“Kakek, mari kita pulang”, ucap Radhis yang menghadap ke arah kakeknya,
“Apa urusan disini benar-benar sudah berakhir seperti ini?”, tanya kakek Zond memastikan.
“Sudah Kek, karena Ester sudah memaafkan mereka jadi aku tidak punya hak untuk bertindak lenbih jauh lagi”, ucap Radhis.
“Ester, aku tanya sekali lagi, apa kamu benar-benar akan melepaskan mereka berdua?”, tanya kakek Zond ingin memastikan keinginan Ester.
“Sudah Kek.. menurut saya ini sudah lebih cukup untuk mereka”, ucap Ester dengan membungkuk kepada kakek Zond.
“Baik kalau begitu”, ucap kakek Zond.
Setelah kakek Zond setuju untuk pergi dari sana Radhis menghadap kepada arah Ed dan berkata, “Ed, tolong siapkan tempat untuk aku kita”, ucap Radhis kepada Ed.
“Baik Tuan, Saya sudah mempersiapkan semua untuk Tuan”, ucap dengan membungkuk kearah Radhis.
“Bagus jika begit
“Nona”, ucap Ed.“Iya Ed?”, tanya Ester, karena bagaimanapun sebenarnya status Ester lebih tinggi dari Ed.“Bagaimana pendapat nona tentang tuan muda?”, tanya Ed yang takut Ester bersikap extream karena Ed tau jika ada Rachel yang menjadi istri Radhis.“Aku tidak tahu Ed, karena aku juga berteman baik dengan Rachel sekarang” ucap Ester.“Aku tidak mau ikut campur masalah nona, tapi saranku tolong jika memang nona ingin bersama dengan Tuan muda, gunakan cara yang bersih”, ucap Ed lagi.“Iya Ed aku paham”, ucap Ester,“Biarkan aku meyakinkan Diriku dulu”, ucap Ester lagi.“Iya nona, maaf jika aku bertanya yang kelewat batas kepada nona”, ucap Ed lagi.Akhirnya kini mereka semua terdiam sampai akhirnya berhenti di depan suatu hotel besar, dengan tulisan Ackerley disana.Hotel ini adalah milik keluarga Ackerley, keluarga Ed, jadi
“Jadi bilang kepadaku apa yang terajadi sebenarnya?”, tanya Kally kepada sang suami.Goma yang mendapat pertanyaan dari Kally hanya manatap keluar jendela,“Semuanya hancur berantakan”, ucap Goma.“Apa maksutmu?” tanya Kally yang mencoba memahami perkataan suaminya.“Semua sebelumnya berjalan dengan lancar”,“Terus kenapa kau bilang semuanya berantakan?” tanya Kally.“Iya memang semuanya berjalan lancar, orang yang dikirim oleh Goma juga datang dengan Ester seperti yang di harapkan”, ucap Goma yang berhenti sejenak.“Terus?”, tanya Kally lagi.“Semua hancur berantakan, saat cucu”, ucap Goma yang kemudian sadar kalau sudah di peringatkan oleh Radhis untuk tidak bercerita kepada siapapun.“Cucu?”, tanya Kally yang penasaran siapa ayng dimaksutkan.“Tidak, maksutku Tuan Zond datang”, ucap Goma d
“Lantas apa yang harus kita lakukan istriku?”, tanya Goma.“Kita harus membuat semua ini batal!”, ucap Kally dengan tegas dan yakin.“Iya. Tapi bagaimana caranya?!”, tanya Goma lagi.“Sudah tenang saja, aku akan membantumu berpikir nanti, yang penting kita harus merawatmu dulu kerumah sakit”, ycap Kally.“Tidak!!, aku tidak mau kerumah sakit”. Ucap Goma lagi yang menolak di bawah kerumah sakit.“Iya sudah kalau begitu kita langsugn pulang nanti biar aku panggilkan Suster untuk merawatmu”, ucap Kally.“Tapi lebih baik kita pura-pura tidak tahu dulu di depan Ayah”, ucap Kally mengintruksi suaminya,Jika dibandinkan dengan Goma memang Kally jauh lebih pintar dan licik.Dia selalu memiliki ide-ide yang akan menguntungkannya.“Aku juga paham jika tentang itu”, ucap Goma lagi menjawab intruksi dari istrinya.“Kalau begi
“Tidak Tuan!!”, ucap Semua orang itu seperti sedang dipandu oleh seorang dirijen.“Tidak seperti itu Tuan”,ucap pemimpin kelompok buru buru meluruskan salah paham antara mereka dan Radhis.“Ini terlalu banyak untuk kami tuan”, ucap pemimpin itu.“Kalian tenang saja, semua sudah aku perhitungkan sendiri”, ucap Radhis.“Tapi Tuan”, ucap pemimpin kelompok itu lagi.“Sudah, lebih baik kalian menuruti dan menerima apa yang ingin di lakukan oleh Tuan Muda”, ucap Rocky yang kemudian berusaha memberikan mereka penjelasan sebagai senior dalam hal pengabdian kepada Radhis.“Baik, Tuan......”, ucap pemimpin kelompok itu yang belum tau betul siapa nama dari orang berbicara kepadanya.“Rocky”, ucap Rocky dengan penuh wibawah sebagai senior.“Baik Tuan Rocky”, ucap pemimpin kelompok itu lagi dengan membungkuk kepadanya, di ikuti
“Ehh.. Kamu bisa keluar sekarang”, ucap Rachel kepada Sekretarisnya.“Baik bu”, ucap Sekretarisnya kepada Rachel.“Saya permisi dulu Tuan”, ucap Sekretaris itu kepada pemuda bernama Deon itu.“Baik terimakasih nona”, ucap laki-laik yang dipanggi Deon oleh Rachel.Setelah Sekretaris itu benar-benar keluar, Rachel segera berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan menuju sofa di ruangannya.“Silahkan duduk”, ucap Rachel dengan penuh semangat.“Terimakasih”, ucap Deon.“Aku kira kamu tak akan mengingatku”, ucap Deon menambahkan.“Bagaimana aku bisa lupa kepadamu”, ucap Rachel.“Kita sudah berteman sudah lama sedari kita kecil”, ucap Rachel kepada Deon.“Iya kamu benar”, ucap Deon.Disini diketahui jika Deon adalah teman semasa kecilnya Rachel, mereka tumbuh bersama sampai sekolah menengah
“Yahhh.. sudah dimatikan”, gerutu Radchel dengan wajah lucunya.“Padahal aku belum bilang tetang Deon kepadanya”, ucap Rachel dengan menaruh ponselnya kembali keatas meja.“Biarlah kapan-kapan saja aku akan bilang kepada Radhis”, ucap Rachel lagi yang selanjutnya mengerjakan pekerjaannya.Di siang itu semua orang melakukan aktifitas masing-masing,Radhis sedang beristirahat di suatu hotel keluarga Ackerley, Ester juga demikian, setelah apa yang dia lalui, kini dia sedang beristirahat tertidur dengan nyenyak.Tidak berasa kini sudah waktunya orang pulang dari pekerjaannya, sementara Rachel yang baru saja menyelesaikan semua pekerjaannya kini sedang merapikan meja kantornya,.Semua berkas dia kumpulkan pada satu tempat, di sela-sela dia menata berkasnya ponselnya berdering,“Hallo Rachel” ucap Deon yang meneleponnya.“Iya Deon, aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku, dan aku ba
“Biar aku pilih dulu”, ucap Rachel dengan menerima buku menu dari Deon. Setelahnya Rachel masih sibuk memilih makanan yang ada dalam menu, setelah selesai mereka memanggil pelayan Restoran itu agar makanan yang mereka inginkan segera dibuatkan. “Jadi bagaimana?”, ucap Rachel membuka pembicaraan. “Bagaimana apa?”, tanya Deon kepada Rachel yang tidak mengerti maksut dari pertanyaam Rachel. “Iya.. apa ya..?”, ucap Rachel seolah salah tingkah setelah tidak bertemu dengan teman masa kecilnya lumayan cukup lama. “Kamu kenapa?”, tanya Deon yang sebenarnya adalah laki-laki yang sedikit cuek dengan lawan jenis, namun untuk dengan Rachel dia berbeda, karena sedari dulu dia menyukai rachel bukan hanya sebagai teman masa kecil, lebih ke arah suka kepada lawan jenis. “Tidak”, ucap Rachel malu-malu. “Eh bagaimana kabar Ayah dan Ibumu?”, tanya Rachel mencoba mengalihkan pembicaraan Deon. “Baik.., Ayah dan Ibumu bagaimana kabarmu
Orang itu ternyata diam-diam mengawasi Rachel dan Deon, entah siapa dia, atau siapa yang menyuruhnya, namun dia diam-diam mengirimkan photo Rachel dan Deon keseseorang.Disini Rachel dan Dion sudah siap untuk pulang, saat mereka melewati orang misterius tadi mereka sama sekali tidak menyadari jika mereka sedang di awasi.Dengan santai Rachel dan Dave keluar dari restoran itu, sementara orag itu berpindah kedekat jendela, tidak tahu siapa yang dia hubungi dia hanya tampak berbisik dan menelepon seseorang dengan melihat kearah Rachel dan Deon.“Aku pulang dulu ya”, ucap Rachel kepada Deon.“Iya, hati-hati dijalan”, ucap Deon kepada Rachel dengan penuh perhatian.“Iya..”, ucap Rachel dari jendela mobilnya.Setelahnya Rachel menutup jendela mobilnya kini dia memacu mobilnya untuk pulang, begitu Rachel sudah hilang dari pandangannya Deon, Deon segera memasuki mobilnya juga untuk pulang.Sementara itu kin