Setelah kepergian Boas mereka masih lanjut makan malam, dan Rachel hanya diam menikmati makanannya, begitu juga dengan Radhis.
Terlihat disini jika Tania berbeda dari saat Boas berada disana, sekarang Tania lebih diam daripada tadi, mungkin dirinya berpikir jika tidak ada gunanya untuk menyindir Radhis, karena dia merasa tidak ada orang yang akan mendengarkannya dan bahkan terhasut olehnya untuk ikut merendahkan Radhis, meskipun itu tidak akan terjadi jika yang dia hasut adalah orang dari Radhis sendiri, seperti Boas contohnya, dia akan lebih memilih untuk menghindar daripada harus menanggapi orang labil seperti Tania.
Kini semua orang sudah selesai makan, termasuk Rachel dan RAdhis, berbeda dengan Tania dan Dere yang langsung pergi ke kamarnya, Radhis masih harus membereskan meja yang selesai mereka pakai untuk makan malam.
“Itu tadi aku belikan untukmu,” ucap Rachel, saat melihat ekspresi kaget di raut wajah suaminya.“Kenapa kamu repot-repot membelikan ini untukku?” tanya Radhis kepada Sang istri yang kini sudah duduk di pinggir tempat tidur tepat berada di samping sampingnya.“Tidak boleh?” Rachel bertanya dengan menunduk dan bibir yang sedikit cemberut seperti seorang anak kecil.Melihat itu Radhis segera meletakkan setelan tadi di atas tempat tidur yang ada dan mendekap tubuh kecil istrinya dengan mesra,“Boleh Istriku, namun apa kamu tidak merasa repot sampai membelikan ku itu?”Rachel masih sama menunduk seperti semula namun kini tangannya mem
Dengan berat hati Deon berjalan menuju ke kamar Sandra untuk memanggilnya, sesuai dengan apa yang diperintahkan Daka kepadanya.Begitu sampai dikamar memang benar jika Sandra, Ibunya sedang tertidur dengan begitu pulas.Kebiasaan Sandra memanglah seperti itu, dia tidak akan bangun jika belum ingin bangun, meskipun itu tengah hari bolong.“Ibu—” ucap Deong dengan sedikit menggoyang-goyangkan badan ibunya yang masih tampak muda itu.“Ibu, Bangun Bu,” Deon mencoba untuk mengulangi ucapannya saat ibunya belum kunjung bangun juga.“Hemm? ada apa?” jawab Sandra yang matanya masih terpejam di atas tempat tidur.
“Jadi bagaimana keadaan mobil istri saya?” Daka bertanya kepada orang utusan dari Manualtomotif yang kini sudah berada di depannya.“Jadi begini Tuan, setelah saya lihat sepertinya Mobil Nyonya harus dibawa ke garasi kami agar supaya hasilnya lebih maksimal lagi,” jawab orang Manualtomotif itu kepada Daka.Daka yang mendengar itu langsung menatap ke Istrinya, “Sudah biarkan mobilmu di bawah oleh mereka.”Setelah berkata seperti itu Daka kembali bertanya kepada orang Manualtomotif, “Untuk semua biaya nya bagaimana?”Jelas saja orang Manualtomotif menjelaskan kepada Daka, Semua sudah di cover oleh orang yang memerintahkan mereka untuk datang. Meskipun belum dibayarkan karena masih harus ada pengecekan kondisi kerusakan,
Sandra seketika merasa jika dukungan dari anaknya tidak akan dia dapatkan. Itu membuatnya berpikir lagi, bagaimana cara agar dia bisa lepas dari amarah suaminya."Kenapa kau membela Ayahmu?! Sudah jelas-jelas dia lebih mementingkan wanita itu! Sampai-sampai aku dimarahi oleh Ayahmu cuma karena aku berkata kasar kepada wanita bernama Ester itu!"Kini Deon mulai mengerti duduk perkaranya saat Ibunya berkata seperti itu. Dan benar saja bukan bersimpati kepada Ibunya, kini Deon justru ikut memberitahu Sandra jika apa yang sudah dia lakukan itu salah.Dengan sedikit halus Deon berkata Ibunya itu, Bahwa Ester adalah wakil direktur perusahaan Geneve, dan seperti yang diketahui oleh semua orang bahwa Geneve bukanlah perusahaan sembarangan, bisa diumpamakan Geneve seolah menjadi induk perusahaan-perusahaan seluruh Auckland.&
“Maksud Ibu?” taya Deon yang masih mencoba mencerna apa yang diperintahkan oleh ibunya.“Iya Rebut Rachel dari suaminya, hancurkan rumah tangganya! lalu …” belum selesai Sandra berkata, Daka menyahuti “Tidak perlu kau beritahu! memang itulah yang sedang kami rencanakan!”Disini terlihat jelas terkejutnya Deon tad bukanlah tentang perintah ibunya namun keterkejutan Deon yang ternyata pemikiran Ibunya sama dengan mereka berdua. terang saja Deon jadi semakin bersemangat sekarang, untuk mendapatkan Rachel.Deon yang sebelumnya sudah mendapatkan dukungan dari Ayahnya sekarang menjadi lebih bersemangat karena mendapatkan dukungan dari Ibunya juga, tinggal menjalankan rencana selanjutnya yaitu mencoba untuk mendapatkan perhatian dari Rachel.
Mendapati dirinya yang diabaikan, Tania kini kembali menatap kepada Radhis, dengan menyeringai Tania berkata. “Semoga saja kita bisa cepat pindah dan juga keamanan keluarga kita benar-benar dijamin oleh Ed,” ucapnya.“Ibu tenang saja, Tuan Ed pasti akan menepati janjinya untuk menjaga keamanan keluarga kita dan juga kita akan segera menempati hunian itu, jadi ibu tidak usah khawatir.“Lagian apa-apaan Kau ini?” tanya Dere kepada istrinya yang terhenti sejenak untuk sekedar menenangkan emosinya, “Kita bisa berpindah ke hunian baru saja itu sudah menjadi suatu yang sangat diluar dugaan. Jika di ingat, kita sudah menempati rumah ini sedari kita menikah, sebelum lahirnya Rachel, harusnya kamu bersyukur bisa dapat rumah Baru.” Dere menambahka
"Aeh, ter—se—rah, kamu…"Dengan di ikuti suara lenguhan, Kally seolah-olah lupa apa tujuannya datang kesini. Yang semula ingin membicarakan perihal yang sudah dialami Suaminya dengan Dave waktu itu. Kini Kally menjadi fokus pada rabaan Dave.Sedangkan Dave kini mulai melancarkan aksinya dengan lebih gencar lagi, dengan mulai menciumi pinggang Kally yang ramping dan sintal.Disaat ini sebenarnya di waktu yang sama dan juga di Moland atau Motherland Goma sedang berada di kantornya, pemulihan Dave dan Goma memang lebih cepat Goma hanya menyisakan bekas luka robek di bibir Goma, karena siksaan yang diterima Goma tidaklah separah Dave, itu dikarenakan waktu itu Ester meminta kepada Radhis agar memberikan mereka berdua kesempatan, dan mencoba untuk memaafkan mereka berdua atas apa yang sudah
“Ehmm,” desah Kally saat dirinya kini berpindah di atas Dave dan mulai menyatukan tubuh mereka berdua dengan perlahan dan halus guna meresapi semua rasa.Begitu juga dengan Dave kini saat tubuh mereka sedang menyatu Dave hanya bisa melenguh merasakan kenikmatan khas dari keadaan itu.sementara itu Goma yang penasaran saat Ayahnya atau kepala keluarga Esfor berkata kepadanya bahwa Istrinya tidak ada dirumah kini mencoba untuk menelpon Istrinya untuk menanyakan posisinya dimana saat ini.Kally yang sedang menggerakan pinggulnya dengan begitu bersemangat berada di atas Dave harus terhenti, karena dia kini mendapati ponselnya berdering menandakan jika ada yang sedang menelponnya.“Kenapa berhenti?” tanya Dave saat Kally menghentikan gerakannya.
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia