“Hachhii” Rachel merasakan gatal di hidungnya.
“Siapa yang sedang membicarakanku?” ucap Rachel dengan mengusap hidungnya dengan satu jari bergeser kekiri kekanan dengan cepat.
Berbeda dengan kedua orang tuanya, kini Rachel sedang bekerja di kantornya.
seperti biasa kini dia sedang serius mengerjakan semua pekerjaannya, dia seolah tidak ingin memikirkan hal yang lainnya.Disela-sela dia bekerja dia mendapatkan notif dari ponselnya, yang dimana itu adalah dari Ain Jiang.
“Nona, Bisa kita bertemu?” isi pesan dari Alin.
Setelahnya mereka berbalas pesan yang intinya Alin ingin datang ke Wish Corp untuk membicaraka
Setelahnya Boas berterima kasih kepada petugas yang berada di Pos tadi untuk setelahnya pergi dan melakukan tugasnya yang semula yaitu mengamankan Rachel. Dalam perjalanannya kembali menuju ke kantor Rachel dengan berjalan kaki sekaligus melihat sekeliling seperti semula Boas menelepon kepada Ed untuk yang kedua kalinya.“Maafkan saya yang sudah mengganggu Tuan,” ucap Boas dalam Telepon itu.“Iya tidak masalah, apa kau dapat sesuatu dari Video rekaman CCTV itu?” Tanya Ed kepada Boas.“Saya mohon maaf saya belum dapat sesuatu selain rekaman dari orang yang menggunakan mantel Hitam dan topi koboi Tuan.Boas tidak berhenti bicara di situ, dia kembali berkata kepada Ed bahwa dirinya sudah mengirimkan potongan Video itu kepada Teman-temannya di d
Disaat kini Rachel bertemu dengan Alin, disaat yang sama juga Radhis sudah didatangi oleh Ester dan Bianca. Begitu Bianca melihat Radhis, seketika Bianca langsung berlari kecil dan membungkuk kepadanya.“Tuan! Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Tuan!” ucap Bianca yang diperhatikan oleh banyak orang di cafe tempat Radhis menunggu, yaitu tepat di depan kantor tempat pelelangan.“Sudah-sudah jangan seperti ini,” ucap Radhis dengan mengangkat bahu Bianca karena dia benar-benar tidak ingin dilihat oleh banyak orang yang berada di cafe itu.Bianca dengan sedikit ragu menuruti ucapan Radhis, kini Bianca berdiri tegak dan menatap dengan penuh rasa terimakasih kepada Radhis.Melihat ketegangan yang ada di raut wajah Bianca, Ester mencoba untuk mered
Ester juga berubah sikap, kini saat Bianca pegi dan dia hanya berdua dengan Radhis ekspresi Ester kembali serius saat menanggapi pertanyaan dari Radhis, “Semua sudah saya selesaikan seperti perintah Tuan,” ucap Ester.“Entah kenapa aku seperti risih saat aku harus dipanggil Tuan olehmu,” ucap Radhis.“Maafkan saya, tapi memang Tuan Adalah Tuan Muda saya, apa Tuan Lupa.”“Iya aku tahu, tapi kau juga ingat bagaimana dengan perjanjian kita sebelumnya,” timpa Radhis atas ucapan yang disampaikan oleh Ester.“Iya aku paham,” ucap Ester dengan sedikit senang sekaligus cemberut.“Jadi bagaimana?” tanya Radhis lagi.&l
“Sudah, tidak perlu berkata seperti itu, kita sama-sama manusia, tidak ada yang berbeda,” ucap Radhis yang benar-benar meyakinkan Ester dengan sikap lelahnya.“Percuma berbicara denganmu,” ucap Ester yang kemudian memegang panel radio di mobil Radhis dan memutarnya untuk mendengarkan lagu.Suara musik klasik dengan beat sedikit cepat mengalun dalam mobil itu,dan itu membuat Ester sedikit senang. Musik itu adalah musik yang disukai oleh Ester,“Musik ini adalah kesukaanku,” ucap Ester.“Ya sudah baiklah semoga saja itu bisa memperbaiki mood mu,” ucap Radhis dengan tetap memandang kedepan.disaat itu Ester memandangi Radhis dengan tatapan penuh arti, dia seolah bingung
