana dengan Radhis.Untuk beberapa saat Dere sebenarnya juga sama dengan Rachel, sempat merasa canggung saat harus berbicara dengan Radhis. Itu membuat mereka terdiam sampai saat Dere mencoba untuk memberanikan diri untuk berbicara dengan Radhis.“Radhis– bagaimana kabarmu selama ini?” Radhis dengan ekspresi wajahnya yang masih saja dingin seperti biasa menjawab pertanyaan dari ayah mertuanya, “Seperti yang terlihat, tuan Ed benar-benar merawat saya dengan baik.”“Kau benar.” Ucap Dere yang saat itu bertepatan dengan datangnya Nora mengantarkan Teh untuk mereka. Dengan melihat itu, Dere mengerti atau bisa dibilang dapat menyimpulkan sendiri jika memang Radhis sangat diperhatikan oleh Ed Ackerley.“Silahkan Tuan,” “Terimakasih,” Dere menjawab dengan tersenyum karena mencoba untuk memberikan kesan baik kepadanya. Bagaimanapun juga kehadiran Nora di kediaman keluarga mereka seolah
Kembali ke kediaman Dere, saat ini Radhis sudah selesai bersiap.Dia juga sudah mengenakan pakaian yang tadi disiapkan oleh Nora. Dia kini memakai sebuah setelan yang tampak formal, menambah kesan berwibawa dirinya.Saat Radhis membuka pintu kamarnya, Nora sudah menunggu di depan pintu.“Tuan,” ucap Nora dengan membungkuk. “Kamu bisa istirahat, jangan terlalu memaksakan diri.” ucap Radhis kepada Maid pribadinya itu.Seakan mengerti apa yang dimaksudkan oleh tuannya, Nora menjawabnya dengan senyumnya yang manis, “Siap Tuan.”Setelah merasa cukup Radhis segera turun kebawah, dimana Rachel sudah menunggunya di lantai satu.“Maaf lama menunggu,” ucap Radhis saat dirinya menjumpai Rachel di dekat tangga dengan memakai setelan kantor.“Tidak–, Tidak apa-apa.” jawab Rachel.“Tuan,” Boas sudah siap menunggu mereka.“Mobil sudah siap?” tanya Radhis.Dengan sikap sopan, Boas menjelaskan kepada Radhis jika dia sudah menyiapkan mobilnya, karena tadi Nora sudah memberitahukan kepada Boas jika Ra
Radhis seolah tidak mau menanggapi Deon.Dia hanya berjalan berlalu melewati Deon, meskipun Deon berdiri dengan ekspresi tidak percaya dengan apa yang dia lihat, karena Radhis keluar dari Villa Rachel pagi itu.Deon sadar betul jika saat ini Radhis sama sekali tidak menganggap keberadaannya, dan dia juga sadar jika dirinya diabaikan oleh Radhis, itulah kenapa Radhis dengan tanpa bicara berjalan melewati dirinya.Mendapati hal itu, Deon mencoba untuk sedikit menggunakan fisiknya, dia seakan punya niatan ingin menarik pundak Radhis. Berharap terlihat jantan di hadapan Rachel. Sayangnya itu hanya angannya. Jangankan menarik ke belakang, bahkan sebelum berhasil menyentuh pundak Radhis, Tangannya sudah ditepis oleh Boas.Setelah menepisnya, Boas sigap mengunci pergelangan tangan Deon ke belakang punggungnya sendiri, dengan satu tangan yang lain mendorong bagian bahu dan membuat Deon tersungkur.“Apa yang kau lakukan?!” Bentak Deon yang sedang meringis menahan sakit.Radhis menolehkan kepa
27 menit telah berlalu.Kini mobil yang disopiri oleh Boas, lebih tepatnya mobil dimana Radhis dan Rachel sedang duduk di bangku belakang dengan suasana canggung, sudah sampai di sebuah Cafe mewah.“Disini Nona?” Tanya Boas kepada Rachel.“Iya.” Jawab Rachel yang setelah itu menatap Radhis dengan pandangan matanya yang saat itu terlihat begitu dalam.“Ada apa?” Tanya Radhis.“Oh tidak, aku hanya merasa— Ayo kita turun, Vivian sepertinya sudah menunggu kita.”Saat itu Rachel sebenarnya ingin menyampaikan perasaannya kepada sang suami, tapi dia mengurungkan niatnya. Hal itu tidak lain karena tiba-tiba saja ada bayangan Ester dalam pikiran Rachel. Entah karena masih meragukan Radhis, karena cemburu, atau arena firasat wanitanya yang berkata jika Ester memang menyukai suaminya. Yang jelas Rachel mencoba mendalami terlebih dahulu perasaannya.Kini Radhis dan Rachel turun dari mobil dan mereka segera memasuki Cafe itu untuk mencari keberadaan Vivian.Mudah sekali menemukannya, karena Vivi
***“Terimakasih sayang, pelayananmu memang yang terbaik.”Ucap seorang laki-laki yang kini sedang berada di atas tubuh seorang wanita, dengan keringat di sekujur tubuh mereka yang tidak terbalut sehelai benangpun.Mereka adalah Dave dan Kally.Dimana kally sendiri sebenarnya adalah istri dari Goma Esfor, mitra kerja dari Dave itu sendiri.Hubungan mereka tetap berlangsung sampai sekarang, meskipun beberapa saat yang lau Dave masuk rumah sakit karena di hajar habis-habisan oleh Radhis atas perbuatanya menculik dan bersikap tidak sopan kepada Ester.Saat ini, masih di waktu yang sama tepat dengan waktu Radhis dan Rachel yang berada di Cafe bersama dengan Vivian.Saat dimana kenyamanan mata Rachel yang melihat sang suami baru bisa dia nikmati kembali, tanpa dia sadari bahaya seolah masih saja akan segera menghampiri.Bagaimana tidak, saat ini ternyata kebersamaan Dave dan Kally dalam sebuah kamar hotel itu bukan hanya sekedar untuk melampiaskan hasrat terlarang mereka. Namun, mereka me
***Setelah beberapa saat pergulatan,“Apa kamu serius ingin aku menghamilimu?” Tanya Dave pada Kally saat mereka berdua sama-sama akan mencapai puncak masing-masing.“Iya~” jawab Kally lirih.“Biarkan aku mengandung anakmu,” tambahnya, dengan melingkarkan kedua tangannya di leher Dave yang kini sedang dalam posisi menindih dirinya yang terbaring di atas sofa.Mendapati itu dari Kally, dengan penuh niat dan keyakinan Dave semakin mempercepat ritmenya nafas mereka saling memburu.Hal itu dilakukan oleh Dave sampai mereka berdua sama-sama mengerang merasakan kenikmatan, baru saat itulah Dave berhenti dan lanjut menghujamkan tubuhnya dalam-dalam ke tubuh Kally.“Terimakasih sayang,” ucap Kally dengan mengelus perutnya sendiri.Dave menjawab itu kecupan mesrah di dahinya.Saat seperti itu, mereka berdua seolah bukan pasangan terlarang. Jika mengesampingkan tentang Goma, Kally dan Dave justru seperti sepasang suami istri yang sesungguhnya.Saat nafas masing-masing sudah mulai teratur, me