Kedua insan itu kini sedang saling mendekatkan wajah, keduanya kini saling menatap dengan hidung yang bersentuhan.
Degupan jantung kian bersahutan, mereka berdua seolah sedang terpacu dalam suatu kondisi yang dimana keduanya menjadi gemetaran.
Entah kenapa, karena awalnya mereka terjadi salah paham, percekcokan ringan, atau debat manja yang terjadi.
Tapi yang jelas kini mereka berdua sedang dalam masa benar-benar ingin berdua saja.
Tanpa ada seseorang yang akan mengganggu mereka berdua.
“Sayang,” ucap Rachel di saat dia mulai memejamkan matanya.
“Iya sayang...” ucap Radhis yang begitu dekat wajahnya dengan Rachel yang kini sedang terpejam di hadapannya, bahkan hidung mereka kini kian menempel hampir bibir mereka ikut menempel juga.
Kini mereka berdua hanya saling memanggil sayang satu sama lain bersahutan, tanpa ada kata lain selain mereka memanggil sayang dan wajah yang kian mendekat, dengan nafas yang semakin
Hampir 1 jam mereka bergumul hingga sampai akhirnya Radhis sudah mulai merasakan akan mencapai puncak, namun di sini Radhis mencoba untuk menahannya hingga akhirnya dia membatalkan niatnya untuk membuat istrinya hamil.Rachel bertanya, “Kenapa sayang?”“Tidak apa-apa istriku aku hanya ingin mencoba untuk menahan nya untuk kali ini, karena aku merasa belum saatnya kamu mengandung seorang anak,” ucap Radhis sebelum akhirnya dia memberikan alasan selanjutnya.“Banyak hal yang harus kamu capai mulai dari karir hingga pencapaian prestasi.”“Iya, suamiku! aku mengerti apa maksudmu, tapi....” ucapan Rachel terhenti saat Radhis tiba-tiba menyela pembicaraan nya.“Sabar ya istriku suatu saat nanti kamu pasti akan mempunyai anak dariku,”“Tapi bukan saat ini, kita tunggu dulu sampai karirmu benar-benar naik, dan kamu benar-benar bisa mencapai apa yang kamu inginkan kamu juga bisa membua
Kembali ke Rachel, kini dia sudah bersepakat dengan Radhis, dia akan menuruti kemauan suaminya yaitu di supiri dan di kawal oleh Rocky.“Kalau begitu aku harus menunggu tuan Rocky terlebih dahulu?” Tanya Rachel yang tidak tahu jika Rocky sudah menunggunya di luar sedari tadi pagi.“Tenang istriku, Rocky pasti kini sudah menunggumu di depan.” Ucap Radhis lagi kepada istrinya saat dia berjalan lebih dulu menuju luar Rumah.“Benarkah?” Tanya Rachel yang ikut berjalan di belakang suaminya menuju keluar rumah untuk melihat apakah benar benar Rocky sudah datang.Kini saat Radhis membuka pintu rumah mereka benar-benar mendapati Rocky sudah berada di depan rumah tepat di samping mobil yang biasa dibawa oleh Rachel untuk pergi ke kantor.“Selamat pagi nona dan Tuan,” ucap Rocky saat dia melihat Radhis dan Rachel keluar dari rumah.“Selamat pagi tuan Rocky.” Ucap Rachel saat dia melihat
“Kalau begitu aku izin untuk bersiap-siap terlebih dahulu, karena sepertinya Tuan Ed sudah menungguku.”Kini Radhis selesai berbicara dengan Dere, kemudian dia berjalan menuju kamarnya untuk segera mengganti baju, karena dia diharuskan untuk segera datang ke tempat untuk melihat perkembangan penyelidikan terkait masalah bom di restoran.Sudah bersiap-siap Kini Radhis sudah keluar dari kamar untuk segera berangkat, dengan menggunakan pakaian yang tidak begitu formal hadits berjalan melewati ruang tamu sehingga dia diharuskan melewati Tania dan Dere yang kini sedang duduk berdua di sana.“Mau ke mana kamu?” Tanya Tania kepada Radhis.“Oh sudah biarkan saja dia tadi sudah izin kepada ku, beli akan menemui tuan Ed untuk sebuah keperluan.” Ucap Dere membantu menantunya untuk mempersingkat waktu agar tidak terlalu lama ditanya oleh Tania.“Aku permisi dulu Ayah.” Ucap Radhis dengan berjalan melewati pintu.
Tanpa menunggu jawaban dari Sea, Huang segera menarik tangan Sea.Hampir saja Sea terjatuh, untungnya dia menyeimbangkan badannya dan kini terduduk di tepian tempat tidur, “Ayo sayang...” ucap Huang kepada Sea dengan tangannya yang mulai beraksi dan meraba-raba tubuh Sea yang kini perutnya sudah membuncit.“Sayang... kamu tidak bekerja?” tanya Sea lagi kepada laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya itu dengan sedikit desahan.“Nanti... aku sedang ingin membuatmu berkeringat di pagi hari ini.” Ucap Huang lagi yang kini membaringkan tubuh istrinya dan menelanjanginya.Setelah mereka berdua kini sama-sama tanpa busana segera saja Huang melancarkan tenaga rudalnya untuk membuat dirinya puas.Sementara itu Rachel yang tadi suadh ebrada di kantornya kini sudah duduk di kursi kantornya, dengan membuka berkas-berkas yang harus dia kerjakan.Sementara Rocky kini sedang berada di luar ruangan Rachel, dia be
“Apa kamu ingat orang-orang yang kita dapatkan dari Moland?”tanya Radhis kepada Ed dengan ekspresi serius.“Maksud tuan?”tanya Ed.“Para pengikut Dave yang kini sudah menjadi pengikut kita, apa kamu ingat mereka?”ucap Radhis menjelaskan.“Tentu saja saya ingat Tuan.”“Kenapa dengan mereka?” Tambah Ed bertanya.“Aku ingin kamu segera menghubungi mereka terutama pemimpin mereka orang yang sangat aku anggap tegas untuk segera datang ke Auckland.” Ucap Radhis kepada Ed.“Apa Tuan Muda ada tugas untuk mereka? Kalau iya apa perlu aku Carikan orang ku yang disini?” Tanya Ed yang berharap dapat berguna untuk tuan Mudanya.“Tidak bukan begitu, aku sengaja menyerah mereka karena aku menganggap mereka sudah pantas mendapatkan tugas dari ku.”“Berbeda denganmu yang sudah selalu ada untuk aku dan keluargaku.”ucap Radhis menatap Ed den
“Terimakasih Ed, kamu memang orang yang sangat bisa di andalkan.” Ucap Radhis kepada Ed yang kini sedang tersipu karena di puji oleh Radhis.“Tuan terlalu memuji saya.” Ucpa Ed yang tiba-tiba terhenti karena Radhis mendapatkan telepon.“Maaf” ucap Radhis dengan merogoh sakunya untuk mengambil ponsel yang sedang berbunyi itu.Begitu Radhis mengeluarkan ponselnya ia mendapati telepon dari Ester, sempat Radhis berkata kepada Ed, “Ester,”Tapi Radhis berkata kembali, “ada apa Ester menelponku?”“Mungkin ada sesuatu yang penting Tuan.” Ucap Ed membantu tuannya dengan beberapa asumsi.“Aku akan mengangkat telepon ini dulu.” Jawab Radhis.“Silakan tuan.” Dengan mengangguk Ed memperlakukan Tuannya untuk mengangkat telepon dari Ester.“Ya halo.” Radhis berkata kepada Ester di seberang telepon.Entah apa yang diucapkan oleh
Dengan mencoba untuk bersikap normal Rachel berkata kepada Deon.“Tidak ... ehm, Tentu saja tidak, kenapa kamu harus bertanya mengganggu atau tidak.?” Ucap Rachel dengan sedikit hati-hati dengan cara bicaranya, karena dia merasa takut akn membuat Deon merasa sakit hati.“Ya mungkin karena apa yang sudah aku lakukan kemarin jadi kamu merasa terganggu dengan kehadiranku.” Ucap Deon lagi dengan mimik muka yang sedikit bingung dan malu.“Tolong kamu tidak membahas tentang masalah itu lagi,” ucap Rachel kepada Deon yang sedang berdiri tepat didepannya.“Kalau begitu baiklah, boleh aku duduk disini?” jawab Deon sekaligus bertanya kepada Rachel.“Silahkan, duduklah.” Ucap Rachel menjawab dengan begitu santai.“Terimakasih,” Ucap Deon kepada Rachel karena dia diijinkan untuk duduk di depannya, dan kini dia segeran menarik kursi yang ada di depannya itu untuk diduduki.Setelah Deon dudu
“Tidak perlu sesungkan itu.” Ucap Deon dengan sedikit sombong untuk menutupi rasa gugupnya.Disini Deon sudah sangat berbohong besar, bukan hanya berkata dia tau siapa pemimpin Geneve, namun juga dia berkata seolah dia mengenalnya.Sementara itu sekretaris Rachel seolah curiga bahwa Deon sudah membohongi Rachel. Intuisinya sebagai sekretaris membuatnya berpikir seperti itu.“Maaf tuan, karena nona saya sangat ingin bertemu dengan pemimpin Geneve, bisakan tuan segera mungkin mempertemukan mereka?” Tanya sekertaris Rachel dengan sedikit membungkuk, namun bagaimanapun juga karena dia melihat jika Deon sudah membohongi Rachel maka ia berpikir untuk sedikit memberi Deon pelajaran.Tanpa curiga Deon tersenyum dan menjawab perkataan dari sekretaris Rachel, “Tentu saja, kamu bisa percayakan masalah ini kepadaku.” Ucap Deon tanpa curiga sedikitpun kepada sekretaris Rachel.Mendengar jawaban dari Deon sekretaris Rachel sek
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia