"Kamu cemburu?" Tanya Dere.
"Siapa yang cemburu kepadanya? Aku masih ingat Bahwa pernikahan kami karena diminta oleh kakek." Jawab Rachel.
"Benarkah begitu? Aku mendengar bahwa kalian sedang merencanakan untuk memiliki anak, bagaimana dengan Itu?"
"Ayah…!" Ucap Rachel dengan memukul ayahnya menggunakan bantal tidur.
"Nak, ingatlah. Sesuatu yang kita lihat, belum tentu benar adanya." Ucap Dere yang kini sudah sangat dewasa ketimbang di masa masih ada nenek Xion dulu.
"Aku tahu Radhis adalah laki-laki yang baik."
Rachel yang mendengar penjelasan dari sang ayah hanya bisa terdiam menunduk berpikir. Apa yang dikatakan oleh ayahnya adalah benar, bahkan Ra
Seluruh Maid yang ada di dalam itu segera memberikan salam kepada Radhis. “Selamat datang tuan muda!”“Mari tuan muda Ikuti saya,” Ed Segera memberikan instruksi kepada tuan mudanya akan mengikuti dirinya.Ed Membawa Tuhan modalnya itu langsung menuju ke lantai dua dan berhenti pada suatu ruangan.“Silahkan tuan muda.” Ucap Ed dengan menunjuk sebuah sofa yang tampak berkelas dengan begitu sopan.Begitu Radhis duduk Ed juga duduk di seberang tempat duduk Radhis. Sofa yang diduduki oleh Radhis ada sofa single yang hanya dapat diduduki satu orang. Namun begitu sofa itu begitu mewah dengan nuansa emas dan berlian di bagian bawah pega
"Saya Loreen Tuan. Saya adalah orang yang bertanggung jawab atas kinerja para pelayan di tempat ini." Ucap Loren dengan menautkan jemari tangan kanan dan kirinya di depan dada bawah.Setelah mendapatkan anggukan singkat dari Radhis wanita bernama Loreen itu menghadap ke arah Ed."Maaf Tuan jika diijinkan saya …"Ed sepertinya paham maksud dari Loreen, akhirnya Ed segera mengiyakan dengan sedikit bersemangat."Oh tentu silahkan.""Terimakasih Tuan," ucap Loren yang selanjutnya kembali memutar kepalanya ke arah Radhis.Dengan begitu sopan Loreen berkata kepada Radhis. Tak lupa Loreen juga melepaskan pagutan tangan nya dan menunjuk menggunakan kelima ja
Radhis diantarkan Nora pada suatu kamar di lantai tiga. Kamarnya sangatlah besar, dengan ornamen identiknya berwarna emas."Jika ada yang bisa saya lakukan Tuan?" Tanya Nora dengan begitu manis dan sopan."Tidak, nanti jika aku butuh sesuatu akan memanggilmu." Jawab Radhis."Baik Tuan. Saya permisi, jika Tuan butuh saya Tuan bisa memanggil saya melalui intercom." Ucap Nora dengan sedikit membungkuk dan setelah wanita itu bangkut dari membungkukknya dia langsung bergegas untuk kembali ke tempatnya.Pintu ditutup.Radhis merebahkan badannya di tempat tidurnya yang sangat besar.Tiba-tiba dia mengingat sesuatu, dan akhirnya dia kembali bangkit dari tempat tidur, setelah itu Rad
***Rachel yang sedang berbincang dengan sang ayah kini kesedihan di wajahnya sudah mulai tampak sedikit berkurang.Rachel menjadi lebih senang setelah mendapatkan beberapa nasehat dari ayahnya.Rachel menuliskan beberapa kata melalui pesan di ponselnya."Kamu sedang diman—"Belum selesai dia menuliskan pesan itu Rachel kembali menghapusnya karena dia merasa bahwa dia masih kesal kepada sang suami."Kenapa juga aku harus mengirimkan pesan kepada Radhis? Aku yakin dia sedang bersama Ester kali ini!"Rachel tampak begitu kesal. Dia kembali membenamkan wajahnya ke bantal.
Ester bertanya apakah Radhis sudah mencoba untuk menghubungi Rachel?Ester juga menjelaskan bahwa baru saja dia mencoba untuk menghubunginya. Namun, Rachel tidak menjawab panggilannya. Ester merasa jika pasti saat ini Rachel sedang dalam kondisi sedih dan butuh dihibur mengingat apa yang sudah terjadi di antara mereka karena keegoisan Tania.Radhis yang semula sedikit tersenyum karena sisi kelucuan Ester, tiba-tiba menjadi muram kembali.Dia ingat bahwa tadi dia melihat istrinya yang sedang bersama dengan Deon, dan terlihat sedikit mesra untuk disebut teman masa kecil."Radhis?" Panggil Ester yang mendapati keheningan di panggilan telepon itu."Iya?" Tanya Radhis yang sudah tersadar
"Telpon siapa kamu?" Tanya Tania yang tiba-tiba saja datang entah dari mana saja. “Apa?” ucap Dere yang pura-pura tidak mendengar. “Aku bertanya kepadamu, siapa yang kamu telepon?” Tania mengulangi pertanyaannya dengan sambil mengganti baju. "Tidak ada." Dasar Dere yang memang tidak mau terlalu ambil pusing dengan pertanyaan istrinya, kini Dere justru mencoba kembali untuk mengalihkan pertanyaan istrinya. “Kamu berganti pakaian? Mau kemana?” “Apa orang berganti pakaian harus selalu akan pergi?” Tanya Tania dengan ketus. Dere yang mendapat pertanyaan seperti itu dari sang istri hanya bisa bernafas panjang, dia m
Radhis tersenyum santai saat dirinya mendapati ekspresi kekagetan dari Sandra dan Tania.“Kenapa kam–” Tania dan sandra hampir bertanya dengan serentak kepada Radhis. Namun, saat itu juga mereka berdua sama-sama menghentikan pertanyaan itu, dan karena merasa sama-sama aneh karena tidak ada yang tahu satu sama lain jika saling mengenal dengan Radhis akhirnya Tania dan Sandra saling menatap satu sama lain.“Kamu mengenalnya?” Tania bertanya kepada Sandra.Dengan masih menatap ke arah Radhis, Sandra menjelaskan kepada Tania secara perlahan. Sandra menjelaskan jika saat dia bertemu dengan Radhis awalnya di sebuah pelela
"Sudah! Untuk apa kamu berbicara dengan laki-laki tidak berguna ini?!" Ucap Tania menahan Rachel dengan memegang tangannya.Jika tidak karena Rachel sudah pasti Radhis akan menutup mulut Tania dengan ujung sepatunya. Mengingat apa yang sudah dia berikan kepada keluarganya, bahkan Radhis-lah pemegang saham terbesar di Wish Corp sampai sekarang. Mudah baginya untuk menjatuhkan keluarga itu pada jurang kemiskinan. Radhis lebih memilih diam meninggalkan kerumunan orang itu.Disaat Radhis didalam. Sandra masih mencoba untuk ikut mengompori Rachel."Benar nak Rachel, lagipula untuk apa nak Rachel mengharapkan suami supir seperti dia?" Ucap Sandra ikut mengompori.Rachel yang lumayan kesal akhirnya bertanya dengan tegas kepada Sandra.