“Yahhh.. sudah dimatikan”, gerutu Radchel dengan wajah lucunya.
“Padahal aku belum bilang tetang Deon kepadanya”, ucap Rachel dengan menaruh ponselnya kembali keatas meja.
“Biarlah kapan-kapan saja aku akan bilang kepada Radhis”, ucap Rachel lagi yang selanjutnya mengerjakan pekerjaannya.
Di siang itu semua orang melakukan aktifitas masing-masing,
Radhis sedang beristirahat di suatu hotel keluarga Ackerley, Ester juga demikian, setelah apa yang dia lalui, kini dia sedang beristirahat tertidur dengan nyenyak.Tidak berasa kini sudah waktunya orang pulang dari pekerjaannya, sementara Rachel yang baru saja menyelesaikan semua pekerjaannya kini sedang merapikan meja kantornya,.
Semua berkas dia kumpulkan pada satu tempat, di sela-sela dia menata berkasnya ponselnya berdering,
“Hallo Rachel” ucap Deon yang meneleponnya.
“Iya Deon, aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku, dan aku ba
“Biar aku pilih dulu”, ucap Rachel dengan menerima buku menu dari Deon. Setelahnya Rachel masih sibuk memilih makanan yang ada dalam menu, setelah selesai mereka memanggil pelayan Restoran itu agar makanan yang mereka inginkan segera dibuatkan. “Jadi bagaimana?”, ucap Rachel membuka pembicaraan. “Bagaimana apa?”, tanya Deon kepada Rachel yang tidak mengerti maksut dari pertanyaam Rachel. “Iya.. apa ya..?”, ucap Rachel seolah salah tingkah setelah tidak bertemu dengan teman masa kecilnya lumayan cukup lama. “Kamu kenapa?”, tanya Deon yang sebenarnya adalah laki-laki yang sedikit cuek dengan lawan jenis, namun untuk dengan Rachel dia berbeda, karena sedari dulu dia menyukai rachel bukan hanya sebagai teman masa kecil, lebih ke arah suka kepada lawan jenis. “Tidak”, ucap Rachel malu-malu. “Eh bagaimana kabar Ayah dan Ibumu?”, tanya Rachel mencoba mengalihkan pembicaraan Deon. “Baik.., Ayah dan Ibumu bagaimana kabarmu
Orang itu ternyata diam-diam mengawasi Rachel dan Deon, entah siapa dia, atau siapa yang menyuruhnya, namun dia diam-diam mengirimkan photo Rachel dan Deon keseseorang.Disini Rachel dan Dion sudah siap untuk pulang, saat mereka melewati orang misterius tadi mereka sama sekali tidak menyadari jika mereka sedang di awasi.Dengan santai Rachel dan Dave keluar dari restoran itu, sementara orag itu berpindah kedekat jendela, tidak tahu siapa yang dia hubungi dia hanya tampak berbisik dan menelepon seseorang dengan melihat kearah Rachel dan Deon.“Aku pulang dulu ya”, ucap Rachel kepada Deon.“Iya, hati-hati dijalan”, ucap Deon kepada Rachel dengan penuh perhatian.“Iya..”, ucap Rachel dari jendela mobilnya.Setelahnya Rachel menutup jendela mobilnya kini dia memacu mobilnya untuk pulang, begitu Rachel sudah hilang dari pandangannya Deon, Deon segera memasuki mobilnya juga untuk pulang.Sementara itu kin
“Iya kamu benar sekali, memang sedari awal aku sedikit bingung kenapa dia melarang aku untuk bilang kesiapapun tentang setatusnya”, ucap Goma.“Maka dari itu, aku jadi berpikir, kenapa mereka menyembunyikan setatus itu jika memang dia adalah cucu dari keluarga Zond”, ucap Kally menghasut suaminya.“Terus bagaimana dengan rencananya?”, tanya Goma yang mulai penasaran dengan rencana dari istrinya.“Tenang saja, jadi kini kita akan menyelidiki dulu diapa dia sebenarnya”, ucap Kally.“Kalau begitu aku akan menyerahkan semuanya kepadamu”, ucap Goma kepada Istrinya.“Kalau begitu kamu istirahat saja dulu”, ucap Kally, dengan berdiri dan berniat beranjak dari tempat itu.Seketikan Goma memegangi tangan istrinya, “Kamu mau kemana?”.“Aku ingin meminum tehku”, ucap Kally.“Kamu disini saja”, ucap Goma.“Ke
Beberapa saat kemudian Ed sudah kembalii dengan membawa Ester bersamanya,“Ed bilang kita akan kembali sekarang, apa itu benar?”, tanya Ester kepada Radhis.“Iya, aku bukan bermaksud untuk memakasa kalian, tapi aku akan pulag sekarang”, ucap Radhis, seolah dia memiliki sesuatu firasat yang membuatnya ingin segera pulang.“Jika kalian masih ingin disini aku juga tidak memaksa”, ucap Radhis yang berbicara dengan Ed dan Ester di Loby hotel itu.“Tidak Tuan, saya akan mengikuti Tuan, jika tuan ingin kembali sekarnag, saya juga akan ikut”, ucap Ed dengan ntampang yang sangat serius.Karena Ed seolah melihat raut wajah Radhis begitu kawatir dan cemas, seolah Radhis takut sesuatu akan segera terjadi.“kalau begitu aku juga akan ikut pulang”, ucap Ester.“kalau kamu masih mau di Moland, atau kamu masih ingin pergi ke Esfor aku tidak masalah, aku akan mengijinkanmu, dan kamu tenan
“Iya aku sedang memikirkan orang yang aku bilang kepadamu kemarin malam”, ucap Deon mengingatkan Rachel dengan perbincangan mereka berdua semalam.“Iya, bagaimana?”, ucap Rachel dengan sedikit penasaran.“Begini, apa kamu mau menemaniku untuk istirahat makan siang nanti?”, ucap Deon.“Makan siang?” ucap Rachel seolah berpikir, dengan melihat tumpukan berkas yang ada di hadapannya.“Tolonglah”, ucap Deon memohon kepada Rachel.“Tapi”, ucap Rachel yang sebenarnya merasa pekerjaannya masih cukup banyak.“Ayolah..”, ucap Deon yang meskipun dengan tampang coolnya memohon kepada Rachel agar dia mau untuk makan siang berdua bersamanya.“Baiklah, aku akan makan siang bersamamu”, ucap Rachel.“baiklah kalau brgitu karena makan siang kurang sebentar lagi aku akan menunggumu di sana”, ucap Deon dengan menunjuk kearah sofa.
Dengan menatap ke arah luar jendela Radhis menunggu jawaban dari sekretaris Rachel.“Baru saja Tuan Deon bilang dia berada di Restoran dekat sini Tuan,” ucap sekretaris Rachel kepada Radhis.“Dekat sini?” ucap Radhis kepada sekretaris Rachel.“Bukankah di dekat sini banyak Restoran, lantas kemana aku harus menghampiri mereka?” ucap Radhis kepada Sekretarisnya Rachel.“Barusaja dia bilang Restoran cina di sudut perempatan lampu merah tuan,” ucap sekretaris itu kepada Radhis.“Baik kalau begitu, sepertinya aku tahu sekarang”, ucap Radhis lagi yang kemudian melihat keluar jendela dan mobil tadi sudah pergi dan tidak berada disana.“Aku akan kesana dulu”, ucap Radhis kepada Sekretaris Rachel.“Baik Tuan,” ucap Sekretaris Rachel dengan membungkuk kearah Radhis yang pergi meninggalkan Ruangan itu.Sementara itu di restoran tempat Deon dan Rachel berad
“Rachel boleh aku memegang tanganmu?” tanya Deon kepada Rachel, berbeda dari pertama tadi yang dengan langsung memegang tangan Rachel, kini Deon memeinta ijin terlebih dahulu.“Kenapa?” tanya Rachel yang seolah ragu, bamun bagaimanapun juga Deon adalah teman masa kecilnya, dan dia berpikir bahwa ini bukanlah apa-apa untuk Deon memegang tangannya.Bertepatan dengan itu Radhis sudah berada di tepat di depan Restoran, disaat Rachel mengulurkan tangannya untuk dipegang oleh Deon.“Aku sebelumnya berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat agar kau tau siapa aku sebenarnya, tapi seertinya ini terlalu cepat, dan sebaiknya aku lihat dulu bagaimana dirimu sepenuhnya” ucap Radhis dalam Hatinya saat uluran tangan Rachel kini sudah di gapai oleh tangan laku-laki lain di dalam restoran itu.Disini Radhis sebenarnya ingin pergi dari restoran itu, dan meninggalkan istrinya, sampai saat tepat sebelumm dia berbalik arah dia meli
Disini Radhis hanya diam mengabaikan perkataan dari pelayan tempat restoran itu, dan bahkan dia malah menarik resleting dari tas itu agar terbuka.“Radhis, tolong letakkan itu kembali, jangan membuat aku malu” ucap Rachel kepada usaminya.“Security!” teriak pelayan itu ke arah keluar.Namun Radhis sama sekali tak bergeming, karena bagaimanapun jika terbukti tas ini bukanlah apa-apa dia bisa dengan bebas menunjukan kartu akses ke seluruh Auckland yang dia miliki. Bahkan dia tinggal menelpon owner dari restoran itu.“Rachel ada apa dengan suamimu?” ucap Deon kepada Rachel yang seolah menghasut agar Rachek ilfil kepada Radhis.“Radhis!” ucap Rachel dengan keras.Namun disini Radhis masih saja membuka tas itu, dan begitutas itu terbuka ada tulisan di dalam sana.“Anak Raymond Zond! Kamu harus menyusul ayahmu!” pada secari kertas dan begitu kertas itu di angkat itu adalah