“Apa yang kau tunggu!” bentak Sandra lagi dan ditambahkannya juga, “Apa yang kau tunggu?! Cepat hajar brengsek miskin ini!”“Baik Nona!” jawab supir sekaligus yang menjadi pengawal pribadi Sandra.Dengan cepat laki-laki berbadan besar itu mendekat dan melancarkan bogem mentah ke arah wajah Radhis.Setelah sekian lama tidak pernah bertarung selain saat dirinya menyelamatkan Ester Radhis akhirnya menggunakan keahliannya untuk menghindari pukulan dari laki-laki itu, begitu tenang saat laki-laki mengincar wajahnya dengan sedikit mencondongkan badannya dan juga kepalanya ke arah samping membuat Radhis dapat menghindari pukulan itu.Merasa pukulannya tidak mengenai lawannya laki-laki supir Sandra kini mencoba mengarahkan lututnya ke perut Ra
Setelah menatap ke supirnya sebentar sekedar melihat benarkah jika supirnya itu kesakitan, Sandra dengan wajah serius menatap kepada Radhis, setelahnya mengeluarkan kartu nama dan mengulurkan kartu nama itu kepada Radhis.“Terimakasih, sekali lagi saya minta maaf dan besok akan saya kirim orang untuk membereskan semuanya,” ucap Radhis yang menerima uluran kartu nama dari Sandra.Saat Radhis melihat kartu nama itu Radhis tersenyum kecut dengan nama yang tertera di kartu itu. Saat melihat perubahan ekspresi dari Radhis Sandra kemudian bertanya kepadanya, “Apa yang kau tertawakan.”“Tidak ada,” ucap Radhis yang kemudian meletakan kartu itu ke dalam sakunya.
“Bagaimana? apa kalian sudah mempersiapkan semuanya?” tanya pemimpin kelompok bernama B kepada mereka.Para anggota kelompok itu dengan kode panggilan C1 sampai C5 itu kini sudah berkumpul dan menjawab dengan penuh kesungguhan.“Siap Bos, bisa Bos lihat sendiri!” C4 menunjuk ke arah C1 yang sudah dibenahi penampilannya oleh mereka.Anak buah B yang berkode panggilan C1 itu kini tampil lebih rapi dengan jas dan juga wajahnya yang lebih bersih, tidak ada lagi kumis dan bulu di kepalanya selain rambut yang bermodel undercut.Dengan tampilan barunya C1 lebih tampak muda dan bersih seperti seorang pengusaha asli seperti yang mereka harapkan.“Aku sudah mengurus semuanya, besok kita akan melakukan semu
“Lantas apa yang dikatakan oleh nya setelah dia melihat hal itu?” tanya Radhis dengan masih melihat-lihat hasil pekerjaan yang dilakukan oleh orang Ed Ackerley.“Dia sepertinya mengetahui sesuatu tentang orang-orang itu tuan, namun untuk lebih meyakinkan dia mengirimkan orang-orang dunia bawah yang pastinya tidak hanya dalam lingkup Auckland.”Mendengar penjelasan dari Ed Radhis kini mengerti, apa yang dia maksudkan, Boas bukanlah orang sembarangan, meskipun badannya tidak sebesar Rocky namun koneksinya sungguh luas, itulah yang membuat dia menjadi pemimpin dari orang-orang sewaan Dave waktu itu untuk membawa Ester kembali.Sayangnya waktu itu yang dia lawan adalah Radhis, tentu saja itu adalah suatu kesialan dalam hidupnya namun kesialan itulah yang kini membawanya pada suatu keberuntu
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia