“Akhirnya sebentar lagi aku bisa melanjutkan apa yang yang tadi dengan Suamiku”. Ucap Rachel dalam hatinya, dengan menatap genit ke arah Radhis.
Entah kenapa yang ada dalam pikiran Rachel sekarang hanyalah dia begitu ingin berdua dengan suaminya tidak ingin diganggu oleh siapapun, dan bahkan dia suda merasakan rasa geli dibeberapa bagian pribadinya, menandakan jika dia dalam kondisi
‘ingin berdua saja dengan suaminya’.
“Terimakasih jika kamu sudah mau mengerti.” Rachel dengan senyum yang sangat tampak begitu palsu. Seolah dia benar-benar ingin Deon segera pergi dari sana.
“Permisi.” Sungut Dion terhadap Radhis.
Tentu saja Radhis Hanya terdiam. Karena untuknya Deon bukanlah siapa-siapa, selain Orang yang tidak berguna dan tidak tahu siapa dirinya.
Mendapati Radhis Tidak menjawab ucapannya, Tentu saja Deon merasa begitu kesal. Namun bagaimanapun karena ada
Melihat ekspresi istrinya Yang seolah kesakitan Radhis bertanya dengan begitu lembut,“Kenapa sayang?”Rachel hanya bisa melenguh ke enakan, “Tidak apa-apa Sayang. Lanjutkan!”Setelah berkata seperti itu Rachel tidak mau kala, meskipun dia berada di bawah namun dia menggerakan pinggulnya naik turun berirama dengan senyum genit kepada suaminya yang kini sedang menatapnya dari atas tepat beerhadapan muka.Radhis yang mendapati diperlakukan seperti itu oleh sang istri. Seketika menjadi lebih bersemangat. Radhis mulai menggerakkan pinggulnya untuk maju mundur kembali dengan teratur. Erangan serta rintihan keluar dari mulut Rachel meskipun sedikit tertahan.***Di saat yang sama kini dalam sebuah mobil yang sedang melaju Deon berteriak sendiri untuk mengumpat kepada Radhis.“Bangsat!”“Lihat saja nanti, akan aku buat laki-laki itu merasa tak be
“Dia benar-benar mengabaikanku.” “Bahkan saat aku mencoba untuk menyapanya dia sama sekali tidak menanggapinya.”Deon berkata seolah-olah dia benar-benar diabaikan oleh Radhis, Meskipun sebenarnya di awal sempat meresponnya, Dan setelah itu Radhis mulai mengabaikan dia setelah mulai menyombongkan dirinya.“Sombong sekali dia!” Sungut Ayah Deon.“Benar ayah, Dia sangat sombong.” Sahut Deon.“Dan asal Ayah tahu, yang lebih membuat aku marah.”“Di saat aku berada di sana Rachel benar-benar fokus terhadap suaminya, Tidak memperhatikan apa yang aku bicarakan sama sekali.”“Dan dia selalu menatap ke arah suaminya.”Deon sangat tampak terganggu saat dia berbicara tentang hal itu kepada Ayahnya.Dikarenakan sedari awal dia datang kesana hanya untuk menyombongkan dirinya, dan berarti saat dia di abaikan oleh Rachel tentu
Melihat sikap ayahnya yang kini sedang terdiam Deon kembali bertanya. “Ayah? kenapa ayah terdiam?” “Oh tidak apa-apa. Aku cuman Sedang berpikir apa yang dipunya oleh suami Rachel. Kenapa dia sampai bersikap Arogan itu terhadap kita.” Jawab ayah Deon dengan sedikit terkejut ketika dia mendapatkan pertanyaan dari anaknya Di saat dia sedang melamun tadi. “Sudahlah Ayah kita tidak perlu membahasnya lagi yang jelas seperti aku sudah punya cara sekarang untuk membuat Rachel mengerti siapa kita.”Papar Deon dengan begitu yakin. “Apa itu?” Tanya ayah Deon penasaran. “Itu mudah.”“Dengan kita menghadiri acara ini kita akan bertemu dengannya di sana, dan secara otomatis dia akan mengerti bahwa kita berada di level yang sama dengannya.” “Tentu saja dengan itu dia tidak akan menganggap remeh kita lagi.” Ayah dengan berpikir sejenak, namun kemudian dia berkata. “Benar, bisa jadi se
Mendapati bibirnya yang dicium oleh suaminya, Rachel hanya bisa terdiam menikmati dengan mata yang sedikit sayu terpejam. Cukup lama mereka melakukan itu, dan disini Rachel seolah kembali merasakan harsat yang telah dia rasakan beberapa waktu lalu.Namun, disaat Rachel hendak meraba pangkal paha suaminya, ponsel Radhis berbunyi tiba-tiba. Tentu saja itu membuat keduanya gelagapan dan salah tingkah."Maaf, Aku akan menjawabnya terlebih dulu!" Menggeser icon jawab pada layar ponselnya.Rachel: "Iya ...."Disini Rachel sebenarnya ingin memberi ijin pada sang suami, tapi belum selesai Dirinya berkata, ternyata Radish sudah menjawabnya panggilan telepon di ponselnya terlebih dahulu.
“Masuk-masuk!” teriak Radhis kepada seseorang yang dia itu adalah Ed Ackerley.“Selamat sore Tuan-Nona!” Ed berkata dengan badan yang sedikit menunduk, begitu juga dengan orang yang ikut dengan dirinya,begitu juga dengan Rocky yang sedari tadi berjaga di depan kini ikut masuk bersama Ed beserta orang yang bersamanya.Melihat ada Ed dan Rocky disana. Rachel langsung mencoba untuk bersikap ramah tama dengan mempersilahkannya untuk duduk.“Silahkan duduk Tuan Ed, Tuan Rocky, dan ….” ucap Rachel dengan senyum manis terpampang jelas bibirnya.“Boaz Nona!” sahut orang yang datang bersama dengan Ed tadi.“Oh! silahkan Tuan Boaz” ucap Rachel kemudian.“Tolong Boaz saja Nona!” Sahut orang yang datang bersama dengan Ed tadi dan ternyata bernama Boaz.“Tapi tuan,” Rachel mencoba untuk menyangga ucapan orang tersebut, Kar
"Aku rasa cukup bercandanya." Radhis berhenti sejenak untuk sekedar menatap ke arah Ed dan Boaz."Istriku sudah pulang. Kini saatnya kita bicara serius.""Iya tuan siap!" Jawab Ed dan Boaz bersamaan."Untuk Boaz!" Panggil Radhis dengan nada pelan namun begitu tegas."Apa kamu sudah mengerti kenapa Ed memanggilmu untuk datang kesini?""Siap Tuan! Untuk menjaga Nona Rachel istri Tuan!" jawab Boaz dengan begitu tegas."Menjaganya dari apa?"Disini Radhis seolah sedang melakukan wawancara tes kepada Boaz. Dia bertanya seperti itu dengan tujuan untuk mengetahui seberapa siap Boaz untuk menjadi pengawal istrinya.
kini Radhis sudah sangat yakin dengan pilihannya untuk menjaga sang istri, bagaimanapun juga Boaz adalah orang yang tepat, dia merasa cara dia menculik Ester dulu adalah suatu tindakan yang rapi, meskipun akhirnya dia tertangkap oleh RAdhis namun tetap dia adalah orang yang berani.Radhis yakin Boaz juga tidak akan bertindak yang tidak-tidak, apalagi berani untuk macam macam dengan Rachel karena sedari tadi Radhis sudah melihat tidak ada satupun kebohongan di mata Boaz.“Satu lagi ingin bertanya.” ucap Radhis kepada Boaz.“Silahkan Tuan!” jawab Boaz dengan sangat tegas.“Apa kamu yakin akan mengabdikan dirimu untuk menjaga istriku?” tanya Radhis yang sorot matanya kini berubah menjadi sangat tajam dan menakutkan.“saya berjanji Tuan!, saya tidak akan berani untuk mengabaikan tugas yang Tuan berikan kepada saya!” jawab Boaz mencoba untuk meyakinkan Radhis.merasa Boaz serius dengan p
perubahan sikap dari Radhis seketika terlihat, dia menatap ke arah depan seolah Ester kini sedang berada di hadapannya.“Masalah apa?” tanya Radhis.seketika Ester menjelaskan semuanya kepada Radhis. perihal semua undangan sudah dia berikan kepada semua orang yang rencananya akan diundang dalam acara pertemuan di Geneve sabtu malam.jadi penyelenggara acara sudah mengkonfirmasi jika semua undangan memang sudah disebar oleh mereka, namun sebagai tambahan penyelenggara acara juga berkata jika pemimpin Geneve dimohon untuk datang menghadiri acara tersebut.“Apa maksudmu? bukankah aku sudah bilang kamu yang akan menggantikanku untuk datang ke acara tersebut sabtu malam
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia