Disini Radhis hanya diam mengabaikan perkataan dari pelayan tempat restoran itu, dan bahkan dia malah menarik resleting dari tas itu agar terbuka.
“Radhis, tolong letakkan itu kembali, jangan membuat aku malu” ucap Rachel kepada usaminya.
“Security!” teriak pelayan itu ke arah keluar.
Namun Radhis sama sekali tak bergeming, karena bagaimanapun jika terbukti tas ini bukanlah apa-apa dia bisa dengan bebas menunjukan kartu akses ke seluruh Auckland yang dia miliki. Bahkan dia tinggal menelpon owner dari restoran itu.
“Rachel ada apa dengan suamimu?” ucap Deon kepada Rachel yang seolah menghasut agar Rachek ilfil kepada Radhis.
“Radhis!” ucap Rachel dengan keras.
Namun disini Radhis masih saja membuka tas itu, dan begitutas itu terbuka ada tulisan di dalam sana.
“Anak Raymond Zond! Kamu harus menyusul ayahmu!” pada secari kertas dan begitu kertas itu di angkat itu adalah
Begitu Rachel memasuki rumah dia di menjumpai orang tuanya yang sedang duduk di kursi ruang tamu, Tania dan Dere langsung memandang ke arah Rachel yang menangis dan kemudian bertanya.“Rachel?” ucap Tania yang seketika berdiri dan mencoba mendekat ke arah Rachel.“Hm?” ucap Rachel dengan menghapus air mata yang mengalir dipipinya.“Kenapa kamu?” tanya Tania kepada putrinya itu.“Tidak apa-apa,” ucap Rachel yang kemudian masih melanjutkan perkataanya lagi.“Aku mau istirahat dulu.” Ucap Rachel yang kemudian pergi meninggalkan Tania meskipun Dere juga berusaha untuk menghentikannya.“Rachel tunggu.” Ucap Dere yang tidak diperdulikan oleh Rachel dan akhirnya Rachel pergi memasuki kamarnya.Sementara itu Radhis yang sedari tadi masih berada didalam mobilnya sampai sekarang masih saja menyesali apa yang sudah terjadi tadi direstoran.Radhis dengan memegang kerta
“Kami percaya kepadamu.” Dere berucap kepada Radhis dengan tatapan yang begitu pengertian. “Kalau begitu aku akan masuk dulu Ayah, Ibu.” Ucap Radhis kepada Tania dan Dere yang kemudian dilanjutkan dengan berdiri dan beranjak meninggalkan mereka di sana. Sementara itu Rachel ayng sedari tadi di kamar hanya menangis dan tegnkurap membenamkan mukanya ke bantalnya. Masih dapat dia dengar pintu kamar dibuka oleh Radhis, setelah itu Radhis masuk dan duduk tepat disebelah Rachel yang sedang tengkurap dan menangis. Radhis hanya diam dan menoleh ke arah Rachel, Radhis hanya terdiam melihat Rachel yang terisak dalam tangisannya. Setelah melihat ke Rachel kini Radhis kembali menatap kelantai dari posisi dia duduk dengan menelangkupkan tangannya dan menyatukan jari-jarinya. Dia berpikir, bagaimana cara agar Rachel tidak sedih lagi dan dia ingin Rachel mengerti apa yang sudah terjadi tanpa harus mengungkap siapa Radhis sebenarnya, karena saat dia m
“Tapi kenapa aku harus dijaga seperti itu?” ucap Rachel dengan mengambil sisirnya yang tadi terjatuh.“Iya, karena aku merasa jika kamu perlu dijaga,”“Aku cuma ingin jika memang aku tidak ada didekatmu, keselamatan kamu tetap terjaga.” Jelas Radhis dengan sangat serius.“Sayang, Aku bisa jaga diri kok, kamu tenang saja, dan lagi tadi juga karena ketidak sengajaan kan?” ucap Rachel yang kembali menyisir rambutnya.“Tidak!” seru Radhis kepada Rachel yang tidak mau menuruti intruksi Radhis.Mendengar Radhis sedikit berteriak Rachel menjadi sedikit tersentak hatinya,Rachel tampak sedikit takut karena dia merasa Radhis membentaknya.“Maafkan aku,” ucap Radhis yang kemudian menunduk untuk berpikir tentang apa yang harus dia bilang kepada Rachel.“Aku Cuma benar-benar kawatir dengan keselamatanmu, karena kita sama-sama tidak bisa memprediksi apa yang akan
“Silahkan jika ada sesuatu yang tuan butuhkan dari saya,” ucap Rocky yang memasang wajah serius dengan menatap ke arah Radhis.“Sebenarnya aku mau meminta tolong kepadamu,” ucap Radhis lagi yang kemudian menoleh ke arah kusri depan rumah dan kemudian berkata lagi kepada Rocky.“Bisa kita duduk?” tanya Radhis yang kembali menatap Rocky.“Silahkan Tuan, biar saya berdiri disini.” Ucap Rocky yang membungkuk kepada Radhis.“Sudah duduk saja dulu, karena ada sesuatu yang benar-benar ingin aku bicarakan denganmu.” Ucap Radhis lagi yang memaksa Rocky untuk duduk disana.“Baik tuan.” Rocky berjalan mengikuti Radhis,Saat Radhis duduk di kursi, Rocky juga duduk di sebelah Radhis duduk dan hanya tersekat oleh sebuah meja kecil.“Bagaimana Tuan Muda?” tanya Rocky tentang apa yang di inginkan oleh Radhis.“Iya, begini, aku ingin kamu menjadi supir pri
Radhis kini sudah masuk kedalam kamarnya dia ingin segera bilang bahwa dia sudah menemukan orang untuk menjaganya sementara.Dan disini Rachel sudah berbaring untuk beristirahat, Radhis melihat itu kini mendekat ke arah Rachel untuk berbicara.Saat dia melihat Rachel dari dekat ternyata mata nya kini sedang terpejam.Alhasil Radhis tidak jadi berbicara tentang Rocky, dia mengambil ponselnya yang ada di atas meja dan kemudian duduk di pinggiran tempat tidur. Setelahnya Radhis menelepon Ed untuk bertanya tentang terkait bom tadi.“Iya halo Tuan Muda?” ucap Ed yang dengan cepat mengangkat telepon dari Radhis.“Dimana kamu sekarang?” tanya Radhis dengan berbisik karena takut membuat istrinya terbangun dari tidurnya.“Saya berada di lantai bawah Emperor Lux Tuan, saya sedang membongkar dan meneliti Bom tadi untuk kami cari tau asal dari mana Bom ini agar supaya kita akan tahu siapa yang membuatnya”,
Senjata, dan beberapa barang peninggalan bersejarah, yang entah akan diselundupkan kemana barang-barang itu.Selain itu ada juga cukup banyak wanita disana, mereka adalah wanita-wanita yang lumayan cantik namun entah siapa mereka dan akan dibawa kemana tidak ada yang mengetahui.Yang diketahui disini hanya ada siluet laki-laki di hadapan sebuah Ruangan dengan lampu yang cukup terang, sehingga tidak dapat dilihat siapa dia, namun satu yang jelas adalah laki-laki itu memakai mantel hitam besar dan juga topi seperti seorang koboy sedang berbicara di telepon dengan mulut yang sengaja sedikit tebuka seolah menunjukan kilauan emas yang dia pakai untuk melapisi giginya.“Bagus! Ingat klien Kita ingin agar dia mengalami tekanan yang sangat berat sebelum akhirnya menerima ajalnya.” Ucap laki-laki misterius itu dalam gelapnya malam kepada orang yang meneleponnya, tidak dapat dilihat bagaimana ekspresi wajahnya namun yang pasti adalah penekanan suaranya begitu
“Iya Rachel kami mengerti tapi sempatkanlah jika memang kamu ingin mengajak kami pergi berlibur.” Tania membalas ucapan Rachel dengan sedikit tersirat rasa emosi didalamnya.“Iya sudah, nanti jika memang aku merasa pekerjaanku sudah sedikit longgar aku akan bilang kepada Radhis agar dia mengajak kita untuk berlibur.” Rachel dengan begitu sewot kepada Ibunya.Disini Rachel sewot karena sedari awal dia merasa jika dirinya kecewa kepada Radhis karena dia tidak diberitahu sedari awal jika dia sudah berkata kepada Dere tentang perihal liburan, dan sekarang dia juga merasa sewot karena dia dipaksa oleh Tania untuk menyempatkan sedikit mengurangi pekerjaannya demi utuk mengajak mereka semuanya untuk pergi berlibur.“Aku akan kekamar duluan.” Ucap Rachel kemudian kepada Radhis yang kemudian berlalu meninggalkan Radhis sendirian tanpa sempat menjawab pamitan Rachel.Sesaat kemudian sepertinya Dere hendak mengambil air puti
“Apa maksutmu?” bentak Ayah Deon yang kecewa mendengar perkataan Deon tentang Ed.“Kenapa kau sangat bodoh?!” Bentak ayah Deon kepadanya.“Aku tidaklah Bodoh!” jawab Deon dengan sangat keras.“Asal ayah Tahu!, suami Rachel yang Ayah bilang dia adalah laki-laki tak berguna,” tambah Deon membentak Ayahnya.“Kenapa kau bahas Suami Rachel? Apa hubungan Ed dengan suami Rachel?” tanya Ayah Deon yang sangat marah saat mengetahui jika Deon menyia-nyiakan kesempatan saat bertemu dengan Ed Ackerley.“Asal Ayah Tahu!, Tuan Ed Ackerley itu adalah memanggil Suami Rachel dengan sebutan Tuan!” ucap Deon dengan sangat keras.“Apa?!” pekik ayah Deon.Seolah tak percaya ayah Deon bertanya kepada Deon agar dia mengulang ucapannya.“Apa kau benar-benar yakin Tuan Ed Ackerley yang memanggil suami Rachel dengan sebutan Tuan?” tanya ayah Deon denga
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia