“Maafkan saya tuan”,
“Saya sebenarnya hanya bermaksut untuk membuat Ester mau menandatangani berkas itu”,Ucap Goma yang mencoba untuk menyelamatkan dirinya.“Lantas kenapa Bajiangan brengsek ini sampai berlaku seperti itu kepada Ester?”, tanya Radhis lagi.
“Itu karena Dave memang ingin Ester menjadi miliknya tuan, saya sudah mencoba untuk menghentikannya tapi Dave bersikeras untuk melakukan itu”, ucap Goma yang semakin berbohong, karena dari awal Goma tidak ada sama sekali melarang Dave untu melakukan hal sronok ke Ester bahkan saat Dave mencoba untuk melucuti pakaian Ester Goma hanya tertawa menikmati.
“Bajingan Kau Goma!!!, Kau melemparkan semuanya kepadaku!!”, bentak Dave yang sudah melupakan rasa sakit di kaki dan tangannya yang patah karena kini yang dia rasakan adalah rasa marahnya kepada Goma.
“Tuan tolong percaya kepada Saya”, ucap Goma lagi yang mengabaikan Dave.<
Mendapati Dave berbicara seperti itu kepadanya Ester hanya terdiam, karena dia bingung antara memberinya maaf atau tidak.Melihat Dave seperti itu Ester sebenarnya sudah tidak tega, namun jika dia mengingat perlakuan Dave kepadanya itu cukup membuat dirinya sakit hati.“Nona.. saya mohon nona... maafkan saya nona”, ucap Dave lagi yang masih merengek seperti anak kecil yang ketakutan.“Nona..”, ucap Dave lagi yang merasa Ester mengabaikannya.“Nona tolong maafkan saya”, ucap Dave lagi yang kini mencoba untuk mendekat ke arah Ester karena sedari tadi Ester mengabaikan dirinya.“Berhenti”, ucap Ester yang tidak mau didekati oleh Dave.Mendengar Ester berteriak seperti itu, Rocky mendekat ke arah Dave untuk memberi Dave pelajaran, tapi sebelum Rocky benar-benar memberikan pelajaran kepada Dave Ester buru-buru mengehntikannya,“Sudah cukup Tuan!”, ucap Ester kepada Rocky.
“Kau!!, sampai kapan kau mau memungkiri apa yang sudah kau lakukan?”, ucap Radhis kepada Goma dengan tatapannya yang sudah mulai berubah menjadi tajam dan seolah siap menghapuskan Goma dari dunia ini.“Baik-baik tuan saya akan berbicara jujur kepada semuanya”, ucap Goma yang akhirnya dengan bersujud di dekat kaki Radhis.“Cepat bilang, kenapa kau melakukan ini kepada Ester?”, ucap Radhis lagi dengan merendahkan posisinya dari berdiri menjadi bertumpu satu lutut.“Memang saya yang emmerintahkan Dave untuk mencari orang terbaik untuk membawa Ester kembali ke Moland tuan, dan saya juga yang di awal mengirimkan orang untuk menculiknya di awal, tapi sampai sekarang mereka tidak kembali”, ucap Goma lagi, yang sebenarny atahu jika orang-orang yang dia kirimkan di awal sudah hilang dari dunia itu.“Saya butuh Ester kembali agar dia mau menyerahkan haknya atas Esfor kepada saya”, ucap Goma lag
“Kakek, mari kita pulang”, ucap Radhis yang menghadap ke arah kakeknya,“Apa urusan disini benar-benar sudah berakhir seperti ini?”, tanya kakek Zond memastikan.“Sudah Kek, karena Ester sudah memaafkan mereka jadi aku tidak punya hak untuk bertindak lenbih jauh lagi”, ucap Radhis.“Ester, aku tanya sekali lagi, apa kamu benar-benar akan melepaskan mereka berdua?”, tanya kakek Zond ingin memastikan keinginan Ester.“Sudah Kek.. menurut saya ini sudah lebih cukup untuk mereka”, ucap Ester dengan membungkuk kepada kakek Zond.“Baik kalau begitu”, ucap kakek Zond.Setelah kakek Zond setuju untuk pergi dari sana Radhis menghadap kepada arah Ed dan berkata, “Ed, tolong siapkan tempat untuk aku kita”, ucap Radhis kepada Ed.“Baik Tuan, Saya sudah mempersiapkan semua untuk Tuan”, ucap dengan membungkuk kearah Radhis.“Bagus jika begit
“Nona”, ucap Ed.“Iya Ed?”, tanya Ester, karena bagaimanapun sebenarnya status Ester lebih tinggi dari Ed.“Bagaimana pendapat nona tentang tuan muda?”, tanya Ed yang takut Ester bersikap extream karena Ed tau jika ada Rachel yang menjadi istri Radhis.“Aku tidak tahu Ed, karena aku juga berteman baik dengan Rachel sekarang” ucap Ester.“Aku tidak mau ikut campur masalah nona, tapi saranku tolong jika memang nona ingin bersama dengan Tuan muda, gunakan cara yang bersih”, ucap Ed lagi.“Iya Ed aku paham”, ucap Ester,“Biarkan aku meyakinkan Diriku dulu”, ucap Ester lagi.“Iya nona, maaf jika aku bertanya yang kelewat batas kepada nona”, ucap Ed lagi.Akhirnya kini mereka semua terdiam sampai akhirnya berhenti di depan suatu hotel besar, dengan tulisan Ackerley disana.Hotel ini adalah milik keluarga Ackerley, keluarga Ed, jadi
“Jadi bilang kepadaku apa yang terajadi sebenarnya?”, tanya Kally kepada sang suami.Goma yang mendapat pertanyaan dari Kally hanya manatap keluar jendela,“Semuanya hancur berantakan”, ucap Goma.“Apa maksutmu?” tanya Kally yang mencoba memahami perkataan suaminya.“Semua sebelumnya berjalan dengan lancar”,“Terus kenapa kau bilang semuanya berantakan?” tanya Kally.“Iya memang semuanya berjalan lancar, orang yang dikirim oleh Goma juga datang dengan Ester seperti yang di harapkan”, ucap Goma yang berhenti sejenak.“Terus?”, tanya Kally lagi.“Semua hancur berantakan, saat cucu”, ucap Goma yang kemudian sadar kalau sudah di peringatkan oleh Radhis untuk tidak bercerita kepada siapapun.“Cucu?”, tanya Kally yang penasaran siapa ayng dimaksutkan.“Tidak, maksutku Tuan Zond datang”, ucap Goma d
“Lantas apa yang harus kita lakukan istriku?”, tanya Goma.“Kita harus membuat semua ini batal!”, ucap Kally dengan tegas dan yakin.“Iya. Tapi bagaimana caranya?!”, tanya Goma lagi.“Sudah tenang saja, aku akan membantumu berpikir nanti, yang penting kita harus merawatmu dulu kerumah sakit”, ycap Kally.“Tidak!!, aku tidak mau kerumah sakit”. Ucap Goma lagi yang menolak di bawah kerumah sakit.“Iya sudah kalau begitu kita langsugn pulang nanti biar aku panggilkan Suster untuk merawatmu”, ucap Kally.“Tapi lebih baik kita pura-pura tidak tahu dulu di depan Ayah”, ucap Kally mengintruksi suaminya,Jika dibandinkan dengan Goma memang Kally jauh lebih pintar dan licik.Dia selalu memiliki ide-ide yang akan menguntungkannya.“Aku juga paham jika tentang itu”, ucap Goma lagi menjawab intruksi dari istrinya.“Kalau begi
“Tidak Tuan!!”, ucap Semua orang itu seperti sedang dipandu oleh seorang dirijen.“Tidak seperti itu Tuan”,ucap pemimpin kelompok buru buru meluruskan salah paham antara mereka dan Radhis.“Ini terlalu banyak untuk kami tuan”, ucap pemimpin itu.“Kalian tenang saja, semua sudah aku perhitungkan sendiri”, ucap Radhis.“Tapi Tuan”, ucap pemimpin kelompok itu lagi.“Sudah, lebih baik kalian menuruti dan menerima apa yang ingin di lakukan oleh Tuan Muda”, ucap Rocky yang kemudian berusaha memberikan mereka penjelasan sebagai senior dalam hal pengabdian kepada Radhis.“Baik, Tuan......”, ucap pemimpin kelompok itu yang belum tau betul siapa nama dari orang berbicara kepadanya.“Rocky”, ucap Rocky dengan penuh wibawah sebagai senior.“Baik Tuan Rocky”, ucap pemimpin kelompok itu lagi dengan membungkuk kepadanya, di ikuti
“Ehh.. Kamu bisa keluar sekarang”, ucap Rachel kepada Sekretarisnya.“Baik bu”, ucap Sekretarisnya kepada Rachel.“Saya permisi dulu Tuan”, ucap Sekretaris itu kepada pemuda bernama Deon itu.“Baik terimakasih nona”, ucap laki-laik yang dipanggi Deon oleh Rachel.Setelah Sekretaris itu benar-benar keluar, Rachel segera berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan menuju sofa di ruangannya.“Silahkan duduk”, ucap Rachel dengan penuh semangat.“Terimakasih”, ucap Deon.“Aku kira kamu tak akan mengingatku”, ucap Deon menambahkan.“Bagaimana aku bisa lupa kepadamu”, ucap Rachel.“Kita sudah berteman sudah lama sedari kita kecil”, ucap Rachel kepada Deon.“Iya kamu benar”, ucap Deon.Disini diketahui jika Deon adalah teman semasa kecilnya Rachel, mereka tumbuh bersama sampai sekolah menengah
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia