“Rachel boleh aku memegang tanganmu?” tanya Deon kepada Rachel, berbeda dari pertama tadi yang dengan langsung memegang tangan Rachel, kini Deon memeinta ijin terlebih dahulu.
“Kenapa?” tanya Rachel yang seolah ragu, bamun bagaimanapun juga Deon adalah teman masa kecilnya, dan dia berpikir bahwa ini bukanlah apa-apa untuk Deon memegang tangannya.
Bertepatan dengan itu Radhis sudah berada di tepat di depan Restoran, disaat Rachel mengulurkan tangannya untuk dipegang oleh Deon.
“Aku sebelumnya berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat agar kau tau siapa aku sebenarnya, tapi seertinya ini terlalu cepat, dan sebaiknya aku lihat dulu bagaimana dirimu sepenuhnya” ucap Radhis dalam Hatinya saat uluran tangan Rachel kini sudah di gapai oleh tangan laku-laki lain di dalam restoran itu.
Disini Radhis sebenarnya ingin pergi dari restoran itu, dan meninggalkan istrinya, sampai saat tepat sebelumm dia berbalik arah dia meli
Disini Radhis hanya diam mengabaikan perkataan dari pelayan tempat restoran itu, dan bahkan dia malah menarik resleting dari tas itu agar terbuka.“Radhis, tolong letakkan itu kembali, jangan membuat aku malu” ucap Rachel kepada usaminya.“Security!” teriak pelayan itu ke arah keluar.Namun Radhis sama sekali tak bergeming, karena bagaimanapun jika terbukti tas ini bukanlah apa-apa dia bisa dengan bebas menunjukan kartu akses ke seluruh Auckland yang dia miliki. Bahkan dia tinggal menelpon owner dari restoran itu.“Rachel ada apa dengan suamimu?” ucap Deon kepada Rachel yang seolah menghasut agar Rachek ilfil kepada Radhis.“Radhis!” ucap Rachel dengan keras.Namun disini Radhis masih saja membuka tas itu, dan begitutas itu terbuka ada tulisan di dalam sana.“Anak Raymond Zond! Kamu harus menyusul ayahmu!” pada secari kertas dan begitu kertas itu di angkat itu adalah
Begitu Rachel memasuki rumah dia di menjumpai orang tuanya yang sedang duduk di kursi ruang tamu, Tania dan Dere langsung memandang ke arah Rachel yang menangis dan kemudian bertanya.“Rachel?” ucap Tania yang seketika berdiri dan mencoba mendekat ke arah Rachel.“Hm?” ucap Rachel dengan menghapus air mata yang mengalir dipipinya.“Kenapa kamu?” tanya Tania kepada putrinya itu.“Tidak apa-apa,” ucap Rachel yang kemudian masih melanjutkan perkataanya lagi.“Aku mau istirahat dulu.” Ucap Rachel yang kemudian pergi meninggalkan Tania meskipun Dere juga berusaha untuk menghentikannya.“Rachel tunggu.” Ucap Dere yang tidak diperdulikan oleh Rachel dan akhirnya Rachel pergi memasuki kamarnya.Sementara itu Radhis yang sedari tadi masih berada didalam mobilnya sampai sekarang masih saja menyesali apa yang sudah terjadi tadi direstoran.Radhis dengan memegang kerta
“Kami percaya kepadamu.” Dere berucap kepada Radhis dengan tatapan yang begitu pengertian. “Kalau begitu aku akan masuk dulu Ayah, Ibu.” Ucap Radhis kepada Tania dan Dere yang kemudian dilanjutkan dengan berdiri dan beranjak meninggalkan mereka di sana. Sementara itu Rachel ayng sedari tadi di kamar hanya menangis dan tegnkurap membenamkan mukanya ke bantalnya. Masih dapat dia dengar pintu kamar dibuka oleh Radhis, setelah itu Radhis masuk dan duduk tepat disebelah Rachel yang sedang tengkurap dan menangis. Radhis hanya diam dan menoleh ke arah Rachel, Radhis hanya terdiam melihat Rachel yang terisak dalam tangisannya. Setelah melihat ke Rachel kini Radhis kembali menatap kelantai dari posisi dia duduk dengan menelangkupkan tangannya dan menyatukan jari-jarinya. Dia berpikir, bagaimana cara agar Rachel tidak sedih lagi dan dia ingin Rachel mengerti apa yang sudah terjadi tanpa harus mengungkap siapa Radhis sebenarnya, karena saat dia m
“Tapi kenapa aku harus dijaga seperti itu?” ucap Rachel dengan mengambil sisirnya yang tadi terjatuh.“Iya, karena aku merasa jika kamu perlu dijaga,”“Aku cuma ingin jika memang aku tidak ada didekatmu, keselamatan kamu tetap terjaga.” Jelas Radhis dengan sangat serius.“Sayang, Aku bisa jaga diri kok, kamu tenang saja, dan lagi tadi juga karena ketidak sengajaan kan?” ucap Rachel yang kembali menyisir rambutnya.“Tidak!” seru Radhis kepada Rachel yang tidak mau menuruti intruksi Radhis.Mendengar Radhis sedikit berteriak Rachel menjadi sedikit tersentak hatinya,Rachel tampak sedikit takut karena dia merasa Radhis membentaknya.“Maafkan aku,” ucap Radhis yang kemudian menunduk untuk berpikir tentang apa yang harus dia bilang kepada Rachel.“Aku Cuma benar-benar kawatir dengan keselamatanmu, karena kita sama-sama tidak bisa memprediksi apa yang akan
“Silahkan jika ada sesuatu yang tuan butuhkan dari saya,” ucap Rocky yang memasang wajah serius dengan menatap ke arah Radhis.“Sebenarnya aku mau meminta tolong kepadamu,” ucap Radhis lagi yang kemudian menoleh ke arah kusri depan rumah dan kemudian berkata lagi kepada Rocky.“Bisa kita duduk?” tanya Radhis yang kembali menatap Rocky.“Silahkan Tuan, biar saya berdiri disini.” Ucap Rocky yang membungkuk kepada Radhis.“Sudah duduk saja dulu, karena ada sesuatu yang benar-benar ingin aku bicarakan denganmu.” Ucap Radhis lagi yang memaksa Rocky untuk duduk disana.“Baik tuan.” Rocky berjalan mengikuti Radhis,Saat Radhis duduk di kursi, Rocky juga duduk di sebelah Radhis duduk dan hanya tersekat oleh sebuah meja kecil.“Bagaimana Tuan Muda?” tanya Rocky tentang apa yang di inginkan oleh Radhis.“Iya, begini, aku ingin kamu menjadi supir pri
Radhis kini sudah masuk kedalam kamarnya dia ingin segera bilang bahwa dia sudah menemukan orang untuk menjaganya sementara.Dan disini Rachel sudah berbaring untuk beristirahat, Radhis melihat itu kini mendekat ke arah Rachel untuk berbicara.Saat dia melihat Rachel dari dekat ternyata mata nya kini sedang terpejam.Alhasil Radhis tidak jadi berbicara tentang Rocky, dia mengambil ponselnya yang ada di atas meja dan kemudian duduk di pinggiran tempat tidur. Setelahnya Radhis menelepon Ed untuk bertanya tentang terkait bom tadi.“Iya halo Tuan Muda?” ucap Ed yang dengan cepat mengangkat telepon dari Radhis.“Dimana kamu sekarang?” tanya Radhis dengan berbisik karena takut membuat istrinya terbangun dari tidurnya.“Saya berada di lantai bawah Emperor Lux Tuan, saya sedang membongkar dan meneliti Bom tadi untuk kami cari tau asal dari mana Bom ini agar supaya kita akan tahu siapa yang membuatnya”,
Senjata, dan beberapa barang peninggalan bersejarah, yang entah akan diselundupkan kemana barang-barang itu.Selain itu ada juga cukup banyak wanita disana, mereka adalah wanita-wanita yang lumayan cantik namun entah siapa mereka dan akan dibawa kemana tidak ada yang mengetahui.Yang diketahui disini hanya ada siluet laki-laki di hadapan sebuah Ruangan dengan lampu yang cukup terang, sehingga tidak dapat dilihat siapa dia, namun satu yang jelas adalah laki-laki itu memakai mantel hitam besar dan juga topi seperti seorang koboy sedang berbicara di telepon dengan mulut yang sengaja sedikit tebuka seolah menunjukan kilauan emas yang dia pakai untuk melapisi giginya.“Bagus! Ingat klien Kita ingin agar dia mengalami tekanan yang sangat berat sebelum akhirnya menerima ajalnya.” Ucap laki-laki misterius itu dalam gelapnya malam kepada orang yang meneleponnya, tidak dapat dilihat bagaimana ekspresi wajahnya namun yang pasti adalah penekanan suaranya begitu
“Iya Rachel kami mengerti tapi sempatkanlah jika memang kamu ingin mengajak kami pergi berlibur.” Tania membalas ucapan Rachel dengan sedikit tersirat rasa emosi didalamnya.“Iya sudah, nanti jika memang aku merasa pekerjaanku sudah sedikit longgar aku akan bilang kepada Radhis agar dia mengajak kita untuk berlibur.” Rachel dengan begitu sewot kepada Ibunya.Disini Rachel sewot karena sedari awal dia merasa jika dirinya kecewa kepada Radhis karena dia tidak diberitahu sedari awal jika dia sudah berkata kepada Dere tentang perihal liburan, dan sekarang dia juga merasa sewot karena dia dipaksa oleh Tania untuk menyempatkan sedikit mengurangi pekerjaannya demi utuk mengajak mereka semuanya untuk pergi berlibur.“Aku akan kekamar duluan.” Ucap Rachel kemudian kepada Radhis yang kemudian berlalu meninggalkan Radhis sendirian tanpa sempat menjawab pamitan Rachel.Sesaat kemudian sepertinya Dere hendak mengambil air puti