"Rachel. Aku hanya mencoba agar dirimu bisa bersama dengan suamimu, itu saja." Ucap Deon yang sepertinya tulis ingin membantu Rachel.
"Deon cu–" ucapan Rachel terpaksa terhenti karena dipotong oleh Deon.
"Kenapa kamu masih saja tidak percaya? Bahkan aku melakukan ini karena aku sayang kepadamu! Dari kita kecil!" Teriak Deon tampak penuh emosi dan perasaan tak tentu.
Deon masih menambahkan. "Aku rela mengalah agar kamu bisa bersama dengan suamimu, aku bertujuan membantumu seperti itu, tapi kenapa seolah-olah aku salah disini?!"
"Deon … maaf…." Ucap Rachel yang sepertinya sedikit demi sedikit mulai luluh.
"Ibu, biarkan aku mengejar suamiku, tolong." Ucap Rachel merengek kepada ibunya.
"Tidak ada apa-apa," ucap Radhis datar.Ester meletakkan perlengkapan minum teh nya di meja, dengan menatap ke arah Ed dan juga Boas.Dia bingung kenapa kedua orang ini berdiri dan tidak mau duduk."Kenapa kalian masih berdiri?" Tanya Ester."Maafkan kami Nona, akan tetapi kami merasa tidak pantas duduk di samping Tuan muda." Ucap Ed.Ester yang memang adalah orang pengertian segera berkata Radhis."Cepat pindahlah kesini." Ucapnya.Radhis terdiam, dia hanya melihat ke sekeliling dimana Ed dan Boas masih berdiri."Radhis, ayolah. Apa kamu tega membiarkan mereka
Waktu berlalu. Kini jam sudah menunjukkan pukul 14:00 Radhis akhirnya berpamitan kepada Ester. Radhis berkata kepada Ester bahwa dirinya akan pergi."Apa kamu akan langsung pergi ke Consolatoria Hills?" Tanya Ester.Radhis bingung. Dia merasa tidak asing dengan nama itu tapi dia tidak tahu."Ed? Apa kamu belum memberitahukan semua kepada Tuan Muda?" Kini Ester bertanya kepada Ed."Maaf Nona. Saya belum sempat memberitahukan kepada Tuan Muda.""Jadi begini Tuan …" akhirnya Ed Ackerley menjelaskan semuanya kepada Radhis.Termasuk apa itu Consolatoria Hills.Itu adalah sebuah bukit buatan di tengah pulau Auckland
Tania masuk lebih dulu, dan sebelum Rachel masuk Deon menahannya,"Jika memang perlu, bercerita lah padaku untuk sedikit mengurangi bebanmu," ucap Deon dengan memegang pipi Rachel.Dasarnya Rachel yang sedang dalam kondisi sedih bahkan kalut, membuat dirinya tidak sadar jika Deon berusaha bersikap romantis terhadapnya."Terimakasih, kamu memang teman masa kecilku yang cukup perhatian. Maaf jika beberapa hari ini aku seperti menganggapmu seperti musuh." Jelas Rachel akan status mereka yang dianggap Rachel sebagai salah satu teman baik sejak mereka kecil, bahkan sekarang Rachel seperti menganggap Deon seperti saudara baginya.Kesialan hubungan Rachel dan Radhis masih berlanjut, jikalau tadi Rachel yang melihat Radhis begitu mesra dengan Ester. Kini sebaliknya,
"Kamu cemburu?" Tanya Dere."Siapa yang cemburu kepadanya? Aku masih ingat Bahwa pernikahan kami karena diminta oleh kakek." Jawab Rachel."Benarkah begitu? Aku mendengar bahwa kalian sedang merencanakan untuk memiliki anak, bagaimana dengan Itu?""Ayah…!" Ucap Rachel dengan memukul ayahnya menggunakan bantal tidur."Nak, ingatlah. Sesuatu yang kita lihat, belum tentu benar adanya." Ucap Dere yang kini sudah sangat dewasa ketimbang di masa masih ada nenek Xion dulu."Aku tahu Radhis adalah laki-laki yang baik."Rachel yang mendengar penjelasan dari sang ayah hanya bisa terdiam menunduk berpikir. Apa yang dikatakan oleh ayahnya adalah benar, bahkan Ra
Seluruh Maid yang ada di dalam itu segera memberikan salam kepada Radhis. “Selamat datang tuan muda!”“Mari tuan muda Ikuti saya,” Ed Segera memberikan instruksi kepada tuan mudanya akan mengikuti dirinya.Ed Membawa Tuhan modalnya itu langsung menuju ke lantai dua dan berhenti pada suatu ruangan.“Silahkan tuan muda.” Ucap Ed dengan menunjuk sebuah sofa yang tampak berkelas dengan begitu sopan.Begitu Radhis duduk Ed juga duduk di seberang tempat duduk Radhis. Sofa yang diduduki oleh Radhis ada sofa single yang hanya dapat diduduki satu orang. Namun begitu sofa itu begitu mewah dengan nuansa emas dan berlian di bagian bawah pega
"Saya Loreen Tuan. Saya adalah orang yang bertanggung jawab atas kinerja para pelayan di tempat ini." Ucap Loren dengan menautkan jemari tangan kanan dan kirinya di depan dada bawah.Setelah mendapatkan anggukan singkat dari Radhis wanita bernama Loreen itu menghadap ke arah Ed."Maaf Tuan jika diijinkan saya …"Ed sepertinya paham maksud dari Loreen, akhirnya Ed segera mengiyakan dengan sedikit bersemangat."Oh tentu silahkan.""Terimakasih Tuan," ucap Loren yang selanjutnya kembali memutar kepalanya ke arah Radhis.Dengan begitu sopan Loreen berkata kepada Radhis. Tak lupa Loreen juga melepaskan pagutan tangan nya dan menunjuk menggunakan kelima ja
Radhis diantarkan Nora pada suatu kamar di lantai tiga. Kamarnya sangatlah besar, dengan ornamen identiknya berwarna emas."Jika ada yang bisa saya lakukan Tuan?" Tanya Nora dengan begitu manis dan sopan."Tidak, nanti jika aku butuh sesuatu akan memanggilmu." Jawab Radhis."Baik Tuan. Saya permisi, jika Tuan butuh saya Tuan bisa memanggil saya melalui intercom." Ucap Nora dengan sedikit membungkuk dan setelah wanita itu bangkut dari membungkukknya dia langsung bergegas untuk kembali ke tempatnya.Pintu ditutup.Radhis merebahkan badannya di tempat tidurnya yang sangat besar.Tiba-tiba dia mengingat sesuatu, dan akhirnya dia kembali bangkit dari tempat tidur, setelah itu Rad
***Rachel yang sedang berbincang dengan sang ayah kini kesedihan di wajahnya sudah mulai tampak sedikit berkurang.Rachel menjadi lebih senang setelah mendapatkan beberapa nasehat dari ayahnya.Rachel menuliskan beberapa kata melalui pesan di ponselnya."Kamu sedang diman—"Belum selesai dia menuliskan pesan itu Rachel kembali menghapusnya karena dia merasa bahwa dia masih kesal kepada sang suami."Kenapa juga aku harus mengirimkan pesan kepada Radhis? Aku yakin dia sedang bersama Ester kali ini!"Rachel tampak begitu kesal. Dia kembali membenamkan wajahnya ke bantal.
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia